Prolog

127 5 0
                                    

"Subjek 250!"

"Ya, bu!"

"Cepat angkut karung-karung tersebut ke truk!"

"Baik, bu!"

Aku menghembuskan nafas panjang setelah menghempaskan karung tersebut dari genggamanku.

Rasanya aku ingin berlari. Sangat.

Tetapi sepertinya memang semua anak sebayaku disini pernah mempunyai pemikiran seperti ini.

Tapi mengapa mereka tidak pernah melakukannya? apakah mereka takut?

"Hey, 248!"
Panggilku pada teman sekamarku yang sedang menenteng karung yang mungkin lebih berat darinya itu.

"Ya, 250?"
Jawabnya sambil terengah-engah.

Aku pun berlari kecil menghampiri temanku yang jaraknya hanya beberapa meter dariku itu.

"Aku kira kau adalah anak yang cukup pemberontak"
Kataku sambil memandangi wajahnya yang tenggelam dalam keringatnya sendiri.

"Kau mungkin harus lebih banyak belajar tentang diriku."
Katanya sambil mulai menarik karung lain disebelahnya.

"Aku pun mungkin takkan tahu kau adalah otak dari kelompok kita kalau bukan karena tanda di lenganmu itu."
Jawabku dengan nada sedikit bercanda.

"Kau tidak bisa menolak fakta bahwa aku ini memang pintar" Jawabnya agak ketus.

"Hey, kawan. santai saja.. aku kan hanya bercanda.."
Kataku sambil mengalungkan lengan ku di pundaknya yang ada di level yang sama dengan pundakku.

Belum sampai aku menyelesaikan perbincangan dengan kawanku itu,

"Hey! 250! kembali ke pekerjaan! cepat!"

Ya..biasa, amarah atasanku yang hanya beberapa tahun lebih tua dariku membuat hatiku berat setiap hari.

Karena itupun aku tak tahan. Aku ingin mencari kebenaran tentang dunia ini.

Bahkan aku tidak mengenal diriku sendiri.

Siapa aku?

SolarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang