Gay vs Heartless✅

2.8K 186 5
                                    

Awal musim dingin, pagi ini suhu di Korea mendekati nol. Semua orang bekerja dalam balutan mantel, namun kesibukan tidak lantas menyurut di salah satu stasiun televisi swasta di Korea, GBS TV. 

Seperti biasa, siaran live berita pagi dengan rating tertinggi dalam tiga tahun terakhir ini sedang berlangsung. Semua orang menantikannya. Sebab, pembawa acara Morning Time ini memiliki karismanya tersendiri. Wajahnya yang tampan dan pembawaannya yang berwibawa mampu menarik perhatian orang-orang dari segala aktivitasnya di pagi hari. Setiap orang yang sekedar melewati papan bergerak bergambarkannya pun pasti akan berhenti sejenak untuk menikmati wajah tampannya.

Mark adalah nama si pembawa acara tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 ketika Mark mengakhiri acaranya dengan salam yang hangat dan senyum yang mengalahkan terangnya matahari di pagi hari. 

Mark membungkuk mengucapkan salam dan terima kasih pada seluruh kru yang bertugas. 

"Terima kasih atas kerja samanya,"

Seseorang menepuk bahunya, membuat Mark berbalik. Tapi yang jadi perhatiannya bukan orang yang menepuk bahunya, melainkan seorang wanita dengan sorot mata tajam dan dandanan yang ㅡyah, agak kelabu berjalan melewatinya begitu saja. Wanita itu terlihat begitu dingin dan menusuk, seperti musim ini.

"Terpesona~" bisik seseorang menarik kembali Mark pada kesadarannya. 

"Jack-" Mark kaget hingga ia lupa untuk membasahi tenggorokannya yang serak.

"Kau menyukainya ya?" Tanya Jackson, si pria terbiang gosip di GBS TV. Meski begitu ia adalah kameramen yang andal.

"Omong kosong-"

"Tapi matamu bilang begitu," sahut Jackson cepat.

"Pertama kalinya untuk melihat dia secara langsung, mengejutkan," ujar Mark membela diri.

"Itu namanya cinta pada pandangan pertama, bung," sahut Jackson lagi kekeh.

"Ya, terserah apa katamu lah," Mark paling tidak suka berdebat dengan Jackson, karena itu hanya membuang-buang tenaga. 

"Wah, aku senang, akhirnya aku percaya jika sahabatku ini bukan gay," Ujar Jackson sambil merangkul Mark dan meliriknya dengan tatapan nakal.

"Kau tahu betul aku bukan gay, Jack, tapi leluconmu menyimpulkan aku suka pada gadis itu sungguh konyol," tegas Mark sambil melepas rangkulannya, entah mengapa hari ini nampaknya ia agak sensitif. 

"Oh, ayolah, bung, jinx-ku bukan main-main," Jackson memelas, namun, sedetik kemudian ia menjentikan jarinya dan tersenyum miring, "Mari kita buktikan,"

"Apa maksudmu?"

"Buktikan bahwa kau tidak punya perasaan apapun pada wanita itu,"

"Dengan cara?"

"Lakukan pernyataan cinta padany-"

"Jack, kau sungguh tak masuk akal," ujar Mark memotong perkataan Jackson, ia paham betul kemana arah obrolan ini. 

"Apa kau tahu? tak ada cinta dalam kamus kehidupannya, jadi itu tak masalah. Dan seharusnya kau tidak perlu mempedulikan dia jika kau benar-benar tidak mencintainya, bung,"

"Kau benar-benar konyol,"

"Ya sudah kalau begitu biar aku saja yang mendekatinya," sahut Jackson dengan ringan. 

"Baiklah! Baiklah!" ujar Mark lelah bercampur kesal. "Sekarang menyingkir dari hadapanku,"

Mark berlalu meninggalkannya. Ia berjalan gontai memikirkan nasib buruk yang menimpanya karena terpancing omongan sahabatnya yang sejak SMA mendapat julukan si mulut besar. 

Seketika Mark berhenti di depan studio VII, yang biasa digunakan untuk acara musik. Mark meraih gagang pintunya, namun segera ia menjauh sambil menggeleng.

"Tidak, tidak, tidak. Si bodoh itu tak mungkin menjajah pikiranku dengan hal bodoh seperti ini," ujar Mark sambil terus berjalan menjauhi pintu studio itu dan memasuki lift. 

"Astaga!" Pekik Mark tanpa sadar meloncat ke dinding lift seperti melihat hantu di siang bolong, tatkala pintu lift terbuka lagi dan menampilkan sosok yang sedang ada dalam pikirannya. 

Wanita itu ㅡWendy, memasuki lift tanpa memerdulikan debaran jantung Mark yang membabi buta. Sama sekali tak peduli. Pintu lift akhirnya benar-benar tertutup, menyisakan mereka berdua di dalamnya. Rasanya pemanas ruangan tak bekerja dalam lift semenjak Wendy masuk.

"Ehem!" Mark rasa ini adalah kesempatan terbaik untuk berkenalan dengannya. 

Ia mengulurkan tangannya.

1 detik,

2 detik,

3 detik,

Bahkan Wendy tak ingin sedikit pun membuang tenaganya untuk sekedar mengalihkan tatapannya pada Mark. Mark menarik kembali tangannya yang seketika terasa kosong dan hampa. Pasti Jackson sudah tertawa terpingkal-pingkal bila melihat kejadian ini.

"Aku Mark. Senang bisa bertemu denganmu," ujar Mark kaku. Ia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

"Lihatlah GBS TV di hari Senin sampai Kamis pukul 07.00 KST jika ingin melihatku. Semoga kita berjumpa lagi ya," Mark langsung berlalu sambil menahan malu begitu lift berhenti, tak lupa ia tinggalkan senyum mautnya itu untuk wanita misterius yang satu ini.

Kena kau, pikir Mark. 

Entah setan apa yang merasuki Mark. Justru ia kini melancarkan aksinya untuk mendekati gadis itu. Padahal tadi ia adalah orang yang paling keras menyatakan bahwa ide Jackson itu sungguh tak masuk akal.

Tak ada salahnya aku mencoba, lagi pula ia memang menarik, bantin Mark.

***
First, memulai untuk belajar menulis lagi.. dari nol? Sepertinya.
Mohon bimbingannya untuk siapa pun yang membaca^^
Terimakasih banyak~♡

Originally written in December 2015
Revised: March 18st, 2020.

Heartless //under constructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang