Dia telah mengatur makan malam ulang tahun yang benar-benar aman di sebuah restoran umum. Mereka akan makan, menari sedikit dan pulang ke rumah, cerita selesai. Rencana tersebut tidak termasuk makan malam yang nyaman untuk dua orang, dilanjut menonton film di sofa dengan hanya remote control sebagai pendamping. Dan itu pasti tidak termasuk menjilatinya dari ujung kepala sampai jari kaki kecilnya yang dicat ungu.
Sial.
Bab 2
"Jadi kuharap kau tak keberatan jika aku menyelesaikan latihan rutinku. Makanan akan siap dalam waktu sekitar satu jam" Mara kembali dari dapur dan menaruh bir di atas meja sebelah Trent. Dia bertengger di tepi sofa tunggal, tampak tak nyaman sama sekali. Rambut pirang gelapnya itu berdiri di atas kepalanya seakan dia telah menggerakkan tangannya disana.
"Oh, tentu. Tak ada masalah." Dia meneguk birnya dan menggosok kedua telapak tangannya. Dia menatap ke segala arah kecuali ke arah Mara.
Mara mengambil remote control dan menyalakan DVD ke mana dia ingin mulai. Bukan berarti dia benar-benar membutuhkan video. Dia sudah berlatih sepanjang minggu bagaimana menggodanya dan berkhayal tentang hal itu selama bertahun-tahun.
Malam ini dia akhirnya akan merayu Trent. Mereka menjadi semakin dekat daripada sebelumnya sejak Matt ditugaskan ke luar negeri. Dia tahu kakaknya yang meminta Trent untuk menemaninya tapi dia tak keberatan sama sekali. Dia adalah seorang wanita dewasa, meskipun kakaknya mungkin berpikir sebaliknya.
Itu ironis, saudara kembar overprotective-nya benar-benar mendorong apa yang dia minati tepat di jalannya. Jika dia punya cara, ia akan mendapatkan lebih banyak hal daripada sekedar kartu ucapan ulang tahun.
"Namaste. Mari kita bernapas dalam-dalam dan meraih langit."
Mengikuti instruksi dari suara melodi pada DVD, Mara mengulurkan tangannya di atas kepalanya, mengetahui tank top-nya akan naik dan mempertunjukkan beberapa inci dari perut.
"Sekarang Angsa Menyelam; menyentuh tanah."
Mara membungkuk perlahan dan menyentuh ujung jarinya ke lantai kayu yang mengkilap. Dia mengintip Trent dari sudut matanya. Dia memegang bir dengan genggaman yang sangat keras. Mata biru langitnya menunjukkan kelegaan diantara pipinya yang memerah.
"Raihlah langit lagi. Salam Matahari ."
Mara berbalik sehingga punggungnya menghadap ke arah Trent. Dengan cara ini Trent dapat melihat efeknya secara penuh ketika Mara membungkuk. Dia terlihat lebih berlekuk daripada biasanya, beberapa mantan pacarnya telah berkomentar bahwa keindahan dari tubuh bagian belakangnya bisa membuat seorang pria bertekuk lutut.
Dia membungkuk perlahan, berusaha agar kakinya tetap lurus, pantatnya terlihat sangat jelas saat ia menyentuh lantai. Sebuah suara tercekik datang dari belakangnya.
"Kau baikbaik saja Trent?"
Ia berdeham beberapa kali. "Wow. Kau, Eh ... benar-benar lentur."
Dia meluruskan punggungnya sedikit-sedikit sambil mengulurkan tangan ke arah langit-langit lagi. "Yah, aku melakukan yoga secara teratur dan aku juga joging beberapa kali seminggu." Dia mengeluarkan suara lembut yang bisa berarti apapun mulai dari "Olah raga itu bagus" sampai "Ayo lepaskan pakaianku."
"Turun ke bawah Menghadap Anjing. Sebarkan jari-jarinya. Tenggelamkan tumitmu ke lantai."
Mara tersenyum kecil saat ia beralih ke posisi yang disebut Menghadap Anjing. Itu adalah salah satu posisi favoritnya tetapi itu juga bonus tambahan membiarkan dirinya menggoyangkan pantatnya di depan wajah Trent.
"Tidak keberatan jika aku minta kau memegangiku?" Mara tersenyum padanya dengan cerah. Mudah-mudahan dia tidak cukup tahu tentang yoga hingga sadar bahwa tidak perlu bantuan orang lain dalam Yoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teasing Trent (Contemporary Romance) (The Alexanders, #0.5) by Minx Malone
RomansaSatu-satunya permintaan dari sahabat baik Trent yang pernah dilakukan untuknya adalah untuk mengawasi saudara perempuan kembarnya saat dia tugas militer di luar negeri. Menemani Mara pada hari ulang tahunnya pastinya jadi urusan yang biasa. Yang har...