Perkenalan

87 3 0
                                    


            Aku tidak tau berapa lama aku menatap wajahnya dari sini, menatap dirinya dari jauh. Apakah dia tau kalau aku sedang memperhatikannya? Entahlah namun aku masih suka melihatnya dari sini. Menatap paras tampannya, walau aku tau dia mungkin tak menyadari keberadaan diriku. Aku mengangkat kedua tanganku meregangkan keduanya. Sepertinya sudah 15 menit diriku diam disini. Aku lalu turun lewat tangga, meninggalkan atap sekolah yang sepi ketika pagi hari. Ketika aku turun dan berjalan dilorong, aku bertemu dengan dirinya. Ia tersenyum padaku, sedangkan aku? Aku membalasnya dengan senyuman juga. Tak ada kata – kata yang terucap, hanya senyuman saja yang selalu kami berikan. Tak ada tos seperti yang lainnya, ketika kami bertemu hanya senyuman saja yang selalu ada. Dan menurutku itu saja sudah cukup, sudah cukup untuk diriku.

Kami berdua berada dalam 1 kelas yang sama tahun ini, dulu sewaktu kelas sepuluh kami berdua tidak berada di kelas yang sama. Waktu itu aku selalu melihatnya dari atap sekolah dan sampai sekarang aku tetap melakukannya walau kami sudah sekelas. Aku lalu duduk di bangkuku, semua siswa masih santai karna guru belum masuk kekelas.

"Pagi Azu" sapa teman dudukku, Erika

"Pagi Erik" sapaku, walau sapaannya terdengar seperti dia anak lelaki namun dia menyukainya, memang teman sebangkuku ini tomboy. Dia mempunyai otot lengan yang paling besar diantara teman perempuanya dikelas kami. Mungkin ini karena dia mengikuti hampir semua cabang ekstrakulikuler olahraga kecuali renang, dia tidak bisa renang.

"apa kau ada acara besok sore?" Tanya Erika, dia lalu membuka tasnya mengeluarkan buku pelajaran.

"tidak kenapa?" kataku, dia lalu menunjukkan dua buah tiket.

"gimana kalau kita nonton?" tanyanya

"boleh, kumpul dimana?"

"besok disekolah jam 4" katanya lalu melirik kea rah pintu kelas yang terbuka menampilkan sosok guru tinggi kurus berkacamata.

"baiklah hari ini Saya akan memberikan tugas berkelompok untuk kalian" kata Bu Nuni, dia mengambil beberapa lembar kertas.

"saya yang akan membagikan kelompok" beliau lalu menulisnya di papan, pupil mataku membesar, aku satu kelompok dengan dirinya? Orang yang selalu kulihat dari atap?

"baiklah sekarang kalian cari kelompok kalian masing – masing dan kerjakan soal ini" kata Bu Nuni, Arya maju kedepan untuk mengambil lembaran kertas itu. Aku celingak celinguk mencari kelompokku. Maklum kalau sudah disuruh cari kelompok pasti akan sedikit ricuh. Dia melambaikan tangannya padaku, member singal bahwa dirinya dan yang lain berada di sana. Aku lalu berjalan kearah sana.

"Azu Kau lama sekali" kata Zic dia menatapku seakan mau memakanku, ngeri.

"sudahlah Zic, bangkunya kan jauh dari sini" kata Megi membelaku. Aku lalu duduk di sampingnya.

"maaf dia memang selalu begitu" bisiknya ditelingaku, aku tersenyum.

"yah karna anggotanya 5 orang dan yang hadir Cuma 4 orang maka salah satu dari kita akan mengerjakan bagian Giro ada yang keberatan?" kata Zic, kami menggeleng serempak.

"Fire kau yang akan mengerjakan bagian Giro" kata Zic "karna kau yang paling pintar"

"baiklah" jawab Fire, dia mengambil bagian milik Giro. Zic lalu memberikan bagian milik kami. Mungkin karena jam pelajaran yang singkat dan soal yang terlalu sulit dan banyak akhirnya guru kami menyuruh kami untuk membuatnya dirumah.

Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan meminjam beberapa buku untuk mebantuku membuat tugas kelompok. Baru 50% yang bisa kukerjakan, ah... sudahlah setelah ini aku akan pergi kea tap sekolah seperti biasa. Ketika aku sampai disana hal pertama yang kulihat adalah dirinya. Hey aku tidak bermimpi atau terkena fatamorgana kan? Aku menampar pipiku beberapa kali agar aku benar – benar yakin bahwa dirinya sedang ada di sini, diatap sekolah, sedang duduk menyandar tong air yang besar tersebut. Tepat di tempat biasanya aku duduk sambil memandangi wajahnya dariatas sini. Aku berjalan berlahan – lahan untuk memastikan bahwa itu benar – benar dia. Saat aku sudah dekat, aku dapat melihat wajahnya yang sedang tertidur, tangannya masih memegang pensil di dadanya ada kertas soal yang tadi kami kerjakan. Aku pikir dia pasti sudah lelah, mengerjakan dua soal sendirian. Seseorang pasti mempunyai batas kemampuan. Jadi aku mengambil pelan – pelan kertas yang ada di dadanya. Aku sebenarnya sangat ingin melihat wajahnya dengan lama dan sedekat ini. Wajahnya ketika tidur sangat tenang, dia terlihat sangat tenang. Aku menggeleng keras untuk tidak terbuai lama karna wajahnya, jadi aku duduk di sampingnya. Dadaku berdegup dengan kencang, bisa sangat dekat dengannya seperti sekarang membuatku bahagia. Oke Azu kamu harus ingat bahwa sekarang kamu harus mengerjakan semua soal ini semangat! Setelah 1 setengah jam berada di sana akhirnya aku bisa menyelesaikan tugasku dan tugasnya. Aku menatap dirinya lagi, kira – kira apa yang membuatnya kelelahan hingga jatuh tertidur lama seperti ini ya? orang yang selalu terlihat ceria dan enerjik di sekolah, kini tertidur pulas disini. Aku lalu meletakkan soal tersebut di tempatnya semula, dan melihat kea rah matahari yang sudah condong ke barat, kurasa sekarang sudah jam 5 sore. Aku lalu bangun berniat untuk pergi pulang, aku melihat wajahnya terbesit dipikiranku untuk membangunkan dirinya, sekarang sudah sore dan kalau dia tertidur disini sampai malam, dia bakalan susah untuk pulang. Karna pintu gerbang biasanya akan ditutup pada jam 6 sore. beberapa saat kemudian kelopak matanya bergerak – gerak, kurasa dia akan bangun segera. Jadi aku memutuskan untuk bersembunyi atau pergi secepatnya. Karna apa yang harus kukatakan padanya jika dia bertanya mengapa aku bisa ada disini. Aku memutuskan untuk berlari pergi dari sini.

Aku melihat kea rah belakang, kearah gedung sekolah. Kulihat bayangan seseorang sedang berjalan di lorong melalui kaca jendela. Kulihat kearah barat, matahari yang terbenam terlihat sangat indah. Aku menghembuskan nafas panjang untuk menetralkan suasana hatiku. Hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan.

Keesokan harinya aku berjalan menuju keatap sekolah dengan masih menggendong tasku. Aku lalu memandang wilayah sekolah yang dapat terlihat jelas dari sini, walau tak jelas sekali. Aku melihat dirinya memasuki gerbang sekolah. Aku lalu memutuskan untuk turun dan masuk ke dalam kelas. Sebelum itu aku menyiram pot kecil yang ada disana. Ya pot yang sengaja aku bawa dari rumah, pot tersebut selalu menemaniku melihat dirinya dari atas sini. Kami kembali berpapasan di lorong sekolah, kami saling tersenyum sebagai tanda bahwa kami sudah saling menyapa. Dia berjalan di depanku, dia memang selalu berjalan dengan cepat. Namun dia berhenti sebentar untuk menyamakan langkahnya denganku, aku tak tau itu sengaja atau tak sengaja, namun aku senang sekaligus bingung karna dia berjalan disampingku.

"hei Azu aku merasa sangat tenang hari ini" katanya, "ya sepertinya aku merasa sedikit lebih tenang dan tentu saja bersemangat, bahkan lebih bersemangat!" lanjutnya.

"tenang? Bukannya kau selalu tenang?" kataku, aku merasa deg degan baru kali ini aku berbicara dengannya, rasa senang sekaligus gugup menyerang diriku. Dia belum pernah berbicara denganku sebanyak ini.

"yah namun entah kenapa sebelumnya aku memang terlihat seperti orang yang tenang namun sebenarnya tidak, aku malah merasa gelisah" katanya

"oh..." tanggapku,

"Azu! Fire!" aku mendengar suara Megi memanggil nama kami.

"ah – ah –ah..." dia menepuk pundakku lalu mengatur nafas,

"ah... selamat pagi" sapanya setelah nafasnya terkendali

"pagi" jawab Fire

"apa yang membuatmu tergesah – gesah begitu?" tanyaku, tak biasanya Megi terlihat tergesah – gesah apalagi sekarangkan bel belum berbunyi kan? Jadi tak ada alasan untuknya tergesah – gesah berlari di lorong sekolah.

"ah ya apa ya?" katanya sambil memasang posisi berfikir.

"Kamu kenapa?" kata Fire. Megi menggigil sebentar

"Aku Ingat" katanya sambil memasang ekspresi yang tidak kumengerti. "aku mau Buang Air!!" katanya sambil berlari lagi.

"megi – megi" kataku sambil menggeleng dan tersenyum, sedangkan Fire tersenyum disampingku. Kami lalu memasuki kelas dan mendapatkan pelajaran seperti biasa, lalu mendapat istirahat seperti biasa


For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang