Surprise ✅

781 111 5
                                    

Wendy tersadar dalam keadaan meringkuk dengan gaun putihnya yang mulai lusuh. Ia mengerjap beberapa kali lalu berusaha untuk mendudukkan dirinya.

Lebam di sekujur tubuhnya yang dihiasi dengan darah yang mulai mengering membuatnya begitu mengerikan. Wendy pun merasa sesak, karena ruangan begitu sempit dan berdebu.

Wendy bangkit dan tertatih meraih kenop pintu dan berharap tak terkunci. Meskipun ia sepenuhnya sadar bahwa pintu selalu terkunci, namun selalu ada 'semoga saja kali ini...' di lubuk hatinya.

Krriiieettt....

Suara engsel pintu tua itu memperlambat pergerakan Wendy. Harapannya terkabul, tapi ia tak punya waktu untuk merasa senang. Wendy mengendap menuju ruangan yang bercahaya.

"Sayang... tolong hentikan."

"Apa katamu?!"

"Hentikaannnn.... aaaaaa."

Bugh. Pyar.

"Aaaaaaa...."

Sret.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa."

Bruk.

Wendy seketika membeku ketika jeritan itu melemah kemudian lenyap. Jeritan yang kentara dalamnya rasa sakit, terluka, kepedihan, kekecewaan, dan permohonan. Ia pun merangsek keluar dari tempat persenyembunyiannya. Wajahnya pucat pasi ketika mengingat siapa pemilik suara itu.

"Mama..." lirih Wendy ketika melihat Emily yang sedang meregang nyawa. Dadanya sesak, mati-matian ia menahan ia tidak meneteskan air mata.

"Oh? Putriku," sapa Jordan. Wendy gemetar luar biasa dan refleks mundur selangkah ketika ayahnya mendekat.

"Lihatlah jalang ini, kau akan hidup seperti dia, karena kau keluar dari rahim jalang ini!" teriak Jordan dengan sebuah senyuman, bangga dengan pujiannya sendiri.

Wendy tertohok bukan main. "Dia bukan wanita jalang!" Entah darimana keberanian itu ia kumpulkan untuk meneriaki psikopat gila itu. Wendy tak akan menyesalinya. Ini adalah kesempatan terakhir dan kalau pun ia harus menjemput ajalnya, ia akan bahagia untuk hidup selamanya bersama Emily.

"Kau gila, kau baru saja membela seorang jalang! Kau pikir membawa pria ke rumah setiap suami bekerja itu bukan tindakan jalang?" Jordan bertepuk tangan. "Aku tak menyangka, kalian benar-benar sejenis,"

"Tapi dia bukan pria lain..." Wendy mulai terisak, air mata yang selama ini ia tahan akhirnya pecah dan ia tahu konsekuensinya.

"Apa kau masih berani membela wanita jalang ini dibawah air mata so sucimu itu?!" Jordan berteriak sambil memukul lengan Wendy dengan stik golf, yang langsung membuatnya tersungur ke lantai. Isakannya semakin luar biasa hebat.

Bughh...

Bughh...

Bughh....

"Hiks... hikss... dia pamanku, Ayah." Pembelaan Wendy belum berakhir.

"Kau masih memanggilku ayah?"

Bughh...

"Setelah kau bela si jalang itu?!"

Bughh...

"Kau bukan anakku. Ingat itu,"

"Aku berani bersumpah. Dia Marcus, dia baru saja kehilangan pekerjaannya," Jangan lupa jika Wendy juga anak kandung Jordan yang kurang lebih mewarisi darah dinginnya. Di antara kesakitan dan nyawa di ambang batas, Wendy mampu membuat ayahnya berdiri membeku dan melepas stik golf itu.

Heartless //under constructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang