[8] The Mission Part 2

35 2 0
                                    


Seorang gadis kini sedang berbaring pada single-bed nya. Ia membungkus seluruh badannya dengan selimut hingga tersisa sebagian wajahnya yang terbebas. Penerangan di kamar ini sengaja ia redupkan dan meninggalkan lampu tidur di kedua sisi tempat tidur yang masih menyala. Matanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, lalu lama-kelamaan menjadi tatapan menerawang. Gadis itu kini mengingat masa-masa pertama kalinya ia bertemu dengan pujaan hatinya. Siapa lagi jika bukan Cho Kyuhyun.

Mereka bertemu pertama kali saat duduk di bangku SMA. Sebenarnya mereka tidak sekolah di sekolah yang sama. Bahkan mereka bersekolah di dua tempat berbeda yang sangat jauh jaraknya. Kyuhyun saat itu kelas 12 dan ia sendiri kelas 10. Memang dasarnya mereka berbeda dua tahun dan sama-sama orang yang kesepian. Keduanya sama-sama tidak memiliki banyak teman atau bahkan tidak memiliki teman sama sekali. Keduanya hidup dengan kesendirian kecuali ketika berada dirumah. Hanya di tempat itulah mereka bisa mengeluarkan ekspresi dan berbicara apa saja yang mereka mau.

Pertemuan mereka diawali dengan Kyuhyun yang tidak sengaja berkunjung ke sekolah Luna.

*flashback on*

Seorang lelaki remaja tampak sedang berbaring di sebuah bangku taman sekolah. Ia menaruhkan lengannya dibawah kepala sebagai bantal. Lalu menutup matanya dengan rapat. Angin sepoi musim gugur serta dedaunan yang jatuh dari pohon maple disamping bangku panjang itu membuat hawa disekitarnya terasa sangat sejuk. Lelaki itu memang sengaja menidurkan tubuhnya, ia ingin beristirahat dari kepenatan yang selama ini terjadi padanya.

Sedangkan, beberapa siswa-siswi sekolah itu terlihat ribut dengan berbisikan. Mereka terlihat bingung karena seseorang yang mereka perbicarakan sekarang bukanlah siswa dari sekolah mereka. Jelas sekali jika dilihat dari seragam sekolah dan wajah lelaki itu yang asing di mata mereka. Beberapa siswi berharap jika Kyuhyun seorang anak pindahan. Karena tidak salah lagi, dengan hanya melihat Kyuhyun tertidur dengan tenang disana mereka telah terpesona. Sampai begitu kuatnya pesona lelaki remaja itu sehingga siswi-siswi itu melihat Kyuhyun seperti melihat seorang pangeran yang sedang tertidur menunggui permaisuri yang akan datang menciumnya.

Desahan-desahan kagum keluar dari mulut siswi-siswi itu tak terkecuali Shin Luna yang berdecak dalam hatinya. Gadis itu hanya melihatnya jauh dari kerumunan siswi yang bertengger di koridor sekolah. Ia hanya memandang lelaki asing bak pangeran itu dalam diam. Seolah suaranya dapat membangunkan sang pangeran dari alam mimpinya. Senyuman tulus gadis itu berkembang dibibirnya. Tangannya naik menyentuh kaca jendela, seakan ia sedang menyentuh si pangeran yang tertidur di bangku taman sekolahnya.

Sebenarnya siapa kau?

Sekolah untuk hari ini telah berakhir. Luna berjalan sendirian di sepanjang koridor sekolah. Ia baru saja menyerahkan tugas rumahnya kepada guru di ruangannya. Suasana sekolah saat ini sudah berangsur sepi, karena sebagian besar siswa disini selalu dijemput tepat waktu. Sangat berbeda dengan dirinya yang selalu pulang terlambat karena supir keluarga mereka yang juga ikutan sibuk dengan schedule ayah ibunya, atau ia lebih memilih pulang dengan bis jika orang itu benar-benar tidak bisa menjemputnya. Memang selalu begitu, kedua orangtuanya yang tergila-gila dengan pekerjaan membuat ia merasa sangat kesepian, terlebih lagi ia tidak memiliki satu orang pun saudara. Benar-benar hidup yang membosankan.

Luna memberhentikan langkahnya ketika menginjak sebuah daun maple berwarna merah kecoklatan. Ia mengambilnya, memperhatikan struktur tulang daunnya yang membuat daun itu memiliki lima jari. Angin musim gugur pasti menerbangkan daun ini hingga sampai di koridor sekolah.

Luna kembali melangkahkan kakinya. Namun, sebelum ia jauh melangkah ia lagi-lagi melihat dedaunan yang sama berjatuhan didepannya seiring dengan angin sepoi yang berhembus pelan. Kini, lantai sepanjang koridor dipenuhi banyak daun maple yang berserakan. Ia mengernyit, lantai yang semula bersih itu sedikit kotor karena angin yang membawa sang maple. Ia berjalan sembari memutik daun-daun itu dengan tangan kanannya lalu mengumpulkannya di tangan sebelah kiri. Hingga daun yang terakhir, Luna menegakkan tubuhnya. Ia melihat tangannya yang telah penuh dengan benda berwarna merah kecoklatan itu, lalu mendongakkan wajahnya yang mengantarkan mata beningnya melihat sosok pemandangan indah yang membuat hatinya tergerak untuk menghampiri sosok itu.

HIM & HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang