Pertemuan nyata

18 0 0
                                    

Kepulan asap dengan ruang gelap bertembok bata menjadi hal aneh yang Jane rasakan.
Ini lucid dream, ia sampai.tapi mengapa lucid dream nya begitu gelap.ia berputar dua kali untuk menjernihkan pandangan yang suram.

Jane tak kuat lagi, ia terduduk, dengan wajah yang ia tutupi ia menangis sejadinya,
"Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa semua jadi begini.berantakan, keluargaku.ya Tuhan.cukup hidupku!"

Ia menangis sesunggukan.tak dapat menahan haru betapa semakin suram hidupnya kini.kenyataannya ia hanya ingin keluarganya baik-baik saja seperti sebelum tornado meluluh lantakkan pedesaan yang damai nan tenang.

Pantas saja lucid dreamnya kelabu dan tidak biasanya, ini karena suasana hatinya buruk dan ketidakstabilan dalam pikirannya.ini mengganggu fokus dan konsentrasi pola berpikir untuk menciptakan dunia seberang pikiran sesuai ekspektasinya.

Menjadi seorang introvert membuatnya kesulitan secara mental dan fisik, keterbatasan dalam berteman, berekspresi, dan ia sama sekali tidak memiliki minat lebih untuk mencapai dan mengharapkan sesuatu seperti layaknya remaja normal seusia dirinya.

Namun begitu, ia adalah pribadi yang tidak mudah menyerah dan selalu ingin mencoba hal-hal baru, layaknya lucid dream ini.

Dalam tidur sadarnya ia bahkan tetap saja merasakan kehampaan.tidak ada siapapun yang dapat memberinya kehangatan, ia merasa dunianya selalu dinaungi ketakutan dan kecemasan yang tak berarti, ini dimulai sedari ia ditinggalkan seseorang, yang ia selalu harapkan datang kembali ke hidupnya.memberi warna dan keceriaan bersamaan.

Tapi pikiran lain mengatakan bahwa khayalan dan harapan kembalinya Noah, adalah seperti mengharapkan matahari terbit ditengah malam yang gelap gulita.yaitu ketidakmungkinan yang selalu ia semogakan.

Air mata turun perlahan membasahi wajah Jane yang lesu, namun belum sempat air mata tersebut mengalir jatuh, sentuhan yang tidak asing menyeka wajahnya.

Jane tersentak terkejut, matanya bertemu dengan mata itu lagi, mata yang sorotnya tajam dan dingin namun memiliki kehangatan didalamnya.

"Jane, aku mencarimu" katanya dengan suara yang cemas namun amat rendah,

Pelukan erat dan hangat dengan tangisan kerinduan yang mendalam menyatukan mereka di ruang waktu yang tak pernah Jane bayangkan.ia tak ingin berpikir jauh soal ini.ia sangat amat merindukan sosok lelaki yang tak pernah bisa ia hapus dari ruang hatinya.

Ia tak peduli lagi, apakah Noah khayalan buatan atau sekedar bunga tidur sadarnya.

"Where have you.. been,," ia mulai sesunggukan di pundak yang rasanya ia selalu rindukan untuk seperti ini.Ia sudah berada ditempat dimana ia seharusnya berada, pelukan Noah adalah rumah baginya.meski rumah yang sekarang bukanlah rumah yang ia ingin tinggali lagi.

Ia jadi teringat dalam peluk Noah, suatu hari ia pernah kehilangan Noah beberapa saat sekitar 10 jam Noah menghilang tanpa kabar, orangtuanya juga tidak mengetahui Noah hari itu ada dimana.Noah juga tidak mengabari dan tidak dapat di hubungi.

Jane menghubungi semua teman dekat Noah, kerumah pamannya, dan ke tempat dimana Noah biasa berada diwaktu senggangnya.namun hasilnya Nihil.

Sesaat sudah hampir putus asa berjam-jam dalam pencariannya yang sia-sia, Jane mendapat telfon dari Noah, namun ia mendengar suara seseorang yang asing yang berada diujung sana.Jane langsung siaga menjawab panggilan itu.

Terdengar suara wanita tua, bersuara parau.ia mengatakan dengan terbata-bata karena panik bahwa pemilik ponsel ini terjatuh dari motornya, wanita itu mengatakan pemuda ini kehilangan fokus dan sebuah sedan ford menyenggolnya dari arah kanan, sehingga kendaraan yang Noah kendarai kehilangan keseimbangan.

An IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang