Dia menebarkan senyum kepada siapa pun tanpa peduli respon yang di berikan untuknya.
"Aku rasa, kita udah harus putus. Aku rasa udah gak ada kecocokan."
Diam.
Kata itu masih berada di ingatannya. Kata itu masih menjadi mimpi buruknya.
Kata itu masih menjadi alasan air matanya."Semudah itu? Apa cinta semudah itu? Setelah di perjuangkan, akan di buang layaknya sampah?"
Dia menatap pantulan dirinya di hadapan cermin. Sosok di cermin tersebut bergerak.
"Apa kau lupa, Ya? Dia itu hanya ingin menorehkan luka!"
Dia menatap tajam bayangannya yang berujar seperti itu. "Kau tahu apa, memang?"
"Aku tahu, semua tentangmu. Jangan kau pasang senyum topengmu. Karna aku tahu semua--"
"DIAM!" Dia berteriak menyelanya.
"Bila saja aku tak sebodoh itu menerimanya. Bila saja aku kuat menahannya. Bila saja aku pergi tanpa menoleh ke belakang. Bila saja aku tak terjerat oleh cinta busuknya! Bila sa--"
PRANG!
Dia menonjok pantulan dirinya di balik cermin. Lebih tepatnya ia memecahkan cermin tersebut.
Tangannya berdarah, beriringan dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.
"Yara, kamu harus bisa menahan emosimu. Itu hanya imajinasimu."
*****
Bukannya tak mampu,
Salahkan kamu yang pergi tiba-tiba
Bukannya tak mampu,
Salahkan kamu yang menorehkan lukaBila saja aku menolak.
Namun, aku tak kuasa.
Bila saja aku berlari.
Namun, keram kakiku sudah.
Bila saja aku menjauh.
Namun, ada getaran di rongga dada.Hanya, bila..
Tapi, semuanya kau ambil begitu saja..
Hanya, bila..
Tapi, kau buang begitu saja..Hanya, bila..
Kenapa kau begitu kejam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga dan Rasa
Puisi-Bukan lisan, namun tulisan. Bukan rangkaian bunga, namun rangkaian kata.- Selalu ada cerita di balik sajak. "Risalah hati untukmu." Ada persajakan dgn cerpen dan sepenggal puisi. -Enjoy!