Urat malu Arin lepas

52 7 0
                                    

Urat malu Arin lepas-adindahdy

***

Arin masih saja kesal jika mengingat kejadian tadi pagi, rasanya ia mau menenggelamkan dirinya saja dari pada bertemu dengan sepasang kekasih yang paling Arin tidak suka.

Jam isoma yang ia bayangkan akan sangat mengasyikkan malah menjadi sangat hambar karena Arin harus kekantin sendirian, Arin paling benci ditinggal sendirian. Laura sedang makan siang sama pacarnya di kantin dua yang terletak di antara gedung SMP dan Gedung SMK-TR. Kenapa Arin tidak ikut? Jawabannya hanya satu, ia sudah bosan dijadikan nyamuk tiap kali diajak makan siang bareng pacar Laura. Walaupun Arin bakal dibayarin.

Ia melihat seisi kantin utama yang sangat ramai, kalau bukan karena perutnya yang sudah mejerit sedari tadi, Arin lebih milih ke gedung SMA buat nyewain novel, sekalian modus.

"Kamu mau makan apa?"kata seorang siswa laki laki

"Ayam penyet aja deh, aku lagi pengen makan yang berat berat." Dikira burbel apa berat. Gerutu Arin dalam hati. Ia menolehkan kepalanya saat auara suara pengganggu itu semakin saja terdengar menjijikkan.

Demi?! Itu Fadli sama Wina. Kok sial banget sih ketemu dua kali sama most wanted boy yang satu ini.

Arin semakin sebal dibuat mereka. Ia memakan satu porsi nasi padang dihadapannya dengan ganas, sampai satu ide gila muncul dibenaknya. Ahh, dikit aja gak masalah kok.

Perlahan tapi pasti, pantat Arin sudah berpindah tempat ke kursi sebelah Wina, ia menatap Wina dengan binar bersahabat dan dibalas dengan tatapan heran Fadli.

"Mau ngapain lo?" Tanya Fadli sarkastik yang membuat Arin salah tingkah. Namun sebisa mungkin ia mengatur degub jantungnya agar plan nya berjalan dengan lancar.

"Gabung. Temen gue lagi pada urusan masing masing, jadi gak bisa makan bareng deh. Gue boleb ikut kan?" Fadli terlihat enggan untuk menerima tawaran Arin.

"Engg--"

"Boleh kok, boleh banget malah." Arin tersenyum simpul mendengar jawaban Wina, ia memindahkan nasi padang dan teh manis dinginnya di meja Wina dan Fadli.

Dan tanpa rasa malu atau memang tidak ada malunya, Arin mulai makan dengan gaya seorang supir becak makan di warung padang. Kaki diangkat kekursi, makan menggunakan tangan, plus nasi tambah. Sebenarnya ini malah membuat Arin malu didepan mantan calon gebetannya, tapi apa boleh buat, Arin lagi pengen nunjukin sisi lain dirinya ke orang orang.

"Kak, telur dadarnya satu lagi ya." Pelayan tadi hanya mengangguk dan menyiapkan pesanan Arin, dalam hati Arin sudah ingin muntah makan sebanyak ini, kalo bukan karena plan yang udah dia buat, dia ogah makan dan minum kayak orang kesehatan, walaupun ia sangat lapar tadi.

Fadli dan Wina kehilangan selera makan saat melihat Arin makan, disaat Wina dengan susah payah menjaga berat badannya, ada cewek berbadan cantik tapi makannya banyak banget. Sedangkan Fadli? Ia hampir ilfeel melihat tingkah Arin, kok ada cewek cantik tapi kelakuan mirip tukang becak.

"Eh, gue ke toilet bentar ya, mau cuci tangan sekalian pipis. Mau bareng Fad?" Win menganga, ia kira dirinya lah yang akan diajak ketoilet, tapi kok malah Fadli?

"Enggak deh, lo aja." Gocha, masuk perangkap kan lo. Gumam Arin dalam hati. Ia berjalan ke arah toilet, mencuci tangan setelah itu pergi ke kelas untuk tidur siang.

***

"Loh emangnya temen saya tadi belum bayar mbak?" Pelayan yang di tanyai Fadli menggeleng dengan sopan, shit gue dikerjain. Mana uang udah tinggal ongkos sampe sabtu lagi.

DIARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang