#5

76 6 0
                                    

Pagi ini hari pertama Sandra kembali ke sekolah setelah dua hari ia tidak masuk,akhirnya dia bisa merasakan hawa segar setelah dua hari berdiam diri dikamar,walau cuma dua hari tapi rasanya udah kaya dua tahun--, "Sandraa!!" Baru saja sampai gerbang depan sekolah ia sudah disambut dengan suara cetar bagai halilintar Tiwi yang suaranya bisa sampai empat oktav-, "Hih apaan sih pagi-pagi udah teriak,gue tau lo kangen,sini gue peluk" Sandra memeluk Tiwi dengan eratnya,seperti tidak bertemu selama bertahun-tahun-, "Ehem,udah masuk San?" Sandra melepaskan pelukan Tiwi ketika menyadari sudah ada Deraga disampingnya sambil merapikan rambutnya dengan kaca ditangannya,haelah cowo tapi mense banget-,-!-- "Kenapa?lo gak suka?!" Tanya Sandra sinis. "Gak gitu San,gue cuma mau bilang makasih buat semalem,enak banget deh.Kalo gitu gue duluan ya" Deraga berjalan melewati Sandra dan Tiwi yang masih bengong karna ucapannya baru saja 'enak banget' Sandra menelan ludah hambarnya sambil menatap Tiwi yang masih menampakkan ekspresi tak percayanya atas pernyataan Deraga baru saja-, "San lo ditidurin sama Deraga?!" Tiwi berteriak dan melotot ke arah Sandra,sontak membuat orang-orang disekitar situ mengalihkan pandangannya ke Sandra,Sandra langsung menarik tangan Tiwi lalu membawanya pergi dari tempat itu. "Ngarang ih!Kebanyakan nonton 50 shades of Grey makanya denger kata tidur langsung negthink gitu.Semalem Deraga emang tidur dirumah gue,tapi gak seranjang lah,terus tadi abis subuh dia pamit gitu aja,gak jelas emang tu anak!" Sandra meletakkan tasnya diatas meja sambil menceritakan kejadian Deraga semalam dirumahnya,jika ia mengatakan Deraga tidak jelas tiba-tiba kerumahnya namun hal lain ada dibenak Sandra,dia bisa menebak ada alasan kenapa Deraga pergi kerumahnya apalagi dengan kondisi babak belur seperti itu,keyakinan Sandra jika Deraga tak baik-baik saja semakin kuat ketika ia mengingat Deraga menyenderkan kepalanya dibahu kiri Sandra,sosok Deraga yang sok cool,idiot,menyebalkan malam itu benar-benar seperti bukan Deraga yang setiap kali Sandra lihat,ia bisa merasakan ada sesuatu yang menekannya dari dalam walau Deraga berusaha menutupinya dengan wajah sok cool-nya itu,ia menatap Deraga dalam-dalam,melihat sosok yang ia phobia terbaring lelah dibahunya,andai dua tahun lalu Deraga tak melakukannya mungkin bahu itu bukan hanya sekedar sandaran untuk semalam saja,namun rumah dan tempat dimana Deraga bisa berpulang dan meluapkan segala keluh kesalnya,tidak hanya semalam tapi setiap hari sampai hari minggu berujung dan tidak akan ada hari minggu selanjutnya--

***

"Arghhh!!!" Deraga berteriak sekeras-kerasnya hingga suaranya menggema dimana-mana,ditendangnya bola didepannya dengan kencang--meleset, Deraga menjatuhkan tubuhnya kebawah,ia berteriak,mengumpat,menangis frustasi dan bahkan Deraga memaki dirinya sendiri. Masih ada dalam memori ingatannya malam itu saat Andrean mendaratkan satu pukulan dipipinya,namun pukulan itu tak ada artinya sama sekali,tak mampu mengembalikan orang tuanya yang sudah berbaring didalam tanah,ia tak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri hingga ia mengeluarkan sebuah silet dari saku-nya,digenggam silet itu hingga membuat tangannya mengeluarkan darah yang masih segar--, "Deraga!!Lo udah gila ya?!" Deraga menoleh ke belakang ketika seseorang datang dan memanggil namanya. "Bangun!banci banget sih jadi cowok!" Diraihnya silet yang masih berbekas darah Deraga oleh Sandra yang langsung menarik Deraga dan mengajaknya ke tepi lapangan-, "Lo malu-maluin aja!Ngapain sih beginian,kalo bunuh diri jangan disini!ntar gue jadi saksinya,ribet gue ntar!" Sandra mengeluarkan obat merah dan kapas dari kotak P3K-nya yang bermotif 'barbie'-, Sandra mengusapkan obat merah itu ketangan Deraga dengan hati-hati lalu membalutkan perban ketangan Deraga,Deraga hanya terdiam dan menatap Sandra dengan mata yang masih berkaca-kaca-, "Selesai,lo kenapa sih Ga?cerita ke gue dong!" Ntah kesambet setan apa Sandra menjadi sok asik dan 'care' dengan Deraga,"duh goblok banget sih gue!" Batin Sandra. Deraga tak menjawabnya walau dengan sepatah kata,ntah apa yang terjadi Deraga langsung mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan tapi sekarang tak bisa,lagi--Sandra hanya menatap wajah Deraga dengan tatapan berusaha menebak,ntah refleks atau apa tangan Sandra menghapus air mata kepedihan Deraga,dihapusnya air mata itu secara perlahan dengan perasaan iba didalam diri Sandra,dipeluknya tubuh Deraga yang lebih besar darinya secara erat, tak ingin Sandra lepaskan begitu saja karna dia tau Deraga sedang ditimpa beban yang sangat berat hingga mampu melemahkannya seperti ini-, "Lo jangan nangis,lo kan cowok,kalo ada apa-apa cerita aja ke gue,gue dengerin kok.Gue gak bakal acuhin lo lagi Ga" ucap Sandra lirih sambil beberapa kali mengusap kepala Deraga,kali ini Sandra harus mengalahkan ego dalam dirinya menaruh perisai hati Sandra karena sepertinya air mata Deraga benar-benar mampu meluluhkannya--tak ingin salah bicara Sandra masih diam seribu bahasa,membiarkan Deraga tenang dalam pelukan hangatnya. "Makasih ya San,lo baik banget" Deraga melepaskan pelukan Sandra lalu menghapus air matanya tersadar yang sedang dihadapannya itu seorang cewek-, "Gue pergi dulu ya San,makasih sekali lagi" Deraga menepuk pundak Sandra sambil melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Sandra di lapangan futsal itu sendiri. Sandra membalikkan badannya setelah Deraga sudah tidak terlihat lagi,beribu pertanyaan menjadi satu dalam benak Sandra,ini pertama kalinya ia melihat sosok Deraga yang biasanya tertawa,jail,sok cool menjadi lemah tak berdaya seakan-akan dunia sedang tak bersahabat dengannya.

D E R A G ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang