14. Balada Sepasang Kekasih

1.2K 11 0
                                    


Ada sebuah cerita mengenai seorang gadis,
yang tiada pernah berhenti untuk tersenyum
Atas semua anugerah adalah miliknya,
atas semua kewibawaan adalah tanggungannya
Dan sang gadis inilah yang menjadi sebuah permata
untuk segala insan yang tengah tersenyum.
Sebuah cerita mengenai seorang gadis,
yang pada akhirnya menghentikan senyumnya.

"Wahai semua daun yang telah gugur,
alunan musik yang tengah aku dengar inikah sebabnya?
Aku bersama dirinya saat ini dan untuk selamanya,
hanya saja mengapa gugur adalah pilihanmu selama ini?
Untuk segala cintaku dengannya dan anugerah,
angin telah kurebut kekejamannya yang tersembunyi.
Semua daun yang telah gugur di tanah,
sungguh aku tiada dapat mencintai lebih dari ini."

Alkisah seorang lelaki yang mendekapnya,
yang menginginkan senyum sang gadis kembali.
Atas kedua matanya hanya tertuju kepadanya,
atas kedua tangannya hanya untuk digenggamnya seorang.
Dan sang lelaki memberi hangat selagi mencium harum rambutnya,
untuk segala laranya ditumpahkan di rangkulannya.
Seorang lelaki yang tiada berhenti mengecupnya,
yang pada akhirnya menghentikan rangkulannya.

"Wahai cintaku yang bermerah-merah,
ikhlas diriku akan kehangatanmu inikah sebabnya?
Aku bersama dirimu saat ini dan untuk selamanya,
hanya saja mengapa tiada pernah engkau menoleh lara?
Untuk segala cintaku denganmu dan gairah,
laut telah kuseberangi kedalamannya yang gelap.
Cintaku yang bermerah-merah dengan segala malu,
sungguh aku tiada dapat mencumbu lebih dari ini."

Rintik hujan membasahi atap jerami dan rerumputan,
entah apa di kejauhan yang ditutupi oleh kabut hujan.
Yang satu hanya memiliki yang lain di dalam kesenduan amat sangat,
dan dingin tengah repot menghancurkan kehangatan rangkulan.
Malam gelap itu hanya dihiasi lentera keemasan remang,
dan dihiasi pula dengan suara alam yang menemani.
Rintik hujan membasahi tanah selagi titiknya mencapai mereka,
dan rintik tangis itu sudah kering atas kasih.

"Masih ingatkah engkau akan waktu itu dulu,
saat kita saling menemukan satu dengan yang lainnya?
Ah, begitulah engkau yang begitu ceria tanpa lara,
senyummu hanya menjadi gelora membara untuk senyumku pula.
Kemudian kita berjalan berdua di padang nan luas itu,
memetik bunga selagi engkau memasangkannya ke telingaku.
Masih ingatkah engkau akan waktu itu,
saat hari pertama kita berjumpa, kekasih?"

Sang lelaki mengelus-elus perut dan pipi kirinya,
entah apa di benaknya yang ditutupi oleh kabut sunyi.
Diri gadis hanya merasakan sendu di dalam keeratan amat sangat,
dan melankoli tengah repot mendiamkan kemesraan cinta.
Lelaki itu hanya dijadikannya tempat berpangku nyaman,
dan dijadikannya pula tempat bersandar yang aman.
Sang lelaki mencium harum rambutnya dan lembut pipi kanannya,
dan sang gadis terdiam dalam lamunan nikmat.

"Masih ingatkah engkau akan waktu itu dulu,
saat kita saling bergandengan satu dengan yang lainnya?
Ah, begitulah engkau yang begitu tersenyum tanpa sendu,
senyumku hanya menjadi gelora membara untuk senyummu pula.
Kemudian kita berduduk-duduk berdua di pantai nan indah itu,
memetik cahaya matahari selagi engkau berbaring di dadaku.
Masih ingatkah engkau akan waktu itu,
saat hari terakhir kita berjumpa, kekasih?"

Pada suatu hari dua insan manusia bertemu,
di hari itu keduanya tiada dapat berhenti mencintai.
Ada sebuah cerita dimana seorang gadis tersenyum,
dan alkisah seorang lelaki mendekapnya dengan hangat.
Sebuah awal yang begitu indah dan penuh rasa hangat,
dan sebuah akhir yang begitu pilu dan penuh rasa dingin.
Inilah tragedi setiap kisah dua insan manusia nan tulus,
yang menceritakan sebuah balada akan kasih sayang.


Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang