Defresi

11.8K 931 6
                                    

Sudah hampir 1 minggu vanila berada di rumah sakit jiwa, tidak berbicara apapun. Karna kejadian itu vanila sangat tertekan.

Rabu kemarin dia di rawat karna demam yang tinggi namun. Setelah dia siuman dia malah menangis dan kadang melamun. Entah apa yang si pikirkan nya, dokter tempat nya di rawat menyaran kan dia di bawa ke rumah sakit jiwa, karna seperti nya dia sangat tertekan akan sesuatu hal. Awal nya kedua orang tua nya menolak namun meliha t kondisi vanila yang kadang mengamuk. Jadi nya dengan berat hati membawa vanila ke RSJ

Begini lah sekarang , vanila berbaring menghadap tembok dan menangis dalam diam. Memikirkan hati nya yang hancur lebur dan hati nya yang sangat tertekan. Sedangkan di depan kedua orang tua nya dan juga meli melihat miris keadaan vanila saat ini. Mama nya sudah menangis di pelukan papa nya. Lalu dokter pun datang menghampiri mereka

"Maaf bisa bicara di ruangan saya sebentar. Ada hal penting yang harus saya bicarakan!" Ucap dokter tersebut

Mama dan papa nya menyetujui permintaan dokter itu, sedangkan meli memilih akan menemui vanila..

****

Meli memasuki ruang rawat vanila, tapi vanila tidak bergeming walaupun tau ada orang yang masuk.

"Vanila.." panggil meli

Vanila membuka mata nya dan tetap memunggungi meli. Meli menahan mati-matiian tangis nya

"Vanila, ngomong dong sama gue...hiks..." tapi nyata nya air mata nya tidak kuat untuk menahan sedih di hati

Sejujur nya vanila mendengar dan merasakan sedih juga, tapi hati nya ini lebih sedih dan sakit. Maka dia memilih diam

Meli memegang pundak vanila

"Lo gak harus kaya gini terus van, apa lo gak mau naik kelas? Terus ujian. Lulus dan jadi orang sukses. bukan nya dulu lo bilang mau jadi orang sukses? huh?"

Meli berusaha keras agar vanila membalas perkataan nya tapi nihil hanya suara semilir angin dan hembusan napas yang di dengar meli. Tapi meli tau vanila mendengar dan tidak tidur saat ini.

"Ini semua pasti karna awan
IYA KAN? Ternyata dia punya pengaruh lebih buruk dari yang gue kira. Vanila jawab gue ini semua karna AWAN DEWANA ERON IYA KAN?"

"AARRRHHHH... PERGI LO, JANGAN DI SINI...PERGI...ARRGGGGGG PERGIIIIU"

Vanila mengamuk. Lalu para perawat datang menenangkan vanila dengan suntikan.

Meli bingung harus apa bukan takut saat ini yang dia rasa tapi sedih melihat keadaan vanila saat ini. Vanila yang begitu ceria, luvu dan periang kini menjadi manusia pemarah, pengamuk dan pendiam.

Awan...

Nama itu sungguh di benci meli saat ini, dia yang sudah membuat teman nya ini depresi.

Di lihat lah vanila yang saat ini sudah tenang tertidur, dengan kedua tangan dan kaki yang di ikat, meli mengahampiri vanila. Air mata nya terus saja terjatuh. Kawan nya harus selalu di suntik agar tertidur dan harus menangis jika terbangun. Meli tidak tega akan hal itu. Melihat wajah teman nya kini menakutkan. Kantong mata vanila yang hitam, rambut nya kusut dan mulut nya yang kering. Vanila yang cantik berubah menjadi monster yang frustasi

Meli duduk di bangku tepat di samping vanila menggenggam erat tangan vanila.

"Van.. gue mohon lo sadar. Gue kangen lo yang selalu ngatain gue oon...hiks" tangia meli pecah

"..gue...gue gak bakal marah lagi kalau misal nya lo makan bakso gue, atau bahkan jitak gue 10 kali dalam sehari..tapi please balik kaya dulu lagi... hiks...hiks...."

"...gue kangen lo sahabat gue. Kangen lo....hiksssss... gue mohon balik van. Gue sayang lo sahabat gue..hiksss"

Meli mencium beberapa kali tangan awan dan kini menudukan kepala nya yang masih mengenggam erat tangan vanila

Vanila yang mendengar sahabat nya menangis tersendu-sendu lalu mengusap rambut teman nya sayang

"G-gue j-ug-a ss--aya--an-ng l-lo meli" ucap vanila terbata-bata

Lantas meli mendongkak melihat vanila yang tersenyum dan air mata nya mengalir di pipi nya

"Lo..lo balik van... gue...gue bakal panggilin dokter"

Meli berlari keluar

"DOKTER...DOKTERR TOLONG SAYA DOK" teriak meli lalu berlari mencari dokter

Sedangkan vanila tersenyum miris

Gue akan berusaha lupain lo awan, kenangan kita. Muka lo. Makasih semua nya. Good bye too awan Batin Vanila

Lalu gak lama dokter datang bersama ketiga orang di belakang nya yaitu meli dan kedua orang tua vanila.

Dokter memeriksa vanila dan tersenyum bahagia.

"Pak tom, ternyata dugaan saya benar kalau anak anda akan segera siuman. Dia sudah baikan dari defresi nya" ucap dokter itu

Papa vanila berterimakasih pada dokter itu sedangkan mama dan meli menangis haru dan langsung menghampiri vanila

"Sayang kamu sembuh nak.. terimakasih tuhan" ucap mama nya

"Lo balik van. lo balik" ujar meli senang

Vanila tersenyum lembut ke arah orang yang dia sayang itu

"Maafin vanila mah, udah bikin kalian sedih" ucap vanila memegang tangan mama nya

"gak sayang kamu gak salah" ucap papa nya yang lalu mencium kening anak nya itu

"maafin gue mel. Udah bikin lo nangis" ucap vanila

"Vanila lo gak salah. Gue nangis karna gue sayang sama sahabat gue" elak meli

"Vanila gak tau harus bilang apa tapi yang jelas. Vanila sayang kalian mah pah. Dan meli gue juga sayang sama lo" tangis vanila pun pecah

Mereka pun menangis bersama di kamar itu. Itu akan jadi hari terakhir vanila akan tidur di kamar gila itu. dan juga awal dimana dia akan melupakan awan, orang yang membuat nya merasakan cinta dan patah hati bersamaan.

Awan Vs VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang