Malam ini Lauren terlihat sangat cantik dan anggun dengan dress full skirt hitamnya. Rambutnya tergerai indah dan sengaja sedikit di curly. Malam ini Lauren dan Luke sudah membuat janji untuk dinner. Lauren sendiri tidak tau akan dinner dimana. Lauren hanya di instruksi kan oleh Luke untuk menunggu di taman dekat rumahnya dan setelah itu Luke akan menjemputnya. Lauren sudah sangat siap dan keluar dari pekarangan rumahnya. Ia hanya perlu berjalan beberapa langkah untuk sampai ke taman. Dalam hatinya terus bertanya-tanya, hal romantis apa yang malam ini akan Luke lakukan padanya. Suasana lingkungan rumah baru Lauren cukup ramai. Banyak kendaraan berlalu lalang, anak-anak yang masih bermain sampai malam hari, dan bahkan beberapa remaja yang maybe doing stuff. Ia duduk di sebuah kursi taman dan menunggu. Duduknya Lauren di sana sedikit membuat perhatian tertuju padanya. Namun, sudah hampir 2 jam Lauren duduk, Luke tidak juga datang. Lauren mulai gelisah. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 9 malam. Angin malam sudah mulai kencang berhembus. Membuat Lauren mulai merasa kedinginan. Lauren pun sudah mulai memaki-maki kekasihnya yang tak kunjung datang itu dalam hati. Beberapa orang terus memperhatikan Lauren yang sudah sampai semalam ini tidak pulang. Apalagi ada beberapa lelaki nakal yang terus memandangi Lauren dan membuat Lauren takut. Lauren pun memutuskan untuk menelepon Ashton untuk sekedar curhat.
"Hey babygirl, wassup?"
"Hey Ash..Uhm, what are you doing now?"
"Just watching a tv with Bryanna, why?"
"Aku hanya ingin curhat. Aku takut menganggumu,"
"Oh ayolah, i'm you brother, right? Just tell me, what's happen?"
"It's about Luke,"
"Sudah kuduga.Apa yang dilakukannya?"
"Kami berjanjian untuk dinner malam ini dan dia menyuruhku untuk menunggu di taman dekat rumahku, lalu Ia berjanji akan menjemput. Namun hingga hampir dua setengah jam aku duduk manis disini, Luke sama sekali tidak menampakkan dirinya. Aku bahkan masih disini sampai sekarang. Aku tidak mengerti apa yang sedang dia lakukan sekarang sampai tega membuatku menunggu. Kau tau kan Ash, ini sudah malam dan aku hanya memakai dress tanpa mantel, angin malam ini membuatku kedinginan, dan aku—" Lauren mulai menjadi emosional.
"Hey, hey, Larry, calm down. Cepat sekali kau bercerita. Aku jadi pusing. Jadi, intinya Luke mengabaikan janjinya, begitu?"
"Ya!"
"Ya Tuhan, lelaki itu kurang ajar sekali. Tega-teganya meninggalkanmu sendiri. Apa perlu akan mendatangimu, sweetie?"
"Kurasa tidak usah, Ash. Aku meneleponmu bukan untuk dikunjungi. Hanya ingin meluapkan kekesalanku. Ash..Aku hanya..hanya takut Ia kembali melakukan hal itu. Maksudku..seperti kejadian dengan Abby.."
"Aku akan meneleponnya dan aku janji akan menghajarnya jika ketemu,"
"Kau berlebihan. Aku bisa mengatasinya sendiri. Ya sudah, sepertinya aku harus pulang. Anginnya kencang sekali. Terima kasih Ash,"
"Okay, sweetie. Hati-hati. Aku tetap akan menelepon kekasih bajinganmu itu, love you,"
"Haha, whatever, love you too,"
Lalu setelah percakapan itu, Lauren segera pulang. Hati Lauren sakit sekali rasanya dibohongi lagi oleh Luke. Kalau memang Luke membatalkan dinner itu, paling tidak Ia bisa memberitahu Lauren sehingga Lauren tidak perlu menunggu selama itu. Bukannya malah menghilang ditelan bumi tanpa kabar yang jelas. Lauren berjanji dalam hati akan melakukan silent treatment pada Luke ketika Luke akan mengunjunginya untuk meminta maaf.
Sementara itu Ashton benar-benar menelepon Luke. Namun tidak di angkat oleh Luke.
"Dasar bajingan sialan," desis Ashton menyerah ketika sudah 5 kali Ia menelepon Luke namun tidak juga digubris.
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 3 • lh
Fanfiction[Book three of iPhone] "Are we belong?" Copyright©2015 • -gasolinee