Aku merenung.
Pemuda itu adalah pemuda yang secara diam-diam aku cintai setelah aku putus dengan pacarku, dulu.
Namun, pemuda itu juga adalah kekasih sahabatku.
Salahkah, bila aku masih memendam rasa kepadanya? Padahal posisiku sangatlah salah.
Dan beberapa hari yang lalu, aku kembali menjalin kasih dengan mantan pacarku. Tapi, perasaanku tetap kepadanya.
Pada akhirnya, aku melepaskannya.
Aku tahu.
Bila aku masih terus merajut mimpi dengannya. Banyak yang akan tersakiti, bukan hanya diriku saja. Apa cinta selalu serumit ini?
Dering ponsel membuatku menggeladah saku cardigan. Lalu, mengangkatnya tanpa tahu siapa penelponnya.
"Mila? Kamu baik-baik aja kan? Gak ada yang sakit? Aku khawatir dengan kondisimu."
Ya, Tuhan. Ternyata pemuda itu yang menelponku, karena mengkhawatirkanku. Bagaimana? Bagaimana cara untuk menghilangkan getaran di rongga dada ini?
*****
Sayup-sayup aku mendengar kabar
Lamat-lamat aku memandang pasir
Kutulis sebaris namanya
Ombak datang dan menghapusnyaAndai melepaskan rasa seperti mencairkan es yang lambat laun akan menjadi air
Andai melepaskan cinta seperti menghapus jejak di atas pasir
Andai melepaskan ambisi seperti angin yang meniup debu berbutir-butir
Akan tetapi, melepaskan semua yang tak kasat mata tidak semudah itu
Nyatanya, walau aku bersamanya, sejatinya hatiku tetap untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga dan Rasa
Poetry-Bukan lisan, namun tulisan. Bukan rangkaian bunga, namun rangkaian kata.- Selalu ada cerita di balik sajak. "Risalah hati untukmu." Ada persajakan dgn cerpen dan sepenggal puisi. -Enjoy!