Panggilan Pertama

76 8 0
                                    

Selasa, 24 Agustus 2014

Blue senang, blue bahagia.
Semoga hari ini seindah hari kemarin.

Blue ingin selalu senang

***

Hiruk pikuk Ibu kota menjadi teman Arin pagi ini. Jadwal pelajaran boga yang memaksanya membawa bahan makanan dari rumah.

Tapi tak dapat dipungkiri, keribetannya pagi ini sangat ia sukai, pasalnya ia akan menjajakan masakannya ke seluruh sekolah dan itu artinya ia memiliki kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan jas merah-nya itu.

***

"Arin, mixer nya yang bener, ntar bantet lagi kue nya." Arin hanya mengangguk, adonannya sudah mengembang, tinggal tunggu beberapa saat dan siap dituang kecetakan. Bolu kukus berfarian rasa ini nantinya akan mereka jual saat jam istirahat kedua sebelum sholat zuhur. Jadi semua adonan harus sudah matang sekitar satu jam lagi, sedangkan mengukus hanya ada dua untuk tiga kelompok, akan memakan waktu yang sedikit lama.

Arin yang sejujurnya paling tidak bisa memasak apalagi membuat kue dengan bangga menunjukkan hasil mixer-an nya ke guru boga mereka.

"Miss, ini udah bisa dituang kan?" Tanya nya antusias. Pokoknya kue nya hari ini harus berhasil.

"Bisa, tuangnya separo aja, jangan sampe penuh cup nya, ntar jadi meluber." Arin mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya.

*

Arin d.k.k sudah berpencar menjajakan dagangan masing masing, dan Arin mendapat bagian gedung SMA.

"ADA YANG MAU BELI BOLU KUKUS GAK? ENAK LOHH CUMA DUARIBU. AYO AYO!!" beberapa anak tertarik mendengar teriakan Arin dan membeli sebagian daganannya.

Dan sebagian lainnya menatap kesal kearah Arin, tidak bisakah sekolah mereka tenang satu hari saja tanpa teriakan melengking Arin.

"Blue!!" Arin tersentak, satu satunya orang yang memanggilnya Blue cuma si Jas merah. Pipinya bersemu merah.

"Lo dipanggilin cuma cengo. Jualan apaan tuh? Bolu kukus?" Arin tidak sanggup berkata, ia hanya mengangguk. Panggilan pertama dia yaampyun..eike jadi terhuraa.. ahhh makin lope lope diudara deh akyu nya.

"Gue beli tiga deh, laper nih. Berapa satu?" Arin diam, sadar kalau temannya ini sedang salah tingkah, dengan sigap Lula menjawab pertanyaan Fadli. Melayani dan menawarkan kalau ada acara dan mau menempah kue, bisa langsung hubungi anak boga.

"Thanks ya Lul, dah Bue." Keduanya hanya mengangguk.

"GAK MAU TAU, YANG JELAS LO HARUS CERITA TENTANG SEMUA INI. Deket sama anak photographer, dipanggil pake panggila sayang lagi. Blue, najis sumpah." Lula berteriak nyaring, sedangkan yang diteriaki hanya mesem meaem sendiri, sadar kalau ia sudah mulai pindah kelain hati. SENANG NYA HATI KU BISA MOVE ON DARI DIA YEYEYE.

Arin berjalan meninggalkaa Lula yang masih cengo melihat keanehan teman satu kelasnya itu. "Semoga gue gak ketularan gila. Rin tunggu gue!!"

***

Jam menunjukkan waktu pergantian les, tapi dikarenakan guru mata pelajaran bahasa indonesia sedang keluar kota, jadilah kelas yang memang dasarnya recok jadi makin recok. Ada yang gosip, liat video dari notebook, tidur dan ada juga yang bernyanyi gak jelas di sudut kelas.

Meski kau bukan yang pertama, dihatiku tapi, fadli tetap dalam hati...
Meski fadli banyak yang suka, beluu akan setia menungguuuuu uououoooooouuu..

"Arin, berisik banget sih. Ya kali lo suka sama Fadli? Anak photographer itu? Hellow dia itu udah punya pachar keleus. Si Wina Wina itu."

"Ih alay lo. Lagian ya, selagi janur kuning belum melengkung semuanya sah sah aja. Kalaupun janur kuning udah keburu melengkung, gue siap dipoligami kok sama Ayang Fadli cemewew." Lula hanya menatap teman nya ini dengan tatapan horor, semakin kesini sifat aneh Arin semakin keluar.

DIARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang