Kiss

850 98 5
                                    

Gila.

Sebagai seorang laki-laki, Mark merasa kehilangan akal sehatnya.

Brukk... Traangggg.....

Pintu kaca itu sudah tak terdefinisi. Menyisakan kaca yang berserakan di lantai.

"Kau gila?!" Mark mendesis tertahan menyaksikan wanita yang tengah terduduk di bathtub masih dengan pakaian lengkapnya. Pertama kalinya ia menyaksikan wanita itu tersenyum. Namun senyumnya sangat menakutkan.

Mark mendekatinya dengan langkah dan raut wajah yang tak terdefinisi. Diangkatlah tubuh wanita itu dari dalam bathtub dengan suhu air yang sangat tinggi.

Kulitnya sudah memerah dimana-mana. Mark terlonjak kaget ketika tangannya memasuki bathtub.

Panas!!!, batinnya.

Mark mengangkat tubuh Wendy dan melewati pecahan kaca itu begitu saja. Dibaringkannya Wendy di ranjang.

Mark segera menuju dapur dan mengambil air es dari kulkas. Diambilnya mug dan juga handuk.

Mark bergegas menuju atas lagi, dan mendapati Wendy telah mendengkur halus. Tiba-tiba, jantungnya berdegup membabi buta.

Bodoh! Apa yang kau pikirkan, batin Mark.

Mark mulai membuka baju Wendy dan menyekanya.

***

Irene menginjakkan kakinya di rumah yang menjulang bagai istana serba putih itu. Semuanya menyapa Irene ramah.

Ia melihat Bogum tengah berbaring malas di kamarnya sambil menyaksikan televisi. Bogum mengulum senyumnya melihat Irene memasuki kamar.

"Hi.." Cicit Irene sambil menghampiri Bogum.

Bogum melambaikan tangannya agar Irene mendekat.

"Tumben pagi-pagi menonton tv." Ujar Irene.

"Lihat saja sendiri." Sahut Bogum sambil mengisyaratkan Irene untuk menyaksikan televisi.

Acara berita pagi-pagi GBS TV, memuat berita Wendy. Sesuai janji Mark. Berita yang menguak kasus dibalik kecelakaan Wendy yang sebenarnya telah direncanakan untuk mengalihkan suasana pers dari kisruh politik calon presiden yang berkorupsi. Wendy hanyalah kelinci yang tak tahu apapun, namun telah menghancurkan segala miliknya.

"Hm.. Aku jadi mengingat Mark." Ujar Irene mengalihkan fokus dari televisi.

"Jadi sekarang kau mengingat pria lain?" Ujar Bogum menggoda Irene.

"Bukan begitu." Irene memanyunkan bibirnya.

"Iya, aku tahu. Ada apa?" Sahut Bogum.

"Baru kali ini aku merasa benar-benar bisa mempercayai Wendy pada seseorang." Irene bergumam.

"Ya, aku rasa Mark orang yang tepat." Sahut Bogum.

"Tapi khawatir juga, ia benar-benar mengambil cuti selama enam bulan."

"Ia mengambil cuti seumur hidup pun, kekayaannya takkan pernah habis, sayang." Cicit Bogum lagi.

"Dia sekaya itu?!" Irene terlonjak kaget, langsung menghadapkan dirinya di depan Bogum

"Hmm... bisa dibilang satu tingkat di atasku." Bogum menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang kurang dari pewaris tunggal perusahaan minyak di Dubai."

***

Mark mengusap wajahnya gusar. Kemudian ia tersadar, apartemen gadis ini sudah tak terdefinisi dan kakinya bersimbah darah tanpa ia sadari tertancap pecahan-pecahan kaca.

"Astaga, apa yang telah aku lakukan."

Mark beranjak mengambil kotak P3 dan mengobati lukanya sendiri. Setelah membersihkan beberapa bercak darah, ia menelpon seseorang untuk memerbaiki pintu kamar mandi apartemen ini dan ia segera membawa gadis yang tenggelam dalam tidurnya bersama dirinya untuk mengungsi. Sebelum identitas mereka terkuak.

"Jack, aku minta bantuanmu."

"..."

"Tolong panggilkan tukang untuk memerbaiki pintu, nanti kukirim alamatnya."

"..."

"Segera kutransfer."

Tut.

Sambungan telfon terputus.

Mark membopong Wendy memasuki mobilnya dan menuju apartemennya. Luar biasa ia tahan keinginannya membawa Wendy ke rumah sakit, karena itu terlalu berisiko sehingga ia hanya mengoleskan salep luka bakar pada beberapa bagian tubuhnya. Ia menggenggam lembut tangannya.

Mark menghela napasnya berat. Dan senyum terpatri di bibirnya memerhatikan Wendy yang samasekali tak terusik dalam tidurnya.

"Benar-benar tukang tidur." Tangannya terulur merapikan anak rambut Wendy menutupi wajah cantiknya.

Lama terbuai dalam keheningan basement, Mark tenggelam memerhatikan Wendy. Lama kelamaan tubuhnya mulai mendekati Wendy memakan jarak diantara mereka.

Tanpa sadar, ia telah melumat bibir peach gadis itu. Berengsek memang, ia menciumi gadis yang tengah tertidur.

Mark terlonjak kaget ketika lumatan itu dibalas. Perlahan ia membuka matanya. Dan langsung membeku saat itu juga menatap mata hazel di hadapannya.

HAHAHA...
Short update, mau lanjut nulis juga ga enak, udah enak cut di sini. Due to my preparation for national exam, jadi aku lanjutnya kalau sempet.. dan, aku mohon doanya ya guys

Oh iya, satu lagi, story baru yang aku omongin juga akan segera rilis yaa... tapi mungkin konfliknya bakal ringan banget, dan ga akan panjang-panjang.

Ok deh, have a nice day kawan-kawan... ♡♡

Heartless //under constructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang