#4

72 7 0
                                    

"Dan lo gak bisa sepenuhnya nyalahin gue atas kematian papa sama mama!" Deraga berteriak bahkan dia memukul dan membuang semua benda dihadapannya. BRUG!! Sebuah pukulan mendarat tepat dipipi kanannya,ia terjatuh dilantai sambil mengeram kesakitan,dia bisa merasakan bibirnya sobek karena ia mendapati darah ditangannya-, "Andai lo gak jailin papa waktu itu,gak ganggu papa waktu nyetir mungkin sekarang mereka disini!Lo emang adek gue Ga,tapi itu sepuluh tahun lalu sebelum lo merenggut nyawa kedua orang tua gue,bangsat lo Ga!" Andrean berteriak frustasi bahkan dia mengumpat didepan Deraga,ditatapnya foto kedua orang tua mereka yang terpajang didinding ruang tamu,Andrean menarik nafasnya dalam-dalam berusaha mengingat kejadian lalu yang sampai sekarang masih menjadi nightmare untuknya nightmare yang seperti pisau tajam yang selalu membuatnya merasakan sakit bagai terputus urat nadinya,seandainya mereka masih ada mungkin mereka akan menjadi cahaya sebagai penerang rumah yang sudah sepuluh tahun itu terbelenggu kegelapan,makian,cacian,pertengkaran bahkan aksi baku hantam dirumah itu antara dua saudara yang keduanya masih sama-sama terbunuh masa lalu--

Deraga bangkit setelah sebelumnya ia terkapar dilantai meninggalkan kakaknya yang sedang menangis frustasi,diambilnya kunci motornya lalu ia pergi meninggalkan rumah itu.

From: Deraga
"Lo dimana?"

To: Deraga
"Rumah,why?"

From: Deraga
"Gue kesana sekarang"

Sandra hanya membaca pesan terakhir dari Deraga tanpa membalasnya,ia kembali menatap buku diary-nya,ia membaca tulisannya dua tahun yang lalu, ' Dear Diary,Deraga itu sosok yang gue kagumi saat ini,gue suka aja mandang dia dari kejauhan pas dia main futsal,andai Deraga itu naksir gue,ah mimpi aja lo San!' Sandra hanya tertawa cekikikan membaca tulisannya,dia tertawa karena dia berpikir kenapa dia bisa menulis tentang Deraga seperti itu-- Sandra kembali menutup buku diary-nya dulu,ia menatap langit-langit dikamarnya,ia masih membayangkan sosok Deraga yang sejujurnya masih sangat ia kagumi bahkan sampai saat ini,tapi hatinya masih kukuh belum bisa menerima kesalahan Deraga,kenapa dia dulu menyia-nyiakan cinta Sandra,memberikan dia sakit yang mendera sekarang saat Sandra sudah melupakannya dan dia justru datang membawa asa-, TIIN..TIIN!! Sandra bangkit dari tempat tidurnya lalu melihat keluar jendela,dilihatnya sosok Deraga yang turun dari motornya dengan muka kacau, bibir yang robek,muka lebam,membuat Sandra langsung turun kebawah untuk menemuinya. "Lo abis tawuran?dipukulin preman atau gimana?muka lo kacau banget!" Sandra menarik lengan Deraga dan membawanya masuk kedalam rumah-, "Gakpapa San,cie khawatir ya"ucap Deraga dengan nada meledek-, "E..engga kok,ya gue nanya aja satt!" Sandra memalingkan wajahnya dari Deraga menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah-, "San lo masih benci sama gue?" Pertanyaan Deraga baru saja membuat Sandra yang awalnya memalingkan wajahnya jadi menatap Deraga dengan tatapan yang mewakilkan kata-kata yang ingin ia lontarkan dari mulutnya namun tak bisa.Sandra hanya berbicara pada batinnya jika ia sebenarnya masih sangat menyayangi Deraga,namun antara hati dan logika berbeda,logika Sandra masih mengatakan Deraga sudah menyakiti perasaannya yang membuat hati Sandra terpuruk selama hampir dua tahun ini,sedangkan hati Sandra mengatakan dia harus memaafkan Deraga karena ini sudah terlalu lama untuk mengacuhkan Deraga. -, "Gue gak suka lo,gue juga gak benci lo.Jadi biasa aja"jawab Sandra singkat. Tubuh Sandra diam dan membeku ketika ia merasakan pundaknya dijadikan tempat berpulang Deraga saat itu,Deraga menempatkan kepalanya persis dibahu kiri Sandra,ia merasakan detak jantungnya dua kali lipat lebih cepat dari biasanya,namun Sandra juga merasakan ada yang berbeda dari Deraga saat itu,ia merasakan kepedihan yang ntah kenapa ia bisa ikut merasakannya,Sandra bisa melihat kepedihan itu dari mata Deraga,Sandra mengerti cowok yang sedang berada disampingnya ini sedang mengalami tekanan yang ia sendiri tak tau apa penyebabnya-, "San lo jangan pernah ninggalin gue ya,gue numpang tidur bentar,gue butuh bahu San" Deraga memejamkan matanya dibahu Sandra tempat ia bersandar,Sandra melirik ke arah Deraga yang mulai terlelap dalam tidurnya,diraihnya rambut cowok itu lalu ia mengusapnya penuh kelembutan,setelah dua tahun lamanya hati Sandra membeku karena luka Deraga yang berhasil menyayat habis rasa cinta dan kasih dalam diri Sandra,sekarang ia merasakan kembali rasa yang sudah ia kubur dalam-dalam selama ini.

D E R A G ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang