4>| Perasaanku

2.7K 80 3
                                    

Diam-diam ku memandang
Menjaga jarak agar tak terjangkau
Semakin jauh, hati meradang
Namun, rasaku tak pernah termakan waktu

Hai, cobalah rasakan apa yang kurasakan
Cobalah kau nikmati sentuhan sehalus angin
Cobalah kau bayangkan pelukan dari semilir angin
Sungguh, di sana tersimpan pesan

Akan cintaku untukmu, sayang.

*****

Aku memandangnya lagi. Ya, untuk sekian kalinya.

Namun, terserahlah. Aku terlalu menikmati keadaanku ini. Dan dari sini semuanya bermula. Di sini aku dapat melihatnya. Semua tentangnya.

Dia menggiring bola kaki dan menendangnya hingga memasuki gawang. Peluh keringat membasahi wajahnya tapi, aku tidak bisa menampakkan diri tepat di hadapannya, memberikan handuk dan mengelap keringatnya seperti yang di lakukan gadisnya, sekarang.

Ah, bukan gadisnya. Akan tetapi, teman perempuannya, sahabatnya.

Aku masih terpaku memandang mereka yang kini terlena dalam candaan keduanya. Aku tersenyum tipis.

Angin.

Angin datang berhembus kencang. Ku pejamkan mata menikmati hembusan angin.

'Semoga rasaku tersampai kepadanya. Katakan padanya, angin. Bahawa aku mencintainya. Walaupun aku tak pernah sekalipun di pandangnya.' Doaku, beriringan dengan hembusan angin yang mulai menjauh.

Kaos yang dia pakai di terpa angin. Aku mengulas senyuman memandangnya, dari jarak yang tak terjangkaui, seperti biasa.

Dan dia tiba-tiba menatapku. Mata kami bersitubruk. Seketika itu aku bisa melihatnya, tersenyum ke arahku.

Ah? Diam-diam hatiku bersorak senang. Namun, kenyataan pahit itu datang.

Dapat ku rasakan kedatangan seseorang di sebelahku.

"Kau tahu. Kemarin, mereka sudah resmi berpacaran." Ujarnya. Suara itu, suara yang menyebalkan! Kenapa orang itu selalu membuatku tersadar akan realita ini, sih?


Aku menatapnya lagi.

Mereka terlihat sangat bahagia.

Deg!

Mungkin, dia memang tak pernah ingin merasakan perasaanku yang selalu kuisyaratkan sehalus angin.

Raga dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang