[2] A Mistake?

39 5 0
                                    

Dengan secepat kilat aku membuka pintu dan mendapatkan siapa yang berdiri dengan wajah bingung dan putus asa sembari melihat ponselnya. Aku terkejut dan jantungku serasa ingin keluar melihat Kyuhyun berdiri didepan pintu apartemenku. Dia tepat didepanku kedua kalinya hari ini.

"Luna!" Serunya ketika aku berusaha menetralkan detak jantung dan nafasku yang sesak karena pria bodoh ini.

"Bagaimana bisa kau berada disini?" Tanyaku setelah berhasil menetralkannya walaupun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Kalian tahu? Aku gugup! Rasa sakit itu tergantikan dengan rasa rindu yang membuncah ketika aku menatap sosok pria ini lagi.

"Ah kau lupa? Kau punya janji padaku untuk menemaniku jalan-jalan di Jakarta." Oh shit, Kyuhyun. Bagaimana bisa aku lupa akan hal itu? keadaanku benar-benar kacau karena dirimu.

"Aku tahu, tapi bagaimana bisa kau menemukanku disini? Di apartemenku?" Tanyaku lagi, hatiku lega karena kali ini nada bicaraku sudah seperti semula.

"Tentu saja bibi Gwan yang memberitahuku, bodoh." Ah gila, aku lupa dia ini keponakan Mrs. Gwan. Berhadapan dengannya membuat kepalaku sedikit eror. Oh dan tunggu... apa yang dia bilang tadi? Bodoh?

"Kau yang bodoh." kataku datar tanpa melihatnya, pandanganku hanya lurus kedepan. Bahaya jika telah melihat manik mata itu. Bisa-bisa aku goyah.

Dia tercengir. Cih, dasar pria korea bodoh! Aku benci padamu cho kyuhyun! Aku benci!!!!

"Wow wow.... Ada apa dengan tatapanmu Luna? Kau ingin memakanku hah?" Katanya dengan nada sedikit jahil yang membuat kedua pipiku memanas. Oh sialan... tolong jangan merona disaat seperti ini.

"Si-silahkan masuk, tuan Cho." Kataku mempersilahkannya masuk yang seharusnya dengan nada sinis justru jungkir balik menjadi gugup. Hah, sebegitu besarnyakah pengaruh pria ini dalam hidupku?

"Jangan pura-pura formal Luna, kita sudah kenal sejak SMA." Katanya sembari berjalan masuk kedalam apartemenku. Aku tau Cho Kyuhyun!! Aku tau! Kau sendiri yang membuatku seperti ini!

Kulihat dia yang sedang melihat-lihat ke sekitar apartemenku. 

"Apartemenmu kecil.." Gumamnya pelan tapi masih terdengar olehku.

"Jangan sombong tuan Cho, aku tau kau orang kaya, lagipula aku tinggal sendiri, untuk apa punya apartemen besar?" Ketusku berlalu meninggalkannya ke dapur. Menyiapkan suguhan sederhana untuk tamu yang berkunjung. Tata krama yang selalu ibu ajarkan padaku.

Secangkir teh manis dan setoples cemilan kuletakkan dimeja. Kulihat Kyuhyun yang masih sibuk memerhatikan sejejeran bingkai foto yang ku pajang di dinding ruang tengah ini.

"Apa foto itu lebih menarik, tuan Cho?" Kataku menyindirnya dan ia langsung berbalik, senyuman khas-nya membuat tubuhku bereaksi. Bahwa senyuman itulah yang selalu kurindukan hingga hampir mati rasanya. Senyuman yang tiap malam kulihat didalam mimpi.

"Hey, cepatlah ganti bajumu!" Suaranya mengejutkanku. Ternyata ia sudah menyeruput teh dan memakan cemilan yang kusediakan. Aku menghela nafas lagi, sebegitu besar pengaruhnya senyuman dari seorang Cho Kyuhyun? Sampai-sampai aku tak sadar kalau ia sudah berada didepanku. Hah Luna, pesona Cho Kyuhyun tidak pernah mati.

Sepasang tangan mendorongku ke arah pintu kamar. "Cho Kyuhyun! Apa yang kau lakukan?".

"Kubilang ganti bajumu, kau justru melamun. Kau kan sudah berjanji padaku untuk menemaniku!" Aish dasar pria ini, pemaksa sekali!

"Aku tahu! Lagipula siapa yang berjanji? Aku tak pernah mengatakannya! Kemarin kau langsung pergi tanpa persetujuanku!" Labrakku melepaskan tangan hangat itu pada bahuku, melipatkan tangan didepan dada, memasang tatapan menuntut.

HIM & HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang