Part #6 Our New House

33.4K 1.5K 15
                                    

Part #6 Our New House

* * * *

Selepas acara pernikahan, Kakek Retno mengumpulkan anggota keluarga besar Djamil di ruang aula besar.

Ruangan ini terdapat di gedung hotel yang sengaja di sewa Kakek, lengkap dengan segala perlengkapan pernikahan.

Adel bahkan baru tahu, bahwa Kakek Retno ternyata kaya raya. Buktinya, Kakek bisa menyewa salah satu ruangan di hotel yang Adel taksir akan mencapai sekitar 50 juta.

Belum lagi ditambah dengan tetek bengek pernikahan ini.

Wow! Adel benar-benar tidak menyangka sebelumnya.

"Kamu harus siap-siap untuk pulang ke rumah."

Meiti menyentuh lengan Adel dan itu cukup menyadarkan Adel dari lamunannya.

"Hah, akhirnya!" Adel menghembuskan napasnya lalu mulai mengangkat gaunnya yang kebesaran dan berjalan ke pintu keluar.

"Eh, kamu mau kemana?" tanya Bundanya menahan lengan Adel yang main pergi saja.

Adel menghentikan langkahnya dan bertanya. "Kenapa lagi Bunda? Katanya mau pulang?"

Gadis itu melebarkan matanya yang sedari tadi mengantuk. Adel juga ikut menepuk-nepukkan telapak tangannya ke pipinya.

"Adel udah ngantuk nih, Bunda," rengek Adel.

Meiti memutar bola matanya. "Kamu harus ikut sama mobil suami kamu," katanya.

"Lho, kita nggak pulang ke rumah kita?" tanya Adel bingung.

"Enggak. Kita pulang ke rumah kalian, rumah baru kalian lebih tepatnya," ralat Bunda.

"Apa?! Rumah baru kita? Rumah aku sama dia?" tanya Adel sambil menunjuk Beni yang sedang mengobrol dengan Ayah Adel.

"Hush! Kamu nggak boleh nunjuk Beni gitu dan manggil dia dengan namanya aja, Adel! Kalian kan beda 7 tahun, setidaknya kamu harus manggil dia 'Mas Beni'." Bunda mengingatkan.

Adel menatap Bundanya dengan tatapan protesnya.

"Aku harus manggil dia 'Mas'?!" tanyanya tidak percaya.

Bunda Meiti geram dengan sikap Adel dan langsung menepuk lengan Adel.
"Udah, jangan protes!" tegur Bunda.

"Ih, apaan sih Bunda?! Keluarga ini tuh juga udah ilegal nikahin anak di bawah umur kayak Adel, dan sekarang ... Adel harus nurutin perintah aneh Bunda lagi? Nggak! Adel nggak mau! BIG NO!" ujar Adel. Gadis itu bersungut-sungut menatap Bundanya.

Meiti berpikir sejenak sebelum berkata, " Ya sudah, terserah kamu! Pokoknya Bunda minta agar kamu menghormati Beni, karena dia suami kamu. Awas ya! Bunda nggak mau anak Bunda jadi istri yang durhaka karena nggak hormatin suaminya!"

Bunda tidak mau kalah, ia bersidekap di depan dada. Sambil menatap Adel jauh lebih garang.

Adel yang ditatap Bundanya seperti itu menciut. Akhirnya gadis itu kalah dengan tidak manisnya.

"Bunda, Beni pinjem Adelnya sebentar, boleh?"

Beni menghampiri dua wanita yang sedang berdebat itu. Mengetahui bahwa dua orang itu dalam situasi panas, Beni bertanya dengan nada sangat lembut.

"Beni mau bicarain tentang rumah baru ki-ta," ucap Beni menekan kata kita dan mengerling pada Adel yang masih memasang wajah cemberutnya.

Ewh Apaan sih pake kedip-kedip segala?!

"Iya boleh dong." 
Bunda mendorong Adel dengan antusias pada Beni.

"Ih, Bunda! Jangan dorong-dorong Adel bisa nggak, sih?" protes Adel.

My Husband Or My Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang