Bab 1
"Jaga tanganmu dan kau akan baik-baik saja."
Trent Townsend menaiki tangga menuju lantai dua sebuah townhouse tua dan menghentakkan lapisan salju dari sepatu botnya. Musim dingin di Virginia biasanya ringan, tapi seakan alam tahun ini tampaknya mengalami PMS. Hujan salju selama tiga hari terakhir dan sepertinya akan terus berlanjut. Dia tidak biasanya begitu senang bisa keluar dari rumahnya meskipun dia tahu malam ini akan nyaris mendekati penyiksaan erotis.
"Apapun lebih baik asalkan tidak terjebak di rumah menonton reality TV." Demam kabin adalah seperti penyakit. Dia tak tahan makan sereal terus atau menonton sekali lagi siaran ulang Jerry Springer tanpa kehilangan kewarasannya. Dia menepuk sakunya, merasakan gemerisik paket dibungkusan kecil. Ini kesempatan pertama untuk memberikan hadiah ulang tahun ke-25 bagi Mara karena ia terlalu sibuk akhir pekan lalu.
Terlalu sibuk adalah alasan agar ia bisa menjauh darinya. Melihat Mara selalu membuatnya cukup keras hingga ia bisa membuat lubang melalui celananya, dan ia berjanji pada sahabat baiknya yaitu Matt bahwa ia akan mengurus adiknya, bukannya tergiur akan tubuhnya. Mereka menjadi terlalu dekat selama setahun terakhir. Sesuatu yang harus dihentikan ketika tugas Matt berakhir bulan depan.
"Yang kau lakukan hanyalah melewati makan malam. Jaga tanganmu dan segalanya akan baik-baik saja."
Pintu di depan Trent terbuka lebar. Mara Simmons berdiri di sisi lain mengamati dirinya dengan dengan hati-hati. Hangat, mata berwarna amber dengan bulu mata panjang, menyipit saat ia bersandar di kusen pintu. Rambut tebal hitamnya bergulir dari wajahnya dan jatuh dan bergelombang di sisinya. Dia tampak seperti seorang warrior princess siap untuk melakukan pertempuran. Trent mengerang saat tubuhnya segera merespon dengan salut.
"Apa kau masih memakai piyamamu?" Dia mengutuk pelan saat ia melihat Mara dengan tank top ketat dan celana pendek katun terkecil yang pernah dilihatnya.
"Ini adalah pakaian olahragaku, aku sedang melakukan yoga." Dia meletakkan satu tangan di pinggulnya. Atasannya meregang di dadanya dengan cara yang tepat, menekankan sosok mungilnya. "Aku melihamu saat aku melewati jendela. Aku tak mengira kau akan datang secepat ini."
Dia meringis pada pilihan kata-katanya. Ia hampir saja datang di mana ia berdiri. Celana pendek yang praktis tak senonoh. Ada ber mil mil kulit halus lembut yang terpampang. Kuku Trent menekan ke dalam telapak tangannya. Dia bahkan beraroma nikmat. Dia adik Matt. Jaga tanganmu.
Trent menarik napas dalam-dalam. Dia membutuhkan lebih dari sekedar mantra yang lemah untuk mengingatkannya siapa yang akan menendang pantatnya jika dia mengacaukan ini. Apa yang dia butuhkan adalah seember es di dalam celananya dan penutup mata.
"Kenapa kau hanya berdiri di situ bicara pada diri sendiri, sih?" Mara menggelengkan kepalanya dan meraih lengannya. Dia menariknya di dalam dan menutup pintu di belakangnya.
"Hanya berpikir keras. Aku melakukannya kadang-kadang" Anehnya Trent merasa defensif. Mengalami ereksi hebat bisa berefek seperti itu pada seorang pria.
"Apa, berpikir?" Mara tertawa saat Trent melotot padanya.
"Ha ha, sok tahu. Aku akan ingat itu jika lain kali kau memerlukan bantuanku dengan sesuatu."
Trent berbalik untuk melihatnya mengunci gerendel, matanya mengamati pada kakinya yang panjang dan telanjang. Dia memakai cat ungu cerah dan memakai sebuah cincin perak kecil di kedua jari terakhir dari kaki kanannya. Gelombang panas nyaris memaksanya untuk berlutut. Gadis ini bahkan memiliki kaki yang seksi. Untungnya dia tak punya kebiasaan untuk bertelanjang kaki. Dia berbalik dan menyibukkan diri dengan melepas jaketnya. Dia harus fokus pada sesuatu yang lain atau dia tak akan pernah melewati malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teasing Trent (Contemporary Romance) (The Alexanders, #0.5) by Minx Malone
RomanceSatu-satunya permintaan dari sahabat baik Trent yang pernah dilakukan untuknya adalah untuk mengawasi saudara perempuan kembarnya saat dia tugas militer di luar negeri. Menemani Mara pada hari ulang tahunnya pastinya jadi urusan yang biasa. Yang har...