Red Hair

877 87 23
                                    

Sudah seminggu ini Ia uring-uringan. Menyebalkan sekali. Jika kau pikir ia akan memperlakukanku sebagai putri setelah mendapatkanku kembali, hal itu tidak berlaku selamanya. Hanya sekitar satu bulan. Ya, kurang ajar sekali. Tahu begitu aku tak usah ikut pulang dengannya. Bukan maksudku ingin dimanjakan. Tapi, Ah, mengertilah diriku, pokoknya sekarang dia sangat menyebalkan. Memerlakukanku seperti asisten pribadinya. Membuatkan sarapan, memilihkan pakaian, memasangkan dasi, membuatkan makan siang, menemaninya kemana pun dia pergi. Dia kan banyak uang, kenapa tak menyewa pembantu saja!!!!

Dan parahnya, kini aku menemaninya bekerja. Hanya karena aku bilang bosan dan ingin bekerja, kemudian ia dengan menyebalkannya menyuruhku menjadi asistennya! Astaga, dia sangat menguji kesabaranku dengan sifat manjanya. Apa dia tidak berpikir, dia bekerja di dunia pertelevisian, yang mau tak mau banyak orang mengenalku meskipun aku sudah berganti penampilan.

"Jangan melamunkan hal kotor, masih pagi." Hardiknya tajam. Astaga kuputar bola mataku.

"Kemana?" Tanyaku bodoh ketika ia membenahi penampilannya.

"Pulang." Kemudian berlalu begitu saja. Astaga, biasanya dia akan menggenggam tanganku dan berjalan berdampingan. Tapi lihatlah sekarang.

Aku bergegas duduk di sampingnya yang tengah bersiap dibalik kemudi.

"Kenapa pulangnya pagi sekali? Apa yang akan kau lakukan?" Tanyaku kepo sekali.

Dia mengunci rapat mulutnya. Lihatlah cara dia merajuk. Sepertinya hari ini aku sudah cursing untuknya jutaan kali.

"Mark..." Kusentuh lengannya. Biasanya ia sangat tak tahan dengan sedikit godaan.

Air mukanya tak berubah sedikit pun. Seperti sudah mengetahui aku akan menggodanya.

"Mark...." Kugoyangkan lengannya, dan dalam sedetik kukecup pipinya yang sedaritadi mendatar.

"Bicaralah padaku."

"Apa?" Cicitnya. Astaga, priaku sangat menggemaskan. Kucubit pipinya, dan ia hanya mendengus.

"Pokoknya aku tak mau berbicara padamu sampai kau menyetujui untuk menemui keluargaku di Hong Kong."

"Benarkah?" Ugh. Dia sangat menggoda.

"Tentu saja."

"Tapi kan sudah kubilang. Aku tak mungkin menemui keluargamu dengan rambut merah begini."

"Sudah kubilang juga keluargaku takkan keberatan. Adikku sering mengecat rambutnya. Merah, kuning, hijau, biru. Tak masalah."

"Tapi itu tak sopan menurutku. Aku kan kesana dalam konteks yang berbeda."

"Kalau begitu kau bisa mengecat ulang rambutmu."

"Tidak, aku masih menyukainya."

"Kau bisa menggunakan beany."

"Apa aku harus menggunakan benda itu sepanjang hari di musim panas? Mimpi buruk."

Dia hanya mendengus.

"Bagaimana kalau tiga bulan lagi?" Tawarku. Dia tetap di posisinya.

"Terserah padamu. Kalau begitu, aku tak akan makan selama tiga bulan." Oh Boy! Aku kan lemah jika begini.

Kini aku yang mendengus.

Dan ia hanya berlalu begitu saja ketika kami sudah tiba di basement apartementnya. Apartemen kami.

Dia berjalan begitu cepat. Dan menyebalkannya dia sama sekali tak menahan liftnya untukku. Sungguh aku tak akan berhenti mengutuknya hari ini!

Aku menekan password dengan emosi yang meletup letup bagai pop corn dalam wajan. Apa aku harus mulai melemparkan barang barang di apartemen? Ugh.

"YAAAAA MARK TUAAANNNNN!!!!"

"Hm?" Ujarnya santai sambil membuka kaleng minuman bersoda. Kurebut kalengnya dengan emosi.

Benar-benar mengujiku. Dia sama sekali belum makan dari kemarin karena merajuk padaku yang menolak dikenalkan pada keluarga besarnya di Hong Kong. Tidakkah dia berpikir bahwa aku hanya mengulur-ulur waktu karena gugup luar biasa. Aku bisa apa? Hanya mengelus dada.

"KAU ABAIKAN SEMUA MASAKANKU!!! DAN MEMILIH MINUMAN SIALAN INI!!!" emosi.

"Dimana masalahnya?"

Kujambak rambutnya tanpa ampun. "Ahh!! Sakit, lepaskan.. Oh, ayolah." Rintihnya.

"MENYEBALKAN!!!! CEPAT PESAN TIKET PESAWAT MALAM INI JUGA."

"Tiket kemana?" Tanyanya bodoh. Ugh.

"TERSERAH KAU MAU MEMBAWAKU KEMANA!!!" aku berlalu meninggalkannya.

Terdengar langkah kaki mengikutiku. Tak lama kemudian ia menarik lenganku sampai menghadapnya.

"Apa itu artinya kita akan ke Hong Kong malam ini juga?"

"Hm."

"Ouch. Terimakasih cinta!!" Ujarnya mendramatisir sambil memelukku erat sekali. Mungkin ia ingin membunuhku. Dan kemudian ia mulai mencumbuku di depan pintu kamar.

"Tapi kau makan dulu."

"Aku lebih senang untuk memakanmu." Ujarnya dengan nada menggoda yang kemudian lanjut mencumbuku.

Aku tak mungkin menggantikan kebahagiaan Mark dengan apapun. Dia adalah, dia bagiku.

"Jangan khawatir. Mungkin ibuku sedikit menyebalkan, dia terlalu banyak bercerita." Ujarnya disela ciuman kami.

"But she gave me a gift."

Dia terkesiap. "Really? What?"

"You."

Dan responnya hanya kembali mencumbuku, dasar pria mesum. Namun aku merasakan bahwa ia tersenyum di sana.

"Stop it, Mark."

"Ugh."

"I'm on my period." Ujarku sambil menjauhkan wajahnya. Dan air mukanya tiba-tiba mengeras. Tanpa melirikku lagi ia berlari ke kamar dan menutup pintunya hingga menimbulkan bunyi gedebum.

"ARRRGHHHHH....!!"

Hm. Sepertinya dia sangat frustasi.

-----------------------------------------
Finally, I published another extra part.
Btw, UN has ended, and todayyyyyyyy...... I share my birthday with Sehun, yippie~_~
oh my god, for godsake, today is the gloomiest bday ever/? idk why. ugh. >_< i'm not really fine.

And for the last. I hope y'all like it. I'll come with another project. And idk about Apple Pie. I lost the document on my phone, then I lost my mood to re-write it.

Ok bye byeeeeee~_~

Heartless //under constructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang