Karena dendam, aku lupa bahwa diriku juga butuh kebahagiaan dan cinta
***
Yak Jeon Jungkook! Mengapa kau selalu memaksaku? Aku tak ingin membuatmu sakit hati karena ucapanku, tetapi kau yang memancingku untuk marah padamu.
Lagi pula, apakah harus jika menyukai seseorang kita harus menuntutnya untuk menyukai kita kembali?
Sungguh aku tak paham akan hal ini.
Ponselku berdering.
"Halo?"
"....."
"Nanti malam?"
"...."
"Tapi aku tak tau rumahmu Jiy."
"...."
"Baiklah"
Aku memutuskan sambungan telpon kami.
Jiya mengajakku untuk datang ke rumahnya. Dia bilang kedua orang tua nya ingin melihatku dan ingin mengenal sahabat Jiya.
Sebenarnya menurutku, tidak penting aku di kenalkan ke mereka. Toh aku tak sederajat dengan mereka. Tetapi karena ini permintaan Jiya dan tidak salahnya sekali-kali aku menuruti kemauannya.
***
Haena menunggu Jiya di depan pusat perbelanjaan.
Tak lama sebuah mobil besar dan mewah berhenti dan keluarlah Jiya.
"Haena, ayuk masuk,"ujar Jiya.
Haena menurut, namun ia agak ragu untuk memasuki mobil itu.
"Jiy, apa tidak seharusnya aku naik bus saja. Aku tak mau mobilmu kotor karena aku. Kan kita beda. Kau kaya dan aku mis-"
"Masuklah. Aku tak suka dengan orang yang menolak ajakanku. Dan berhentilah merasa tidak enak hati padaku. Kau sahabatku Haen.
Apa aku sejahat itu? Maksudku apa aku jahat sampai kau bisa memikirkan hal yang tidak mungkin aku pikirkan?"
"Tidak juga, tetapi ... Yasudahlah."
***
Setelah setengah jam perjalanan. Akhirnya mereka sampai di rumah Jiya.
Sungguh sangat besar dan megah.
Haena tampak diam canggung ketika sudah turun dari mobil dan hendak masuk ke rumah Jiya.
"Ayo!" ujar Jiya.
Mau tak mau Haena menurut.
Mereka memasuki rumah Jiya.
Haena di minta duduk di ruang tamu, sementara Jiya memanggil kedua orang tuanya.
Cukup lama Haena menunggu. Haena merasa bosan, ia segera melihat bingkai yang berada di dekat meja tamu itu.
Terlihat di sana ada Jiya bersama dengan kedua orang tuanya.
Seketika ia terdiam dan memegang dadanya yang mendadak menjadi sesak.
"Haen," panggil Jiya.
Haena segera menoleh dan ia telah mendapati kedua orang tua Jiya.
"Haen ini orang tuaku."
Haena memegang dadanya yang semakin terasa sesak.
"Halo Haena," sapa ibunya Jiya.
"Ini teman kamu sayang?" tanya Ayahnya Jiya seraya memeluk pinggang Jiya.
Haena masih terdiam.
"Haen, kamu sakit?" tanya Jiya yang melihat wajah pucat Haena.
"Ahh ... tidak ... a-aku ada pekerjaan yang harus aku selesaikan sekarang. Ahh maaf. Aku harus pulang," ujar Haena secara tiba-tiba lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA (jungkook ff)[SUDAH DI TERBITKAN]
Fanfiction"Its hard for me to accept you, but too hard to leave you."