Bab 6

202 3 0
                                    

Uap di udara begitu kental hingga dia tak bisa melihat tangannya di depan wajahnya, tapi Trent jelas melihat Mara. Dengan kepalanya mendongak ke belakang dan air mengalir ke bawah bahu dan payudaranya, ia tampak seperti putri duyung nakal.

"Ini menakjubkan," Mara menggumam, memutar bahunya di bawah semprotan air panas. Trent setuju untuk alasan yang tidak ada hubungannya dengan suhu air. Mandi bersama dengannya adalah salah satu fantasi X-rated favoritnya. Lengkap dengan efek suara.

"Aku tak pernah tahu kau begitu berisik."

Ia tertawa ketika mata Mara terbuka lebar saat mengerang. "aku tak bisa menahannya." Dia menunduk dan tersenyum malu-malu padanya. "Selain itu, kau juga tidak benar-benar tenang."

"Mmm, hmm." Trent nyaris tidak mendengarkan, terlalu asyik dalam menelusuri daun telinga Mara dengan lidahnya. Dia membalikkan punggung Mara kearahnya dan memeluk ke arah tubuhnya. Kulit licin, basahnya terasa lembut bagai mentega. Tidak heran dia tak bisa menjauhkan lidahnya dari tubuhnya.

"Mari kita lihat apakah aku bisa memberikan sesuatu yang lain agar kau bisa menjerit." Dia meletakkan tangannya ke dinding ubin dingin dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Posisi miring pantat Mara kearahnya seperti suatu persembahan. Nah, itu yang aku bicarakan.

"Trent? Apa yang Kau lakukan?" Suaranya bergetar tapi jelas bukan karena takut. Napas Mara berubah menjadi dangkal dan, ketika dia mengintip dari balik bahunya, matanya berkilauan penuh dengan antisipasi.

"Aku hanya melakukan eksperimen. Aku hanya bertanya-tanya apakah aku bisa membuatmu bernyanyi untukku."

Dahinya berkerut kebingungan. "Bernyanyi?"

"Ya, hanya beberapa nada. Mungkin ini akan berhasil." Dia menggeser satu jarinya ke dalam intinya yang panas dari belakang. Mata Mara menutup bergetar dan ia mengeluarkan erangan panjang dan rendah.

"Itu bagus tapi kurasa kau perlu mencoba lagi. Mungkin nada yang lebih tinggi sekarang." Trent menyodorkan dua jari kedalam dirinya sekarang dan Mara menjerit dan menjepit dengan keras.

"Trent! Kumohon ..."

Trent memainkan dia seperti sebuah instrumen, jari-jarinya berputar-putar dan menggoda organ sensitifnya sampai dia menjerit dalam satu ratapan panjang, terus menerus. Ketika Trent tak bisa bertahan lagi, dia meraih ke bawah dan menggodanya dengan ereksi miliknya, memasukkan kepala di dalam dirinya beberapa kali sebelum ia akhirnya mendorong seluruhnya.

"Aku datang! Jangan berhenti!" Mara menggigil dalam pelukannya, otot internalnya mengencang dan melonggar dengan kekuatan begitu besar hingga Trent tak akan terkejut jika miliknya akan memar nantinya.

"Sialan kau terasa begitu nikmat, Mara. Seperti kau tercipta untukku. Tercipta untuk menerima ini." Dia melebarkan kaki Mara lebih terbuka untuk miliknya. Air mengalir di atas mereka menerpa ke bawah punggungnya saat ia bergerak makin cepat, mendorong ke dalam dirinya seperti orang gila. Hanya Mara bisa membuatnya seperti ini, sedemikian gila untuk memilikinya hingga ia lupa akal sehatnya. Satu-satunya pikiran di kepalanya adalah memberi cap pada Mara bahwa adalah dia adalah miliknya.

"Trent, ini begitu nikmat. Aku tak bisa menerimanya lagi," isaknya.

Dia merasa Mara bergetar dengan pelepasan berikutnya sama seperti rasa familiar yang mengalir di tulang punggungnya. Saat Trent menaruh satu tangan di dinding di atas kepala Mara, ia mendongakkan kepala ke belakang dan menggeram saat ia terguncang seluruh tubuhnya, menaiki gelombang kenikmatan yang mengalir di antara mereka.

Trent membuka matanya beberapa saat kemudian dan berkedip melalui tirai air yang jatuh di atas wajahnya. Mara merosot maju ke dinding ubin dengan satu kaki bersandar ke langkan dari bak mandi. Jika ia bisa, ia akan mengambil fotonya dan memberi label "kepuasan sempurna." Tapi ketika ia menarik keluar darinya ia baru menyadari apa yang ia lupakan. Proteksi.

Teasing Trent (Contemporary Romance) (The Alexanders, #0.5) by Minx MaloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang