#8 Gloom is Back

784 16 15
                                    

Josh berada di depan ruang UGD, dia bulak balik sesekali melirik cemas ke arah ruangan tersebut, di dalam ruangan itu berisi dokter dan suster yang sedang berusaha menyelamatkan nyawa sepupunya yang tak lain adalah Deon. sedangkan Bella? Gadis itu terluka parah, nyaris seluruh tubuhnya diguyur oleh darah, gadis itu memasuki pintu rumah sakit dalam keadaan sekarat dan sedang merenggang nyawa, bunda Hanna histeris dan langsung menyusul ke rumah sakit, wanita paruh baya itu seperti mayat hidup, wajahnya pucat, tatapannya kosong, bunda Hanna terlihat sangat shock.

Lelaki itu tergeletak lemah didalam ruangan, beberapa orang berusaha menyelamatkan nyawanya dengan bantuan alat-alat medis. Josh sudah coba menghubungi nomor telepon mommynya Deon, namun ponsel wanita itu ternyata tidak aktif, secelah ide memasuki otaknya, dia menelpon nomor daddynya Deon sampai tujuh kali, saat kedelapan kalinya, suara berat yang diyakini papa Deon menyambut setengah kesal, dia mengatakan kalau meeting baru saja selesai, gusaran dan kekesalan berganti dengan keterkejutan kurang dari 30 detik, namun Pria tua itu meminta maaf karena tidak bisa menemani Deon, dia ada urusan yang menurutnya sangat penting besok pagi di Thailand, mungkin lusa baru dapat mengunjungi anaknya.

Josh memaki dalam hati orang tua macam apa seperti itu? Lebih mementingkan bisnis dari pada anaknya yang sedang sekarat!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Seorang pria tua yang memakai setelan jas putih keluar dari pintu, Josh menghampirinya dengan langkah cepat, "bagaimana keadaannya dok? Deon tidak apa-apa kan dok?" Cecar Josh,

"Anda keluarga pasien yang bernama Deon?" Pertanyaan balik itu dibalas oleh anggukan kepala Josh dengan cepat, sejenak dokter itu menghembuskan nafas panjang, membuat perasaan Josh jadi tidak karuan karena dirasuki rasa khawatir, "beliau selamat, robekan dipelipis matanya cukup lebar dan parah, robekan itu dijahit sampai sembilan jahitan.. Tidak ada tangan atau kaki yang patah seperti korban kecelakaan lainnya, namun.... sebelum itu, saya sangat menyesal...." Kata-kata itu terpotong beberapa detik, terasa begitu lama bagi Josh. "Setelah saya scan seluruh tubuh pasien, ternyata ada pecahan kaca kecil yang mengenai matanya, memang terdengar cukup sepele tapi berakibat sangat fatal.. Ditambah oleh benturan keras yang menyebabkan Pasien.... buta....."

DEG!

Bagaikan tersambar petir, Tubuh Josh terhuyung beberapa langkah kebelakang, dia merasa darahnya berhenti mengalir, detak jantungnya serasa berhenti, wajahnya pucat seketika setelah mendengar perkataan dokter tersebut..

"Maaf, kami sudah berusaha sekeras mungkin, kornea mata pasien........" Dokter itu terus berbicara, entah kenapa telinga Josh terasa tuli. sampai akhirnya dokter tersebut pergi meninggalkan Josh dilorong rumah sakit sendirian.

*****

Disana, terbaring gadis yang terluka parah, nafasnya dibantu tabung oksigen, berbagai selang menempel ditubuh kurusnya. ruangan itu sangat sunyi, hanya ada suara monitor yang menginformasikan gadis itu masih hidup atau tidak.

Berbagai alat medis membantu kelanjutan hidup Bella, namun takdir yang menentukan umurnya. Suara Monitor yang tidak teratur itu kini semakin melambat, garis-garis dan angka hijau yang menunjukan detak jantung tersebut kian melambat hingga akhirnya garis itu berubah menjadi datar, bunda Hanna yang berada didepan ruangan melihat ke arah monitor Bella, dia langsung berteriak memanggil suster dan dokter yang lewat. Rombongan yang terdiri dari satu dokter dan tiga suster itu langsung masuk kedalam ruangan tempat Bella dirawat, berusaha untuk coba menyelamatkan nyawa gadis itu.

*****

2 minggu kemudian...

Josh berdiri disamping ranjang Deon, sepupunya itu sudah sadar dari koma sejak Enam hari yang lalu. Tiga jam lebih pria itu mengamuk karena tidak bisa menerima kenyataan pahit yang sudah mengubah hidupnya, kenyataan pahit yang sudah mengubahnya menjadi Buta.

Deon membuka matanya dengan pelan, tatapan matanya tertuju pada satu arah, namun dia tak dapat melihat apa yang sedang matanya lihat. "Much better?" Josh menyentuh pergelangan tangan Deon yang dingin.

"Much bad..." Jawab Deon dengan dingin, yang membuat Josh semakin sedih melihat keadaannya.

"Bella bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" Tepat. Dugaan Josh tepat, Deon selalu menanyakan kabar Bella saat membuka matanya, namun pertanyaan tersebut tak kunjung dijawab Josh, dia belum berani, sungguh sangat takut untuk memberi tahu kenyataan pada Deon, namun Josh berpikir, cepat atau lambat dia harus memberi tahu kepada Deon. Mungkin inilah saatnya.

"Bella...... Dia meninggal delapan hari yang lalu...." Jawab Josh lirih,

"Hahaha.. Itu tidak lucu, bagaimana kabar Bella?"

"Aku tidak bercanda." Suara Josh bergetar hebat saat mengucapkan kalimat singkat itu. seketika wajah datar Deon langsung memucat seputih kapas, tubuhnya menegang, matanya memanas, rahangnya mengeras penuh amarah, lengan kanan Deon terulur meraba-raba untuk mengambil gelas yang berada diatas meja tepat menempel sebelah kasurnya.

PRAK! PRANG!!!

gelas kaca yang tadi berada digenggaman tangannya sudah pecah setelah bertabrakan dengan tembok kokoh, air yang tadi berada didalam gelas itu tumpah kemana-mana, membasahi lantai kering yang sudah menjadi basah.

"PEMBUNUH!! AKU PEMBUNUH!!! AKU MEMBUNUH BELLA!!!!" Josh terkejut melihat Deon yang mengamuk entah untuk keberapa kalinya, namun kasus kali ini beda penyebabnya. Deon terdiam setelah melempar segala benda yang dapat diraihnya, dia memandang dengan kosong, bibirnya menipis, deru nafasnya mengencang bahkan terdengar jelas.

Josh tertegun, baru pertama kalinya dia melihat Deon menangis, lelaki kuat yang selalu bersikap dingin bahkan tak acuh kini sedang menangis dihadapannya.

"Bukan hanya kau yang kehilangan Bella, ibu Hanna jauh lebih terpukul!" Tegas Josh, sedangkan Deon diam, dia menangis dalam tatapan dinginnya, sungguh, ini bukanlah hal yang diharapkannya, lebih baik dia yang mati daripada melihat Bella mati!

"Tapi. Aku belum memberi tahu perasaanku padanya.." Tubuh Josh terkejut bukan main, dia benar-benar kaget dengan pernyataan yang baru saja diucapkan sepupunya. "Aku mencintainya.."

Mungkin hanya tuhan

Yang tahu segalanya

Apa yang kuinginkan

Disaat-saat ini....

Kau takkan percaya

Kau slalu dihati

Haruskah ku menangis

Tuk mengatakan yang sesungguhnya....

Kaulah segalanya untukku

Kaulah curahan hati ini

Tak mungkin ku melupakanmu

Tiada lagi yang kuharap hanya kau seorang....

(Sammy Simorangkir - Kaulah Segalanya)

~To Be Continued

Hai hai, aku kembali membawa cerbung ini, maaf makin ngelantur ya, mohon kritik dan vote-nya, terima kasih udah mau baca cerbungku yang masih jauh dari kata 'sempurna' ini.. :) xx

Love or HurtWhere stories live. Discover now