Tidur Abadi

3.1K 173 4
                                    

Georgia tidak bisa tidur pada malam harinya. Dia terus memikirkan surat Ratiel untuk Alexa. Juga wajah Alexa yang malu-malu ketika membaca surat.

'Kenapa Alexa bisa mendapat surat dari Ratiel? Padahal dia hanya murid baru di sekolah itu. Dan aku masih penasaran dengan isi surat yang diberikan oleh Ratiel untuk Alexa' batinnya

Georgia menatap langit malam yang sedang cerah malam itu. Bintang-bintang bertaburan dengan indahnya. Malam ini, langit seperti kue coklat dengan taburan gula pasir.

"Ya Tuhan.. Apakah aku salah mencintai orang yang tidak mencintaiku? Apakah itu salah? Apakah ini karma dari perbuatanku yang salah?" Tanyanya pada langit.

Dada Georgia makin sesak. Akhirnya Georgia menangis dengan pelan. "Ratiel.."

Georgia terus menangis sambil mengucap nama Ratiel.

Dia mengingat Pria (atau tepatnya vampir) yang bertubuh sangat tinggi itu. Rambut coklatnya, iris mata emasnya, kulit pucatnya yang ia sukai dari pandangan pertama.

"Alexa memang hebat. Hebat sekali. Dia memang gadis yang begitu berbakat dalam memikat hati pria." Georgia menangis makin kencang.

Tiba-tiba dia tersentak. Dia mengangkat kepalanya yang tertunduk. "Tidak, kamu tidaj boleh lemah, Georgia! Harus kuat! Ratiel pasti menyukai gadis yang kuat! Ayo semangat! Jadilah yang lebib baik daripada Alexa! Ayo semangat Georgie!"

Dia menghapus air matanya dengan cepat. Dia menghadapkan wajahnya kekaca dan tersenyum manis. "Nah, lebih baik. Ayo terus seperti ini."

Dia akhirnya memutuskan untuk tidur walau dia baru bisa tertidur 1 jam kemudian.
______

Alexa menatap keluar jendela dengan tatapan semu. Kali ini bukan Ratiel. Atau juga Dan. Tapi Ayahnya, Landerge Di Narvera.

Sorot mata Alexa makin semu ketika ingatan tentang tadi malam yang terua terngiang kembali. Dia menumpukan dagunya di tangannya yang juga ditumpukannya ke meja.

Alexa mengingat kembali dengan jelas apa yang terjadi tadi malam. Ekspresi itu, ucapan itu, rasa sakit itu, dan juga, rasa kehilangan yang teramat sangat itu.

Malam itu, ada hal yang berbeda dengan Ayahnya. Tatapan serius dan dingin ayahnya yang tidak pernah berubah malam tadi berubah menjadi tatapan sendu yang tidak lepas dengan hawa khas dinginnya.

Mata Alexa berair. Dia menyembunyikan wajahnya di meja. Tak tahan lagi dengan sesak didadanya, Alexa menangis melepas semua sesak didadanya yang ada sejak tadi malam.

Puk

Seseorang telah menepuk punggung Alexa dengan tangan hangatnya. Merasakan punggung Alexa yang bergetar, dia mengelus-elus punggung Alexa.

"Apa yang terjadi, Alexa? Kau bisa cerita padaku. Jika kau mau.." Ucap orang itu dengan suara yang terasa familiar.

Alexa makin menjadi mendengar kalimat itu. Itu kalimat yang biasanya diucapkan oleh ayahnya yang telah menyayat hatinya tadi malam.

*Note: bagian flashback ditulis dengan italic

Malam itu, ketika Alexa telah tertidur dengan tenang. Belum sepenuhnya karena malam itu Alexa baru bisa tertidur ketika fikirannya yang sebelumnya berkecamuk hebat menjadi tenang.

"Alexa." Panggil Ayahnya lirih sambil mengetuk pintu.

Mata Alexa terbuka. Dia belum sepenuhnya tertidur sehingga masih dapat mendengarkan suara dengan baik. "Ada apa, ayah?"

Ayahnya menatap Alexa dengan pandangan yang sulit diartikan. Juga senyuman lirih. "Kemari, ada yang ingin ayah bicarakan padamu."

Alexa menurut saja dan mengikuti ayahnya dari belakang sampai ruangan yang biasanya ditempati oleh ayahnya.

Vampire School DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang