4

61 3 0
                                    

Aku perlahan membuka mataku.

Rasanya berat sekali.
Seperti ada sebuah batu dimataku.

Ah, mataku perih sekali.

Saat itupun aku menyadari bahwa mataku  bengkak.

Di saat yang sama aku mendengar orang-orang disekitarku berbicara.

"Apakah dia tidak apa-apa?"

"250, bangunlah.."

Walau masih agak kabur, aku melihat dua orang gadis berdiri disebelah tempat tidurku.

Yang satu memakai jas lab dan yang satunya memakai baju yang sama sepertiku.

Lalu aku pun sadar ternyata perempuan itu adalah 219.

Aku mulai mencoba bangun untuk mengambil gelas berisi air disebelah tempat tidurku.

Aku sangat haus.

"250! Jangan! biar aku yang mengambilkannya untukmu" Sahut 219.

Ia segera menidurkanku kembali lalu ia mengambil gelas tersebut.

"Sebentar ya" Katanya, halus.

Ia lalu memencet sebuah tombol tak timbul di jam perempuan yang memakai jas lab.

Lalu aku merasakan tempat tidur itu mulai bangun dan akhirnya membuatku dalam posisi duduk.

Setelah itu 219 mendekatkan gelasnya ke bibirku.

"Aku bisa sendiri"

Lalu aku melihat raut wajahnya. Ia menggeleng.

Aku baru merasakan tubuhku sungguh berat.
Astaga. Berat sekali.

Tubuhku tak terasa kaku. Hanya berat.

Lalu aku menurut pada 219.

Aku pun mulai meneguk air dari gelas tersebut.

Yang mengejutkan adalah, air ini sungguh nikmat.

Aku lalu meneguk air tersebut sampai habis tanpa bernafas.

"Wah, kau haus sekali ya?"

Kemudian 219 meletakkan gelas tersebut kembali di meja sebelah tempatku terbaring.

"Dimana aku? Tempat ini apa?"

"Aku juga baru tahu nama tempat ini hari ini. Ini namanya Rumah Sakit. Disini biasanya tempat orang-orang yang mempunyai cedera dirawat."

"Dari dulu kalau kita cedera kita tak pernah dibawa ke tempat ini? mengapa?"

"Tempat ini tidak ada di arena kita, 250."

"Maksudmu? Kita sekarang bukan di arena?"

Aku mulai penasaran.

Apa sebenarnya yang orang-orang ini mau dari kami?

"Iya. Aku juga melakukan trials. Tetapi, bukan ujian bertarung sepertimu." Ujarnya sambil tersenyum.

Seketika aku teringat oleh 239.

"Dimana dia?" Tanyaku sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Kebingungan sendiri.

"Siapa yang kau maksud?" Katanya, bingung sambil mengikuti gerakan menolehku.

"239. Dimana dia?"

Aku masih saja panik. Aku takut sesuatu terjadi padanya.

Tetapi itu semua terhenti saat perempuan dengan jas lab terbangun dari diamnya.

SolarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang