"Sandra gimana?" Andrean berhenti sejenak dihadapan Deraga yang memang sudah daritadi menunggu kepulangannya, Deraga masih tak rela sosok yang Sandra peluk saat ia menumpahkan segala emosinya adalah kakaknya sendiri-,tanpa sebuah jawaban yang Andrean lontarkan ia berlalu begitu saja, "Gue gak suka lo deketin Sandra!" Tangan Deraga menarik tangan kanan Andrean yang mulai melangkah pergi dari hadapannya,ditepisnya tangan Deraga dengan kasar lalu mendaratlah satu pukulan dipipi kiri Deraga, "Lo harusnya nurutin kata mama buat tunangan sama Yuri!udah lo nurut aja apa susahnya sih?biar Sandra jadi urusan gue,gue suka sama dia!Sandra sakit hati sama lo,dia nangis!lo ngulangin kesalahan yang lo critain ke gue buat kedua kalinya,sayang..lo kehilangan dia lagi brother" Andrean berlalu dari hadapan Deraga begitu saja,membiarkan adiknya terkapar dan mengeram kesakitan akibat pukulannya--
***
4 jam pelajaran berlalu,namun Sandra tak seperti hari-hari biasanya,ia hanya melamun,menyenderkan kepalanya dimeja,mencatat untuk sesaat dan itupun tulisannya seperti 'ceker ayam' -,sesekali ia mengeluarkan tisu untuk menghapus air matanya yang jatuh begitu saja,masih terbayang dengan jelas dimana malam itu Deraga muncul dihadapan Sandra dengan cewek lain,nampak sangat akrab ditambah Deraga merangkul cewek itu sudah seperti,bukan..bukan hubungan yang biasa,setelah dua tahun lamanya Sandra menyusun hatinya sekarang dia harus menyusunnya lagi karena luka yang sama,penyebab yang sama, mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama karena Sandra dan Deraga sendiri sudah menciptakan moment yang indah,itu akan membuat Sandra semakin sulit untuk melupakannya-- "Udah istirahat San!!" Teriakan Tiwi baru saja membuat Sandra tersadar dari lamunannya,ternyata udah 4 jam pelajaran gue ngelamun! Batin Sandra. "G..gue gak istirahat wik,lo keluar sendiri ya.." Sandra kembali menyenderkan kepalanya di meja,kali ini Tiwi hanya menurut saja,ia tak ingin merusak mood Sandra saat itu yang sedang ingin sendiri--
"Tiwiiii!!" Tiwi menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya kearah suara itu berasal, "Sandra mana?" Deraga datang menghampiri Tiwi dengan napas terengah-engah,seperti orang abis dikejar setan-,Tak ada jawaban dari Tiwi,Tiwi langsung membalikkan badannya lagi lalu mulai pergi melangkahkan kakinya,
"Tunggu wik,gue belum selesai ngomong"
"Apaan sih Ga! Lo udah nyakitin Sandra,lo seenaknya banget sih mainan perasaan orang,lo gak tau kan butuh waktu berapa lama buat Sandra balikin hatinya yang udah rapuh?tapi kenapa lo hancurin Ga?Inget Ga hukum sebab akibat tu ada,lo bakalan dapet apa yang lo perbuat,thats simple.Newton's third law!" Tiwi menginjak kaki Deraga lalu berlari menuju ke kelas,Deraga berdiam diri dan mengeram kesakitan sambil memegangi kaki yang Tiwi injak sambil menatap Tiwi yang mulai jauh dari pandangannya--- Sandra duduk dibangku taman sendiri,sesekali ia memejamkan mata menarik napasnya dalam-dalam,semilir angin sejuk me-refresh-kan pikiran Sandra yang sedang kacau itu,dibukanya mata Sandra ketika seseorang memakai pakaian serba putih berdiri dihadapannya, "Sandra sehat?" Tanya orang itu sambil berlutut didepan Sandra, "Dokter Nana?Sandra sehat dok.." Sandra berdiri lalu memeluk dokter itu dengan sangat hangat,tiba-tiba sebuah air mata jatuh dipipi kanan dan kiri Sandra,Sandra menatap dokter itu dengan tatapan mengiba, "Dokter janji,semuanya akan baik-baik aja San" Dokter itu menghapus air mata Sandra lalu memeluknya,menghelai rambut lembut panjang nan indah Sandra-, Mata Sandra terfokus ke seseorang yang berada di sudut taman sana,segera Sandra melepaskan pelukan Dokter Nana lalu menghapus air matanya, "Pulang yuk dok!" Sandra menarik tangan dokter Nana saat ia tersadar sosok Deraga yang berada di sudut taman sudah memperhatikannya sejak tadi--
***
Deraga memperhatikan gadis berambut panjang yang sedang duduk dibangku taman sekolah,dilihatnya gadis yang sangat ingin Deraga temui sepertinya sedang berusaha menenangkan dirinya,sakit..hati Deraga sangat sakit,setelah dua tahun ia tak bisa menyentuh Sandra untuk kedua kalinya ntah berapa lama ia tak bisa merasakan kehadiran Sandra lagi,seribu penyesalan ingin Deraga ungkapkan tapi percuma,ia berhasil membuat dinding egois,perisai dari luka yang mungkin sekarang akan lebih kuat dari sebelumnya karena perbuatannya sendiri. Masih teringat di memori Deraga waktu itu,waktu Andrean mengatakan ia juga menyukai Sandra,mungkin Andrean tak serius mengatakannya,setelah Deraga berhasil merengut nyawa kedua orang tuanya mungkin Andrean ingin balas dendam dengan cara mengambil Sandra darinya. Deraga menatap Sandra dengan tatapan penasaran ketika seorang dokter yang berdiri dihadapan Sandra,seribu penasaran muncul ketika Deraga melihat Sandra menjatuhkan air matanya dipelukan dokter itu, apa yang terjadi?siapa yang sakit?Sandra?atau orang tuanya?-, Deraga melihat Sandra dengan wajah yang menampakkan ada beban dalam dirinya,mungkin wajah seperti itu juga yang Sandra lihat ketika ia ada dihadapan Deraga saat dilapangan futsal,dulu-- "Andai gue disana buat hapus air mata lo San,andai gue bisa jadi Sandra untuk Deraga sama kaya waktu lo ada buat gue,gue tau lo kenapa-napa San" Deraga berperang dengan batinnya,tekanan batin Deraga semakin kuat ketika ia menyadari ia tak bisa ada untuk Sandra sekarang. Deraga mengalihkan pandangannya lalu menatap ponselnya ketika Sandra sudah tersadar daritadi Deraga sudah memperhatikannya,baru saja melirik Sandra sudah hilang dari tatapannya, "Setelah kehilangan mama,gue gak mau kehilangan elo juga San,Arrghh!!" Deraga melempar minuman yang ia genggam sejauh-jauhnya,sebagai ungkapan emosi yang ingin ia luapkan karena rasa kehilangan yang mendalam dirasakannya karena sosok Sandra Oktanara, membuat Deraga merasakan kembali ke kesalahan masa lalunya,ketika ia berhasil membuat dirinya kehilangan mama dan papanya,rasa kehilangan yang sama ketika Sandra mulai menjauh lagi dari hidupnya--
KAMU SEDANG MEMBACA
D E R A G A
Teen FictionGue harap diantara ribuan orang disini lo hadir,dan izinin gue kasih kemenangan ini buat lo