Hujan menangis kala hatiku tengah kosong
Cahaya terik kala air mataku sudah kering
Pelangi berwarna kala kenangan bermunculan datang
Badai datang kala hati ini t'lah pergi berlayar jauh tanpa tahu menahu kan kembali datang
*****
Dengan malas ia mengambil mp3 merah marun miliknya di dalam tas. Bersamaan dengan selembar foto berukuran kecil jatuh dan membentang di dekat sepatunya. Dahinya mengkerut. Lalu, Naida mengambilnya dan membaca sederet kata yang tertulis.
/Wish me luck 2016^^/
Disana terdapat seorang pemuda dan dua orang gadis perempuan tengah memandang kamera dengan raut wajah bahagia.
Naida memandang potret pemuda tersebut dengan lekat. Seulas senyuman tipis muncul di wajahnya.
Selepasnya, ia memasukkannya ke dalam tas, menutup tas ranselnya dan memakainya kembali, menyisakan mp3 merah marun di tangannya yang di lengkapi dengan earphone putih.
Naida berjalan ke arah taman dan menduduki bangku kosong di taman. Entahlah, yang pasti, Naida tidak mau pulang ke rumahnya untuk sekarangan ini.
Selembar foto itu masih berkeliaran dibenaknya. Bingung tapi, Naida tahu.
Sejenak, Naida hanya terdiam. Ia memasang earphone-nya. Namun, Naida sama sekali tidak memutar mp3 miliknya.
Awanpun berubah menjadi kelabu. Rintik-rintik airpun sudah turun membasahi dedaunan.
Tanpa beranjak dari tempatnya, Naida hanya melepas ranselnya dan meletakkannya di atas mp3 yang berada di atas pangkuannya.
Rintik-rintik airpun kian membesar. Hujan telah turun mengguyur Naida juga sekelilingnya. Namun, Naida tetap pada tempatnya. Menengokpun tidak. Padahal orang-orang yang berlalu lalang sudah berlarian mencari tempat untuk berteduh.
Ah, ada apa sebenarnya dengan Naida?
Apa ada yang mengganggu pikirannyakah?
Naida mendongak ke atas. Airpun berturunan membasahi wajahnya. Matanya terpejam menikmatinya. Bibirnya terkatup rapat.
Bagaimana caranya menangis? Kenapa menangis selalu gak mudah untuk gue lakukan?
Hujan mulai mereda. Cahaya terikpun mulai muncul. Pakaian yang dikenakan Naida dibanjiri air dan ia masih tak beranjak dari tempatnya. Tanpa peduli nantinya ia akan sakit atau tidak.
Matanya perlahan terbuka. Ia mendesah. "Bagaimana cara menumbuhkan tanaman kalau nyatanya tanahnya kering? Dan bagaimana dengan cinta? Kalau ternyata hati gue udah kering akan asma itu?" Tanyanya.
Matanya menangkap sekelibat pelangi. Pembiasan cahaya setelah turunnya hujan. Sungguh indah warnanya, tersusun rapi.
Dan bayanganpun bermunculan. Naida tahu pasti. Selama ia belum dapat melepaskan, selama itu juga ia belum dapat melupakan.
Naida ragu apakah ia sudah bisa melepaskan kalau nyatanya ia masih belum bisa melupakan. Tapi, bukannya semua peristiwa yang terjadi diperuntukkan untuk selalu dikenang, bukan?
"Yang pasti. Kemanapun gue pergi. Hati gue bakal berlabuh ke tempat yang benar. Karna kalau tidak, berarti bukan cinta," jedanya sembari menyunggingkan seulas senyum kecil. "Tapi, lebih baik gue memperbaiki diri terlebih dahulu. Bukannya dengan begitu jodoh gue bakal baik?" Lanjutnya diiringi kekehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga dan Rasa
Poetry-Bukan lisan, namun tulisan. Bukan rangkaian bunga, namun rangkaian kata.- Selalu ada cerita di balik sajak. "Risalah hati untukmu." Ada persajakan dgn cerpen dan sepenggal puisi. -Enjoy!