Sotol

15.6K 1.1K 4
                                    

Vanila memanjat pohon besar di samping sekolah nya, pohon itu bisa memudahkan dia untuk naik ke dinding sekolah dan membuat nya bisa masuk tanpa di hukum guru piket. Yah tebakan yang benar, kali ini vanila telat bangun karna semalaman harus menggigil kedinginan karna luka nya membuat nya meriang

Jap

Dia melompat dari dinding tinggi itu menengok kanan kiri memastika tidak ada yang melihat nya

Ah selamet deh gue , gak ada yang liat. Yes
Batin vanila

Vanila bangkit dari jongkok nya dan berniat pergi

"Bad girl!" Pekik seseorang, seperti waktu yang berhenti mendadak vanila menoleh dengan gaya slow motion nya

Vanila kaget "LO!" Pekik nya kaget

Di tiang koridor aula awan menyenderkan tubuh nya , melipat kedua tangan nya di dada dan memandang vanila dingin, tapi vanila tau di sorot mata nya ada tatapan merendahkan, dan itu membuat vanila kesal

"Ngapain lo disini?" ketus vanila

"Ngeliat monyet manjat plus lompat dari tembok" jawab nya santai

"eh lo ngomong seenak udel lo aja yah, Yang lo maksud monyet itu gue?" Judes vanila

"Gue gak bilang gitu yah!"

"Arrrrggggggg" erang vanila menghampiri awan "Lo bilang lo liat monyet lompat dan manjat kan? Secara gak langsung lo ngatain gue, autis" sambung nya

Awan berdiri tegak lalu menatap vanila tajam "Oh yah?"

"Dasar sarap, autis, penguntit" cela vanila menantang awan

"Siapa penguntit? Gue?" Tanya nya "Gue rasa yang penguntit itu lo? Dari kemaren lo ikutim gue terus, kekantin, perpus, parkiran dan bahkan toilet" sambung awan

Sebenar nya vanila malu mengakui itu tapi karna dia kelewat marah akhir nya rasa malu itu pudar "Oh jadi sekarang lo emang benar mau nantang gue yah?"

"Gue gak nantang siapapun, lo aja yang terlalu bodoh, ngangep ini sebuah tantangan!"

"Eh anak baru, yang otak nya autis, walaupun notoben nya lo kakak kelas gue, gue gak takut sama lo?" Geram vanila

"Gue gak nakut-nakutin lo?"

Kan liat deh, cowo autis ini bikin gue naik pitam, pengen banget rasa gue cepet ngedepak dia. Arrrrggg
Batin vanila

Sebelah bibir awan terangkat membentuk senyum sinis "Kalau emang lo mau ngedepak gue dari sekolah ini, coba kalau bisa. Gue tunggu action loh, sweety"

Setelah mengucapkan itu awan pergi meminggalkan vanila yang kaget atas apa yang dikatakan awan

"Berarti bener kata meli, dia bisa baca pikiran" gumam vanila

****

Dan sekarang benar saja, vanila berusaha untuk mengeluarkan awan namun selalu saja gagal. Pertama menjaili awan dengan mengoleskan lem di kursi nya tapi malah deny yang kena karna kebetulan mereka berdua satu kelas. Kedua berusaha membuat jebakan malah penjaga sekolah yang terjerat. Ah serasa semua usaha yang iya lakukan untuk mendepak awan dari sekolah ini gagal terus apa perlu dia bicara pada orang suruhan papa nya untuk mengeluarkan awan. Tapi no dia tidak butuh bantuan siapapun jika emang ia ingin menjatuhkan musuh nya maka harus dengan tangan nya sendiri.

Sekarang dia duduk di kantin bersama meli yang terbahak mendengar semua aksi nya gatot, gagal total!

"Gila..hahahha.. di antara semua murid di sekolah gak ada yang bisa gagalin kejahilan lo kecuali, A.W.A.N!..bhahhahah" tawa meli

Vanila merungut kesal melihat diri nya yang di tertawakan sahabat nya, ia menyeruput teh manis nya kesal menimbulkan suara yang keras

"Gimana nyerah sama tantangan lo sendiri?"

Meli dan vanila menoleh cepat. Kedua nya kaget melihat awan duduk di samping vanila dan memakan mie ayam pesanan vanila yang baru saja dateng

"Mie gue?" Vanila memandang miris mie nya yang di makan awan "Eh autis, gak punya attitude lo? Mie gue kenapa lo makan"

Awan meminum jus jeruk melu santai "Attitude gak di pakai kalau dalam ke adaan laper, itu pernyataan para ahli" jawab nya santai

"Arrrrgggg... Otak lo itu kelewatan autis kali ya? benci banget gue sama lo. Sotol" geram vanila

"Sotol apaan van?" Tanya polos meli

"SOtoy TOlol" ketus vanila

Meli menahan tawa berusaha menjaga hati sahabat nya yang selalu bisa membuat kata-kata unik

"Kreatif juga kepala udang lo ini, gue kira di kepala lo cuma ada kata jahilin, nyata nya bermanfaat juga" pernyataan awan

"Gue gak minta pendapat lo tentang otak gue. Dan catat di otak lo autis, kepala gue bukan otak udang"

"Gue bakal catat itu bukan di otak tapi di hati" gombal nya yang sama sekali gak ada nada gombal di dalam nya melainkan suara datar yang ia keluarkan

"Lah lu ngegombal kali kak?" heran meli

Awa tidak menjawab melainkan melempar senyum tipis ke arah meli, dan see meli kaya cacing kepanasan jejingkrakan

"Diem kenapa oon" vanila menarik seragam meli memberhentikan aksi jejingkrakan nya "Diem bisa kan mel" sambung nya

Meli memerengut kesal lalu duduk kembali menatap kedua ciptaan tuhan itu yang sedang saling menatap sengit,  atau lebih tepat nya vanila lah yang memandang awan sengit

"Denger yah kakak berotak autis, hidup gue tuh gak ada sangkut paut nya sama lo, mau gue jailin siapapun termasuk lo dan itu gagal, gue gak kan nyerah sebelum maut yang ngeberhentiin gue" sengit vanila

"Yah, dan pasti kalau lo mati, gue pastiin lo masuk neraka" mata awan menyiratkan ke licikan "Semua orang punya takdir van, senang dan sedih. Tapi seenggak nya terima keadaan"

Kalimat itu sukses bikin vanila yang hendak berbicara mengurungkan niat nya dan malah menohok hati nya, yang tersentuh

"Ta---tau apa lo tentang takdir?"

"Mungkin sekarang yang lo hadapin itu gak pas sama ke mauan lo, tapi liat ke depan jangan ke belakang"

"Ma-maksud lo?" Gugup vanila

"Ah ya... udah bell, gue pergi, bye meli" alihkan awan

Vanila menatap awan tajam meminta jawaban, tapi awan malah membalas nya dengan senyuman, lalu mendekat ke arah telinga vanila dan membisikan sesuatu

"Orang gak tau apa isi hati lo, tapi gak buat gue. Selamat bertengkar dengan pikiran, my sweety" bisik awan

Kemarahan vanila kini memuncak, ingin rasa nya ia mengakat kursi kantin dan memukul punggung awan hingga pingsan dan tidak sadarkan kembali sehingga bisa melempar nya ke kutub utara, jadi dia bisa berkumpul dengan para sahabat dingin nya

"ARRRGGGGG , DASAR SOTOL, TAU APA SIH LO TENTANG GUE? GUE BAKAL BIKIN LO KELUAR DARI SEKOLAH INI. INGET ITU AUTIS"

Meli berusaha menangkan sahabat nya yang marah itu "Sabar van, sabar. Inget jemuran di rumah belum di angkat. Eh salah maksud nya lo bisa balas ka awan nanti okey sabar!"

Vanila menatap meli kesal "Ga usah sok akrab sama dia mel, jangan panggil dia kakak. Bahkan muka nya gak pantes di sebut kaka, melainkan pengecut!!" Pekik vanila

Meli nyengir "hehhh iyah, sorry vanila, tapi lo udah yah marah nya, serem gue liat lo kaya gini"

Vanila mengatur dada nya yang naik turun karna marah, ia berusaha menetralkan kemarahan nya.

Gue bersumpah sama diri gue sendiri, lo yang ngusik tentang hal pribadi gue, maka tekat gue ngeluarin lo dari sekolah udah bulat. Liatin aja anak autis, hidup lu terancam sekarang!
Batin vanila marah

Awan Vs VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang