Terimakasih, Beby (Part 2)

2.6K 159 6
                                    

Beby berjalan mengikuti Shania. Dilihatnya punggung Shania yang hanya berjarak beberapa senti itu. Punggung yang biasa dia lihat di atas stage karena Shania sudah biasa berada di depan ketika membawakan single-single JKT48. Beby terbuai dalam lamunannya, hari-hari indah dimana dia dan Shania latihan bersama, tertawa bersama, bahkan menangis bahagia bersama ketika penampilan-penampilan yang mereka lakukan dapat berjalan dengan mulus. Dan....

Bruk!

Tanpa sengaja, Beby menabrak Shania dan membuatnya tersadar dari lamunannya, "...Maaf, Nju." Ucapnya.

Shania hanya melemparkan senyuman kecil pada Beby, "Masuk, Beb." Ajaknya.

Beby berdiri didepan kamar Shania. Aroma yang tak asing lagi baginya, suasana yang sudah biasa dia lihat, tempat tidur yang sering dia duduki—bahkan berbaring disana. Perlu digaris bawahi, semua itu biasa Beby lakukan dulu. Entah kapan terakhir kali Beby memasuki ruangan ini. Beberapa bulan yang lalu kah? Atau lebih lama dari itu?

"Beb, masuk. Kok malah matung didepan pintu, sih?" Ajak Shania—lagi. Shania menepuk-nepukkan tangannya di atas tempat tidur memberikan isyarat agar Beby duduk disampingnya.

Beby mengangguk mengiyakan.

Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah. Aroma kamar Shania semakin tercium olehnya—membuatnya ingin melarikan diri. Tunggu? Melarikan diri? Apakah perasaan yang dia alami sekarang seburuk itu?

"Aku kesini cuman buat ngucapin selamat ulangtahun ke Shania. Udah gitu doang. Jadi, aku ga boleh mikirin hal-hal aneh lain." Beby meyakinkan dirinya.

Baru beberapa detik Beby duduk disamping Shania, Beby sudah dihujani oleh beberapa pertanyaan darinya, "Jadi..... jawab pertanyaan tadi. Lo sama siapa kesini? Ah iya, sama pak Hendi kan ya? Bunda lo tau? Lo udah izin sama bunda kan? Lo izinnya kaya gimana? Lo bilang mau ke rumah gue? Terus respon bunda apa? Ntar bunda malah mikir gue mau nyulik anaknya yang manis, lagian Beb ini udah tengah malem dan—"

"Shan...." Panggil Beby pelan.

"Dan lo tadi bilang kalo lo kedinginan. Siapa suruh dateng kesini malem-malem pake piyama doang. Mana pake sweater tipis kek gitu. Lo kira mau perform pajama drive? Lo—"

"SHANJU," Beby meninggikan suaranya, "Aku kesini cuma mau bilang selamet ulang tahun bukan mau maling, kamu malah ngeinterogasi aku kek mau maling gitu."

Shania membetulkan kacamatanya dan berkata, "Oke." Shania berdiri dan mengikuti jikoshoukai* yang biasa Beby lakukan saat perform JKT48, "I love you beby beby beby. I love you beby beby beby" Shania tersenyum lebar, menampilkan gigi putihnya, "Makasih banyak ya, Beb. Lo udah rela malem-malem gini dateng ke rumah gue, dingin-dingin kek gini cuma buat bilang selamet ulangtahun doang. Tapi kali ini gue serius, bunda tau lo ke rumah gue?"

Namun tetap saja, Shania tetap kekeh untuk menanyakan hal itu—atau bisa dibilang dia mengkhawatirkan Beby.

Beby terdiam untuk beberapa saat.

"Beb?" Panggil Shania, Shania menatap Beby dengan tatapan beritahu-aku-sekarang.

"Duh, Nju. Maaf banget ya aku udah ganggu malem kamu dateng kesini. Atau jangan-jangan kamu udah tidur terus kebangun gara-gara aku telpon tadi? Maaf banget ya, Nju. Mana aku kesini ga bawa apa-apa" Beby mencoba mengalihkan pembicaraan.

Namun, Shania tahu arti tersirat dari semua omongan Beby tadi—bunda tidak tahu kalau Beby pergi kerumahnya. Tapi Shania tidak ingin melanjutkan perdebatan ini. Perasaan senangnya menyuruhnya untuk tutup mulut dan tidak bertanya lagi pada Beby. Siapa yang tidak senang, seorang sahabat yang disayangi merelakan waktunya hanya untuk mengucapkan selamat ulangtahun? Dua kata yang sangat berkesan dari Beby untuk Shania.

She's HersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang