11 new (BAD) life

715 16 7
                                    

Ira membuka kedua matanya, semuanya terlihat gelap, begitu juga dengan dunianya, semuanya berubah dalam waktu singkat. Sebuah tangan hangat yang besar mengelus pipinya, menyiptakan kerutan didahi Ira..

"Ini aku..." Dari suaranya, Ira sudah tahu siapa orang tersebut,

"Bagaimana dia? Apa dia baik-baik saja?" Ira tak dapat bicara dengan suara keras, dia berusaha menyembunyikan getaran di suaranya. Bisikkan itu membuat Josh tersenyum kecut.

"He's fine, apa kau baik-baik saja?"

"Aku tidak apa-apa..." Jawabnya. sungguh, sudah dua hari lebih rasa sesak itu menggelayuti relung hatinya, seperti menarik-narik keluar dengan paksa.

*Flashback ON*

"Aku... Bolehkah aku meminta sesuatu?" Gadis itu termenung lama, lalu melontarkan pertanyaan yang membuat Josh bingung.

"Apa kau yakin ingin mendengarnya?" Tanya Josh dengan hati-hati,

"Tolong ceritakan... Aku mohon" Desakkan itu meluluhkan Josh, dengan pelan dia menarik napas panjang, membuat jantung Ira semakin berdetak kencang tak karuan.

"Mereka dulu sepasang kekasih yang dipisahkan oleh takdir... waktu liburan dulu, Deon ke UK dan mengaku sangat mencintai gadis itu, predikat buruknya juga di abaikan oleh Elena, mereka dibutakan oleh cinta... Tapi cinta mereka putus di tengah jalan, Elena memaksa putus dengan Deon tanpa alasan. Saat itu Deon pulang ke Indonesia dalam keadaan kacau balau, Elena yang polos ternyata menyimpan penyakit parah, Leukemia stadium dua...." Josh berhenti bicara, Suasana ruangan itu jadi semakin sepi, hanya terdengar suara AC yang dalam kondisi menyala. "Deon berpura-pura tidak tau, dan itu semua semakin membuat hati bahkan dirinya hancur.... Gadis itu menjalani Chemotherapy sendirian tanpa Deon di sisinya, tapi tanpa dia ketahui Deon bahkan selalu mengikuti dan menjaganya dari jauh... Hingga akhirnya penyakit itu lenyap, usaha Chemotherapy Elena berhasil!.... Deon senang bukan main, tapi dia merasa sudah saatnya dia melepas Elena, tenyata dibalik kerapuhan Elena, mereka saling mencintai sampai akhirnya kemarin Elena datang ke Indonesia..."

Pelupuk mata Ira memanas, Air mata itu memaksa keluar, dia merasa rongga dadanya mengecil hingga dia merasa sulit untuk bernapas, cinta suci membuat dirinya tersentuh, bahkan mampu membuat hatinya hancur lebur, dibalik wajah Deon yang selalu tersenyum ternyata menyimpan banyak duka tanpa dia ketahui.

"Oh... Itu berarti mereka ditakdirkan untuk bersama..." Hanya itu Respon Ira setelah Josh berhenti cerita, "Aku harap mereka bahagia setelah ini..." Lanjutnya,

"Ira.."

"Aku tidak apa-apa.." Cerita yang dilontarkan dari bibir Josh sungguh bagaikan petir.

"Ira..."

"Aku harap mereka bahagia... Kau tidak usah khawatir, aku baik-baik saja. Setelah aku dengar ceritamu... Aku rasa mereka memang ditakdirkan untuk bersama...."

Josh menggaruk kepalanya dengan gusar, seharusnya dia tidak menceritakan tentang ini semua. Sama sekali tidak disadarinya, cerita itu telah menohok Ira sampai relung hatinya, menghancurkan segala benteng pertahanan gadis tersebut.

"Jangan sela pembicaraanku! Apa kau sudah siap menjalani hidup baru ini? Maksudku..... Kau tau kan, kesenjangan antara manusia berfisik sempurna dan yang kurang sempurna itu berbeda?"

"Tentu saja, aku sudah melakukan operasi itu... Sangat konyol kalau aku berteriak tidak terima.."

"Susah berbicara denganmu!" Desah Josh,

"Hahaha...." Ira tertawa kaku, berusaha mencairkan suasana.

"Aku keluar dulu...." Josh menghentakkan kaki dengan cukup keras, lalu membuka pintu dan kembali menutupnya. Satu hal yang tidak Ira sadari, Josh tidak kemana-mana, diri nya masih berdiri di dalam ruangan, di balik pintu.

Ira berbaring lemah sambil membuka mata, tatapan sayunya seolah-olah sangat letih, tanpa sadar dia tersenyum kecil saat merasakan air mata itu sudah kering.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Waktunya sudah tiba, hari ini Deon akan membuka kedua perban yang menutup matanya. Jantungnya berdegup kencang saat sebuah tangan menggenggamnya,

"Everything's will be fine..." Elena berusaha menenangkan Deon, sedangkan pria itu hanya memasang wajah yang sangat datar,

"Apa anda sudah siap?" Tanya Dokter yang sudah beberapa minggu ini menanganinya, Deon mengangguk pelan.

Perban dikedua matanya disentuh oleh Dokter Benny, dengan sangat pelan perban itu dibuka, semua orang yang berada didalam ruangan itu sangat tegang kecuali Dokter Benny, beliau sudah professional dan terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

"Coba pelan-pelan anda buka mata.." Deon membuka matanya perlahan.

"Buram dok..."

"Tidak apa-apa, wajar karena mata baru itu sedang menyocokkan dengan fisik barunya.."

Cklek!

"Perbannya sudah dibuka?" Josh terkejut namun dalam hati sangat lega, sebelum ke ruangan Deon, Ira memaksa untuk ikut, dia ingin merasakan kehadiran Deon untuk terakhir kalinya, namun insting lelaki itu sangat kuat, dan disinilah dia... Membuktikan instingnya itu benar

"Ada apa Josh? Mengapa kau terlihat kaget?" Kening Elena berkerut melihat Josh.

"Permisi, saya akan kembali nanti untuk memeriksa keadaan pasien..." Pamit dokter Benny sambil tersenyum mengerti,

"Terima kasih dok...." Deon mengucapkan terima kasihnya dengan tulus, dilihatnya dokter paruh baya itu menganggukkan kepala dengan sedikit tidak jelas.

"Bisa aku bicara dengan Deon?"

"Tentu saja." Elena mengerti maksud dari perkataan Josh, dengan berat hati dia keluar dari ruangan itu.

"Yo... How are you?" Josh menarik kursi kesamping ranjang Deon, dia menatap manik mata sepupunya, namun hanya ada tatapan aneh yang dia temukan, seperti... Kehampaan.

"Not good, what about you?"

"Still good....." Josh melihat Deon tersenyum kecut, "Sebenarnya aku kemari ingin memberi tau.. Ku rasa aku memang harus kembali ke UK, Daddy dan Mommy sudah mengetahui keberadaanku, mungkin lebih baik aku segera pulang dan pindah kuliah..." Lanjutnya,

Hening. Keduanya saling terdiam memikirkan hal masing-masing,

"Oh. Seringlah datang kesini, kapan kau akan pulang?" Tanya Deon, pria itu memejamkan matanya, setelah pertanyaannya dijawab, dia akan menanyakan suatu hal yang telah membuat hatinya hancur.

"Secepatnya, Aku pasti akan sering berkunjung ke Indonesia." Deon tersenyum kecil, "you have beautiful eyes... Dark Blue." Puji Josh dengan memaksakan senyuman.

"Thanks. Dokter Benny bilang yang mendonorkan mata ini adalah perempuan, tapi perempuan itu merahasiakan identitasnya, she's definitely beauty like her eyes... Aku belum sempat memperhatikan mata ini." Jawabnya kecut.

"Ya, she's beautiful.. Like her heart." Rahang Josh mengeras, dia berusaha meredam emosi yang bergejolak di dadanya.

*****

Yohohooo.... I'm back with my story, (ga ada yang nunggu) #hening ._.

Aish, that's ok, aku berniat menyalurkan cerita aja Kok ;) *menghiburDiri* #lol

Okay, jangan lupa tinggalkan kritik saran ya, sama vote juga, happy weekend guys \(^o^)/ *salahParagraf*

Love or HurtWhere stories live. Discover now