Chapter 06

12.5K 1K 29
                                    

Taehyung mendekatkan wajahnya pada Jungkook, tiba-tiba...

"Woo, woo! Stop!" Seseorang yang dikenal sebagai ketua ruang konseling datang.

"Na--Namjoon Hyung..." Jungkook tergagap.

"Wah, kalian ini... ini lingkungan sekolah, kalau sampai kepala sekolah tahu, kalian di poin." Jelas ketua konseling bernama, Kim Namjoon itu.

"Bukan aku yang memulainya, Hyung." Balas Jungkook, "Tapi, Taehyung." Namjoon menghela nafas dan memegangi jidatnya lalu berkata,

"Yasudah, karena aku lagi baik, aku nggak akan nglaporin." Ucap Namjoon.

"Terima kasih, Hyung! Lain kali aku akan membalas kebaikanmu!" Ucap Jungkook dan Namjoon hanya tersenyum dan meninggalkan mereka berdua. "Ini semua salahmu, Kim Taehyung."

"Yasudahlah, karena kamu nggak mau ikut, sampai ketemu besok!" Ucap Taehyung dengan wajah tanpa dosanya dan meninggalkan Jungkook yang masih bingung tapi akhirnya ia senyum gaje karena kelakuan Taehyung.

**

"Hyung, aku mau pergi." Ucap Taehyung sambil memakai jas dan syalnya.

"Pergi ke mana? PRmu sudah kaukerjakan?" Tanya Daehyun.

"Hari ini nggak ada PR, Hyung. Hyung sendiri nggak ngurusin tugas kuliah?" Tanya Taehyung.

"Berisik, udah pergi aja sana." Ucap Daehyun dan sebelum Taehyung pergi, ia membungkuk pada Daehyun seperti biasa.

Taehyung berangkat menggunakan mobil milik Ibunya yang di wariskan kepadanya menuju taman pemakaman di mana Joohyun di makamkan. Sebelum sampai ke sana, Taehyung berhenti di sebuah toko bunga, agar Joohyun nanti senang, yah, walaupun Taehyung tak bisa melihatnya secara langsung. "Joohyun, aku datang..." ucapnya pada nisan Joohyun seperti tahun kemarin, lalu meletakkan bunga lili yang ia beli di makamnya. "Nah, ini untukmu. Aku tahu kau suka." Taman pemakaman itu sepi, di mana hanya ada Taehyung di sana, berbicara seolahnya orang gila...

"Joohyun... aku merindukanmu... maafkan aku, aku tak bermaksud membiarkanmu tenggelam, tapi... orang-orang itu tetap saja menyangkalku untuk terjun ke air dan menyelamatkanmu." Ucap Taehyung dengan air matanya yang sudah menggenang, "Joohyun, bagaimana ini? Aku belum bisa bahagia... aku belum menemukan orang yang sama denganmu... aku belum bisa menghapusmu dari hatiku."

"Sampai kapan aku harus begini? Apa aku harus menyusulmu agar aku bahagia?" Pertanyaan Taehyung dari waktu ke waktu semakin tak masuk akal, karena tingkat keputusasaannya semakin menjadi-jadi. "Seharusnya... aku saja yang mati... bukan kau..." seketika ia merasa ada yang memanggil namanya dalam samar-samar. "Bae... Joohyun? Di mana...?" Taehyung mengenali suara itu di mana saja dan kapan saja, hanya saja dari mana suara itu berasal?

"Kim Taehyung, aku tahu kau tidak bisa melihatku, tapi ingatlah pesanku... berbahagialah, aku ingin kau bahagia. Jangan jadikan kematianku sebagai bebanmu..."

"Tidak... aku tak akan mencintai orang lain, aku tak mau mengkhianatimu." Ucap Taehyung membalas suara Joohyun itu.

"Aku tak merasa dikhianati. Orang yang sudah meninggal tak akan kembali lagi..." -- "Berbahagialah... Kim Taehyung." dan seketika suara itu menghilang.

"Joohyun...! Joohyun!!" Taehyung terus saja meneriakkan namanya, ia terlalu mencintainya...

**

"Hyung, mau pergi?" Tanya Jungkook pada Seokjin yang sudah rapih memakai jaketnya.

"Aku ada tugas kelompok... kalau mau makan, aku sudah buatkan itu di bawah tudung makanan." Ucap Seokjin.

"Baiklah. Hati-hati." Ucap Jungkook lalu Seokjin pergi. Tak lama kemudian, ponsel Jungkook berbunyi, itu nomor tak dikenal lalu Jungkook menerimanya. "Halo?"

[Jungkook?]

"Maaf ini siapa?" Tanya Jungkook balik.

[Nggak kenal? Ini aku, Park Jimin!]

"Oh! Maaf, aku nggak punya nomormu sih... kenapa meneleponku?" Tanya Jungkook lagi.

[Begini, mmm... kau kan pintar dalam urusan pelajaran sekolah, jadi aku memintamu untuk membantuku. Bisa kan?]

"Boleh saja, asal nggak ada Taehyung." Balas Jungkook.

[Nggak, nggak ada. Di mana rumahmu?]

Dan Jungkook pun memberitahukan alamatnya pada Jimin dan mengakhiri panggilan itu, sambil menunggu Jimin datang, Jungkook mempersiapkan seluruh buku pelajarannya dan juga peralatan tulisnya.

TING TONG~

"Sebentar...!" Jungkook membukakan pintu dan tampaklah sesosok Jimin di sana. "Udah tau hujan masih nekat nggak pake mantel."

"Tadi keburu-buru." Jawab Jimin.

"Yasudah, masuk dulu." Jungkook mempersilakan Jimin masuk ke rumahnya dan menyuruhnya duduk di lantai. "Tunggu di sini." Jungkook pergi mengambilkan handuk untuk Jimin dan saat ia kembali, Jungkook mengeringkan rambut Jimin menggunakan handuk itu.

Jimin menatap ke arah Jungkook dengan perasaan antara tidak suka plus terpana.

"Nah sudah, separuhnya keringkan sendiri." Ucap Jungkook, "Bisa kan?" Tak ada jawaban, melainkan hanya tatapan yang terjadi antara mereka berdua. "Ji--Jimin?" Jungkook tergagap seketika setelah bertatapan dengan tatapan mematikan Jimin dan juga telapak tangan Jimin meraih pipinya...

"Kenapa Taehyung... kenapa kau menyukainya...?" Jungkook menutup matanya pertanda ia sangatlah ketakutan. Takut akan yang akan terjadi selanjutnya di tambah Seokjin sedang pergi. Dan sesaat setelah Jimin mendekatkan wajahnya ke wajah Jungkook, bel rumah Jungkook berbunyi.

"Se--sebentar..." ucap Jungkook dan menuju pintu, saat dibuka ternyata itu adalah...

-TBC-

(P.S: Ntar ada 'Special Chapter' kalo ceritanya udah selesai! Yeey! Sekian~)

☑️ I LOVE YOU (VKook/TaeKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang