Part #7 Getting Closer : Amnesia

34.2K 1.4K 29
                                    

Part #7 Getting Closer : Amnesia

* * * *

Mereka berdua sarapan dalam diam. Adel mengaduk-aduk makanannya tidak bersemangat. Sedangkan Beni malah memakan sarapannya dengan lahap.

Beni menelan makanannya lalu meminum minumannya. Cowok itu menatap Adel prihatin dan berkata, "Kalo makanannya kamu aduk-aduk terus kayak gitu, nanti dingin, Del."

Adel terus saja mengerucutkan bibirnya.
Ia masih marah pada Beni, karena cowok itu semalam tidak mau mengalah padanya.

Setelah Adel berpura-pura pingsan di ambang pintu kamar yang mereka perebutkan semalam, Beni dengan seenaknya menggendong Adel bagaikan karung beras dan menggiring gadis itu ke kamar bawah tangga.

Adel sudah memohon pada cowok itu, tapi lagi-lagi Beni mengusulkan untuk tidur sekamar dengannya.

Sekali Adel merajuk, Beni akan dengan sekenanya menjawab, "Kenapa harus malu tidur sekamar sama aku, Ardela Maharani? Heum? Lagipula, kita kan pernah tidur sekamar sebelumnya."

Dan Adel sekarang benci mengakui bahwa ia tidak menyukai seringaian licik Beni.

'Dasar cowok nyebelin!'

"Nanti Bunda dan Mama akan kesini. Kuharap kamu cepat-cepat mengganti piyamamu itu dengan seragam sekolah," perintah Beni pada Adel yang baru memakan separuh makanan di piringnya.

"Ya," gumam Adel singkat.

Gadis itu membereskan peralatan makannya di atas meja dan mencucinya.

Tetapi baru akan menyapukan spon cucinya, Beni menahan tangan Adel dan mengambil alih.

"Biar aku aja yang nyuci piringnya. Kamu siap-siap ke sekolah sana," kata Beni sambil terfokus pada piring di tangannya.

Adel acuh, dan langsung bergegas menuju kamarnya.

* * *

"Gimana sama rumah ini? Cocok enggak sama kemauan kamu dan Adel?" tanya Bunda Meiti.

30 menit setelah Adel berangkat ke sekolahnya, Bunda dan Mama datang sesuai dengan janji mereka kemarin.

Bunda dan Mama juga membawa pekerja dan banyak peralatan rumah tangga kemari.
Benar-benar mempersiapkan rumah idaman dengan baik.

"Rumahnya luas Bun, Adel juga suka. Tapi dia masih enggak mau tidur di kamar bawah tangga itu," jelas Beni sambil menunjuk kamar tersebut.

"Lagipula Beni enggak mungkin tidur sekamar dengan Adel, kan Bunda?" tanyanya lagi.
Cowok itu mengangkat bahunya.

"Sebisa mungkin Bunda akan bicara dengan Adel, nanti Bunda bujuk dia agar mau tidur di kamar itu," saran Bunda.

"Ingat perkataan Kakek kamu, Ben. Kamu belum boleh nyentuh Adel sebelum gadis itu berusia 20 tahun." Mutia yang sedari tadi hanya diam, ikut menimpali.

Beni tampak mengingat kemudian ia mengangguk.
"Bunda dan Mama tenang saja, Beni enggak akan macam-macam. Lagipula apa yang bakal Beni lakukan pada anak kecil seperti Adel, Ma," aku Beni.

Bunda dan Mamanya tertawa, kemudian melanjutkan obrolan ringan mereka.

* * *

"Hi!"

Adel dan teman-temannya yang sedang berjalan sambil bersenda guraupun menghentikan langkahnya. Gadis itu menoleh pada segerombol anak lelaki yang duduk di depan kantin.

"Hi!" Adel membalas sapaan pemuda yang ada di hadapannya ini dengan kikuk.

"Sejak seminggu yang lalu kenapa bbmnya nggak aktif, kak? Pesanku yang ada di line juga belum dibaca sampai sekarang, sebegitu sibuknya Kak Adel ya di desa Kakeknya?" tanya pemuda itu.

My Husband Or My Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang