Day 6

32 6 0
                                    

1 September 2008

Tom, dia seperti biasa, selalu menjadi pengecut.

"Kau sebaiknya menjadi model Tom!" Teriakku, saat ia sedang berpose di depan cermin. Aku tertawa melihatnya, pasti ia tidak menyadari kehadiranku sedari tadi.

"U fuck!" Ia mengutuk. Aku bisa melihat wajahnya berubah menjadi merah karena malu. Aku terus tertawa di hadapannya.

"Kau melakukannya dengan baik!"

"Keluar dari kamarku!"

"Aweee, suasana hati model baru kita sedang tidak baik rupanya." Ejekku

"Apa orangtuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun?" Ia terlihat marah sekarang.

"Chill." Itulah yang aku katakan sebelum akhirnya pergi dari kamarnya.

Beberapa menit kemudian Tom keluar, ia tidak melirikku sama sekali. Apa dia marah karena aku memergokinya sedang berpose ala ala model?

Ia membawa laptop dan kunci mobilnya keluar.

"Hey Tommy! Kau marah padaku?"

"Kau memanggilku apa?" Rahangnya terkatup.

"Tommy."

"Jangan pernah memanggilku Tommy!"

"Itu karena kau selalu menjadi berengsek!"

"Kau terus saja mengusikku." Ia berkata di bawah napasnya.

"Kau ini sentimental sekali Tom."

"Maaf." Hanya itu yang ia katakan sebelum masuk ke dalam mobil, aku ikut tentu saja. Mau tidak mau Tom harus mau karena aku selalu bisa.

"Kita mau kemana?" Tanyaku.

"Aku mau mencari pekerjaan lain." Jawabnya datar.

"Oh," terlihat jelas bahwa ia sedang tidak dalam mood yang baik. Lalu tiba tiba aku mendapatkan ide.

"Kau ingin mendengar cerita bahagia?" Tanyaku.

"Tidak jika itu ceritamu." namun aku tetap bercerita.
(a.n. I love flashback part. Lol.)

Siang itu, di katin sekolah, aku dan Alyssa sedang duduk santai, aku sambil memainkan ponsel dan Alyssa menyalin tugas yang seharusnya ia kerjakan di rumah. Sampai akhirnya kedamaian yang sedang kami rasakan terganggu saat aku merasa karet rambutku ditarik dan membuat rambut panjangku terurai. Aku menolehkan kepala untuk melihat siapa pelakunya yang tidak lain adalah Radit. Untuk yang ke tiga kalinya dalam seminggu ia mengambil karet rambutku. Aku menggeram kesal.

"Radit! Demi Tuhan!" Aku membentaknya. Ia hanya tertawa melihatku dan memakai karet rambutku di pergelangan tangannya.

"Kau mengenalnya?" Tanya Alyssa penasaran, ia menatap Radit sinis, jelas karena ia terganggu.

"Dia Radit," jawabku singkat.

"Bagaimana kalian bisa kenal?"

"Dia mengambil karet rambutku sejak minggu lalu, dan memperkenalkan diri." Aku langsung teringat pertama kali Radit mengambil karet rambutku, sangat aneh, aku masih tidak mengerti sampai sekarang, aku bahkan tidak pernah bicara padanya.

"Dasar pencari perhatian," Alyssa mengendus kesal "acuhkan saja, dia pembuat masalah." Lanjutnya.

"Aku tidak pernah mendengar namanya menjadi topik pembicaraan?" tanyaku, bingung mengapa Alyssa bisa bicara seperti itu.

"Emma, karena kau tidak pernah keluar dari zona mu." Ia menjawab santai tanpa menatapku, masih fokus dengan tugasnya.

Satu bulan. Radit masih melakukan hal yang sama. Tapi ada yang berbeda, sekarang aku tahu sedikit tentangnya, ia anak kelas 12 biologi III, sekarang jika bertemu kita akan bertukar senyum, kadang kadang juga ia mengajakku bicara dan ia punya semacam perkumpulan di luar sekolah, entah apa namanya, ia bersekolah mengendarai sepeda motor, dan ia suka mengunyah permen karet.

40daysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang