SATU

1K 24 0
                                    


Rasty hanya diam, ia menatap seorang wanita disampingnya dengan tatapan menyelidik. Ia menyuap sebuah ikan tuna kedalam mulutnya, namun tidak dengan wanita berambut blonde itu. Ia hanya sibuk mengaduk-aduk nasinya, lauknya masih tetap pada tempatnya, wanita itu tidak menyentuhnya sedikitpun.Ia melamun.

"Sudahlah Sheilaa. kamu masih saja memikirkannya, hentikan dan makanlah makananmu." Wanita yang disebut Sheila itu tetap diam, tangannya tetap menuntun sendoknya untuk mengaduk nasi. Rasty gemas, ia mengambil beberapa ikan tuna milik Sheila dan memakannya.

"Ya sudah, kalau kamu tidak mau makan, aku yang akan memakannya." Ujar Rasty sambil mengunyah.

"Makan, makanlah, habiskan." Suara Sheila yang dinanti-nanti Rasty akhirnya keluar, ia menggeser wadah makanannya kearah Rasty.

"Yaampun kamu ini, cuma gara-gara itu saja kamu sampai gak mau makan." Geram Rasty, Sheila memangku wajahnya dengan telapak tangannya.

"Bukan masalah itu, hanya saja dia itu kenapa semena-mena sekali? seenaknya saja menjodoh-jodohkanku, aku bias mengatur hidupku sendiri. Dia pikir aku ini masih kecil apa?" Omel Sheila, aura dingin mencuat dari wajahnya. Membuat mahasiswa lain yang duduk di area kantin tak berani melihatnya.

"Tapi kan dia tetap ayahmu Shei, sudahlah." Rasty mengingatkan, baginya kata-kata Sheila tadi terlalu kasar.

"Dia bukan ayahku, Ras! ayah mana yang tega membunuh istrinya sendiri, menyiksa anakya, menelantarkan, dan sekarang, dia bertindak sebagai orang yang pantas mengatur-atur hidupku--" Ocehan Sheila terpotong karena Rasty dengan sigap menutup mulutnya, suara Sheila terlalu keras, jika saja ia tidak menutupnya, ia dan Sheila akan menjadi bahan omongan nantinya.

"Kau boleh emosi, tapi jangan disini." Bisik Rasty mengingatkan, Sheila melepas tangan Rasty dari mulutnya. Ia mengeloskan nafas pendek.

"Lalu, bagaimana dengan Marko? Apa dia setuju?" Sheila hanya mengangkat bahu. Ia kini menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Sampai kapanpun aku tidak akan sudi dijodohkan dengan musuhku sendiri." Geramnya, Rasty bergidik ngeri mendengar nada bicara Sheila.

"Sudah-sudah, jangan dipikirkan lagi, makan nih! makan!" Rasty lalu kembali menggeser wadah makanan Sheila ke hadapan wanita itu. Dan Sheila pun kembali mengaduk-aduk nasinya dengan sendok. Membuat Rasty bernafas pasrah, Sheila dan sifat keras kepalanya tak akan dapat dipisahkan

"Pulang ini mampir ke café yuk? aku pengen minum latte." Ajak Rasty. Mereka sedang berjalan di koridor untuk masuk ke kelas. Sheila berfikir.

"Enggak deh, kamu aja, aku udah kenyang." Tolak Sheila, Rasty menatapnya kesal.

"Kenyang? bukannya kerjaanmu daritadi hanya mengaduk nasi saja? kapan makannya?" Tanya Rasty, Sheila menoleh kearahnya.

"Aku punya kemampuan tersembunyi, melihat nasi saja aku sudah kenyang." Ujar Sheila, Rasty yang kesal lalu mengacak rambut Sheila yang rapi. Membuat Sheila mendengus. Namun belum beberapa langkah mereka berjalan, Rasty berhenti, seorang wanita tinggi nan langsing menghalangi langkahnya. Wanita itu menatap Rasty dengan tatapan galak.

"Hai Sheila, elo bisa pergi sebentar gak? gue mau ngomong sama Rasty bentar." Pinta wanita itu. Terlihat badge bewarna hitam di lengan kirinya, ia adalah senior.

"Baiklah." Jawab Sheila enteng dan kemudian pergi, meninggalkan Rasty berdua dengan wanita itu. Tubuh Rasty seketika saja tegang, ia menyesali perbuatan Sheila yang meninggalkannya.

"Kak Mona? ada apa ya?" Rasty membuka suara, wanita yang dipanggil Mona tadi menatapnya dengan tatapan yang mengintimidasi. Membuat Rasty bergidik.

A Stupid JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang