Mimpi

55 0 0
                                    

Minggu pagi di Nashville terasa lebih dingin hari ini, entah berapa derajat.ternyata benar perkiraan cuaca diponselku kemarin, hujan turun semalaman beserta angin dan sepertinya diluar cuaca tidak berubah.atau akan turun hujan atau mungkin salju, kukira sudah waktunya.

kuusapkan tangan di kaca jendela yang berembun untuk memperjelas pandangan ke luar.masih hujan namun rintik-rintiknya terlihat deras dengan suasana jalan yang dihiasi orang-orang yang membawa payung untuk melindungi diri mereka.

aku termenung didekat jendela, seperti biasa pikiranku yang konyol seperti portabel memori terputar, tapi tak kubiarkan jelas hujan selalu mengingatkan dirinya.aku berniat untuk kembali memendam tubuh saja dalam selimut hari ini, tiba-tiba saat ingin merebahkan tubuh aku melihat kearah meja terdapat sebuah kertas dengan tulisan "I'm sorry, -Jade", iPodku beserta $1 dan 3 potong cookie(tanda untuk permintaan maaf).

"Jade ?!" Keningku berkerut, melihat iPodku telah kembali dan uang $1 yang dijanjikan.Pukul berapa ia masuk kekamar dan mengapa aku tak terbangun untuk menyadarinya, ia terlambat dan harus membayar untuk ini karena masuk sembarangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.dimana sopan santun yang diajarkan ibu padanya, aku melenguh kesal siang nanti akan kutegur karena sekarang aku menjadi malas untuk turun kebawah di cuaca yang bersuhu lembab seperti hari ini.

aku merebahkan diri dan mencoba berpikir tentang hal apa saja yang bisa kulakukan apabila disana 'Bebas' melakukan apa saja yang aku pikirkan karena lucid dream adalah dunia seberang pikiran dan realita.tapi, kuingat-ingat ada hal-hal janggal disana yang akan membuat perbedaan dengan dunia yang sebenarnya.aku ingin tahu lebih banyak, sekaligus melatihnya mungkin dari sekarang .Ya, sekarang juga.kemudian aku mengulangi langkah seperti percobaan pertama.


👇
👇
👇


Aku membuka mata, "yap, aku disini lagi" seperti percobaan pertama dan masih sama wallpaper agak kehijauan dan sekitarnya menjadi agak berkabut tipis.aku ingat Peter Smith menuliskan,
'jika keadaan sekitarmu remang-remang, berkabut tipis, atau buyar.cobalah untuk berputar ditempat hingga pemandangan terlihat sedikit jelas, namun tetap saja tidak akan sejelas dunia realita, readers.karena kau sedang merasakan 'Lucid dream'."

Aku mencoba berputar ditempat kali ini kakiku utuh, kemudian melihat sekeliling benar saja masih sedikit berbayang namun kabut tipis sedikit memudar.aku mencoba memeriksa sekeliling kembali, apa ada kejanggalan lain atau tidak, dibuku dituliskan untuk selalu memeriksa kejanggalan untuk memastikan kita benar-benar lucid dream, kurasa semua lengkap saat aku memeriksa bagian tubuhku sendiri, kemudian aku hendak ingin memasang earphone ditelinga karena telah menjadi kebiasaan jikalau ingin keluar kamar sebagai antisipasi untuk tidak mendengar omelan dan perkataan membosankan yang tetap saja terdengar.

earphone sebelah kiri terjuntai tidak terpasang, ternyata kuping kiriku tidak ada 

"apa ?! Terjadi lagi.." ternyata ini kejanggalannya, aku tidak seterkejut percobaan pertama dimana saat itu kaki kiriku tidak ada.sebelum melangkah keluar, aku berpikir ulang saat melihat tangga rumahku menuju kebawah sangat gelap dan jauh, mengapa rasanya jauh sekali untuk turun ke lantai dasar dari lantai dua.

aku cemas aku masih pemula dalam hal ini, tapi batinku mengerjap untuk harus selalu berani melakukan sesuatu meskipun entah apa resiko yang akan kuhadapi.

tidak, aku masih pemula aku belum tahu pasti jika aku berkeliaran sembarangan didunia ini.aku memutuskan untuk mundur dan kembali kekamar 'pengecut' batinku menyindir.

sambil memegang pegangan pintu untuk kembali kekamar, aku berucap pada diriku sendiri "tetap fokus dan jangan bingung dan tetap sadar.jika ini mimpi .." Aku berpikir sebentar, Aha!.seketika bohlam menyala diatas kepalaku yang menandakan sebuah kemunculan ide, ya itu terjadi disini.

aku mulai memikirkan dan membayangkan kamar seperti suite hotel yang luas dan nyaman beserta pemandangan jendela luar bagai berada di Santorini, Greece.

pikiranku segera melayang kesana, karena aku memiliki impian jika suatu saat aku bisa merayakan bulan madu pernikahanku bersamanya disana.namun telah sirna begitu saja ketika aku memutuskan untuk menyudahi hubungan.

saat kubuka sesaat seketika aku membekap mulutku sendiri dan menahan rasa kagum "Astagaa!!, apa ini kenyataan??, tunggu.. " bodohnya, sambil memindahkan tangan dari bekapan menjadi menutup setengah wajah.tentu saja ini dunia seberang pikiran yang jelas-jelas bukan kenyataan.apa saja bisa terjadi tapi setidaknya aku bisa menikmatinya, aku langsung berlari melompat ke tempat tidur utama yang amat luas seperti halnya anak kecil yang melompat ke tempat tidur baru orangtuanya.

"Astagaa..Apakah bisa lebih baik dari ini" aku terlonjak kegirangan, pada saat itu juga aku melirik pintu kaca dan langsung menujunya, tersibak balkon kamar yang lebar lalu membukanya.sesaat kupikir tadi pagi hari, mengapa disini malam hari apakah disini kebalikan dari dunia yang sebenarnya, aku jadi bertanya-tanya tanpa tahu jawabannya.mungkin dibuku dituliskan namun aku belum membaca atau tidak menyimak.entah, aku seperti terlepas dari jubah 'introvert'ku menjadi jane yang gila karena terlonjak senang bahwa apa yang dituliskan Peter Smith dan dialaminya, juga bisa kualami dan kurasakan sekarang.

Begitu tengah memandangi pemandangan resort-resort putih nan elegan, dan laut yang terlihat sayup-sayup sambil melipat kedua tangan, aku jadi teringat waktu itu.memori pikiranku menandakan lampu hijau tanda 'On', 

Saat itu aku sedang berada di east cost sandy beach, dengan Noah.berjemur dibawah matahari pagi namun tidak hangat melainkan tetap meniupkan semilir angin dingin, saat itu musim semi, maka dari itu kami ke pantai.

"Aku tidak ingin laki-laki yang bermata sialan menatapi tubuh indahmu dengan cuma-cuma." tukasnya jengkel sambil menyelimuti handuknya ke tubuhku yang hanya dibalut bikini hitam dan celana dalam dengan warna senada. "Baiklah, kau tidak berenang?" Tanyaku.

"jika kau juga ikut bersamaku," 

"airnya dingin Noah, aku tidak ingin seperti anak 5 tahun yang terus mengelap lendir dihidung didepanmu saat dirumah karena terkena flu.." kataku dibalik kacamata pantai hitam Calvin klein." Ya, kau harus" tiba-tiba ia menggendongku dan berlari perlahan membawaku ke pantai. "Tidak..tidak tidak Noah!aaaargh..lepaskan!" Kataku sambil berontak pelan didalam rengkuhannya "kau yang minta sayang!" ia lalu melepaskanku begitu saja dilaut dengan ketinggian air sepinggang orang dewasa.

"Airnya dingin Mr.Frederick!!" Kataku jengkel sambil menggigil pelan dan menatap masam kearahnya yang sedang cekikikan.dirinya tanpa kacamata sangat bukan Noah, riang, menyenangkan tidak kaku dan tetap menarik dengan rambut gelombang senada dengan matanya.dia menarik pinggangku dan memeluknya sambil sedikit mencuri kecupan diatas kepalaku " tinggalah mrs.flinch" godanya menjengkelkan.kamipun bermain cipratan air laut yang sesekali mengenai mulut yang terasa asin dan dingin kami pun sesekali tertawa.Momen yang takkan tergantikan.

Salahku, melihat laut meski sayup-sayup dengan deburan ombak kasar, aku menopang kepala dengan tangan memejamkan mata.

"Noah..

bisakah kau datang untuk hanya menemaniku disini" aku melenguh sendiri, bahkan di dunia nyata saja ia tak disampingku..  rasanya seperti membuat harapan kosong saja.

"Ya, aku disini" sebuah suara yang tiba-tiba terdengar ditelinga kananku dengan rengkuhan dipinggang yang tak asing meski sudah setahun tak kurasakan lagi.Benarkah ini, aku terkejut dan sedikit tak percaya.

jane ini adalah dunia sebrang pikiran apa kau tak sadarkan diri.batinku menyadari dan aku hampir saja lupa untuk sadar, menandakan aku mengantuk dalam tidur sadarku.Tidak! Terjagalah jane.

Aku menoleh, dan akibat kelalaianku ia menghilang bagai asap, jelas-jelas suara dan rengkuhannya berada persis dibelakangku tadi, sangat amat terasa.aku berkonsentrasi untuk memikirkan Noah, agar ia kembali hadir dengan memejamkan mata bermaksud berkonsentrasi.

Sial, sebuah guntur berbunyi sangat keras, aku terlonjak getarannya amat terasa hingga membuatku tersadar dan bangun.aku mengusap kening dan melihat sekeliling untuk memastikan dimana aku berada, lucid dream atau dunia yang sebenarnya.aku belum yakin jika belum memastikannya, aku jadi was-was, takut-takut terbangun di mimpi orang lain seperti yang Peter Smith tuliskan di dalam buku, karena itu juga bisa terjadi dan bisa bertemu dengan orang yang melakukan lucid dream juga di tempat lain.dinding putih gading dengan cahaya redup keemasan dengan langit-langit yang bersanding dengan lampu gantung tempo dulu.
Tunggu dulu, ini bukan kamarku . .

An IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang