DUA

493 15 0
                                    

"tolong berikan kalung ini ke Sheila, suruh dia untuk memakainya. Dia kan sebentar lagi akan jadi menantu mama"

"Menantu apanya?" Judes Marko ketika mengingat pesan ibunya. Dia memandang sebuah kalung emas bermata berlian yang diberikan ibunya tadi. Semilir angin menerpa wajahnya sehingga tatanan rambutnya yang rapi berbalut pomade menjadi sedikit berantakan. Suasana taman di Universitas ini lumayan ramai, tapi ia kali ini lebih nyaman duduk sendirian.

"Kalau bukan karena mama sakit, aku tak akan sudi dijodohkan dengan wanita menyebalkan itu, tidak akan!" Oceh Marko sendirian. Ia menggenggam kalung itu erat, perasaannya kini dilanda kebimbangan.

"berikan, atau tidak? Berikan, atau tidak?" Tanyanya menimbang. "Kalau aku berikan, disangkanya nanti aku menyerah dan memohon agar dia menyetujui perjodohan, kalau tidak, mama akan marah padaku." Pikirnya, sedang asyik-asyiknya berfikir, tiba-tiba sebuah kaleng soda mendarat tepat di pangkuannya. Seseorang melemparnya dari kejauhan.

"Shoot!" Seru seorang pria yang melemparnya tadi. Ia berlari menghampiri Marko yang duduk disebuah bangku dan kemudian membuka kaleng soda itu.

"Kenapa lo? Galau terus deh. Bosen gue liatnya." Pria dengan nametag Kevin William itu mengejek Marko seraya meminum jenis soda yang sama dengan yang ia berikan pada Marko.

"Kira-kira, kalung ini gue kasi atau enggak ya?" Marko menunjukkan Kevin sebuah kalung tadi. Kevin menatap benda itu dengan seksama.

"Bagus banget, mau kasih ke siapa?" Tanyanya.

"Tuh, Sheila." Kevin seketika saja tersedak ketika mendengar jawaban Marko. Ia mengusap soda yang keluar dari mulutnya karena tersedak tadi.

"Elo beliin tuh cewek kalung?" Kevin memegang jidat Marko dan menyamakan suhu jidat Marko dengan suhu jidatnya, ia menggeleng "Wah gak sehat lo"

"Sembarangan!" Sanggah Marko, "Ini dari nyokap gue, dia nyuruh gue buat ngasi ni kalung ke Sheila. Norak kan, mentang-mentang gue dijodohin."

"Terus? Elo ngasi gitu?" Mendengar pertanyaan Kevin, Marko menjitaknya.

"Eh bolot! Gue nanya ke elo! Kenapa elo balik nanya?!" Kesalnya, tanpa memasang wajah bersalah Kevin hanya mengangguk dan meminum kembali sodanya.

"Kalo gue nih, gue bakalan ngasi kalo gue cinta sama orangnya." Marko menepuk jidatnya.

"Ya kalo gue cinta sama dia, tanpa nanya ke elo gue juga bakalan ngasi kali! Elo bolot banget sih hari ini? Kebanyakan cewek sih lo!" Ejek Marko. Kevin memiliki sifat playboy, singkatnya, Kevin sangat suka gonta-ganti pacar. Dia punya banyak cadangan. Tentu dengan paras yang tampan, sifat yang ramah dan senang menggombal, siapa yang tidak terbuai dengannya?

"Ya udah kasih aja, bilang dari nyokap lo, gitu aja pake pusing." Ujar Kevin. Marko kembali berfikir, ia meneguk sodanya.

"Gengsi ah gue." Tolak Marko.

"Gengsi? Buat apa? Santai aja kali ah, kalo gak ada maksud lain buat apa gengsi." Marko mengangguk membenarkan perkataan Kevin.

"Atau kalau elo gak mau ngasi, yaudah siniin. Ntar gue kasih ke Vanya, dia pasti suka tuh." Gelak Kevin membuat Marko membulatkan matanya, sorotan matanya seakan-akan siap untuk mengunyah Kevin bulat-bulat.

"Gue gak mau kalung nyokap gue jatuh ke tangan cewek matre kayak cewek elo, yang ada ni kalung bukannya dipake malah dijual lagi." Ketus Marko. Kevin tertawa, ia sampai tersedak.

"Tau banget elo cewek gue. Tenang, bentar lagi gue putusin kok." Ujarnya enteng, "Yaudah, gue temuin Vanya dulu ya. Dah." Kevin lalu bangkit dari bangku taman dan berjalan menjauhi tempat Marko tadi. Selepas Kevin pergi, Marko kembali berfikir, kali ini sambil melihat kaleng soda yang berada digenggamannya.

A Stupid JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang