"Luke, it's your part!" Ucap Michael selagi Calum mengambil alih nyanyian. Namun Luke tetap bergeming menatap gadis blonde di sana.
"Mike i see her! I see Lauren!" Luke mendekat dan berbisik pada Michael. Michael menatap Luke heran.
"Kau sakit ya?" Michael menatap Luke. Ia pikir Luke berhalusinasi.
"Tidak, aku serius! Di golden tribun. Can you see?" Luke menunjuk ke arah golden tribun dan menghentikan permainan gitarnya. Michael memicingkan matanya mencoba mencari sosok gadis yang ditunjuk Luke.
"I can't. So many girls," Michael menggeleng. "Siapapun itu, kau harus lanjutkan konsernya terlebih dahulu. Jangan hancurkan yang satu ini, Luke."
Luke mendengus dan akhirnya mengikuti perintah Michael. Sementara konser berlangsung, mata Luke tidak dapat lepas dari sosok yang diduga Lauren itu. Dan jika memang gadis itu adalah Lauren, Luke bersumpah tidak akan membiarkan Lauren pergi lagi.
Lagu demi lagu dinyanyikan dan akhirnya konser pun selesai. Tanpa mengatakan apapun, Luke berlari menuruni panggung, menaruh gitarnya disembarang tempat, mengambil jaket dan keluar dari backstage menuju tribun. Wajahnya tertutup jaket. Namun Luke masih bisa mengedarkan pandangannya mencari gadis yang selama ini dirindukannya. Luke mengingat-ingat gadis itu menggunakan leather jacket coklat serta celana jeans.
Luke terus berjalan. Berusaha agar tidak ketahuan oleh para gadis-gadis bahwa Ia adalah Luke. Tak lama Ia menemukan sosok yang dicarinya. Rambut blonde itu, Luke masih sangat mengingatnya. Rambut yang dulu sering diusapnya. Gadis itu sedang menunggu antrian keluar.
Dengan sigap Luke menahan langkah gadis itu dengan memegang tangannya. Reflek gadis yang Luke pegang tangannya itu berbalik. Untuk sepersekian detik mereka diam. Luke mengunci pandangan gadis dihadapannya. Wajah Luke yang masih tenggelam didalam jaket tentu saja bisa dikenali jika dilihat dari dekat. Luke menelusuri pandangannya ke wajah gadis itu. Luke mulai merasa setengah jiwanya yang hilang kini kembali lagi. Dan kali ini, Luke sama sekali tidak ragu. Gadis yang digenggam tangannya oleh Luke ini memang..Lauren.
"Kenapa kau menghilang, nona?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Luke. Lauren menatap nanar tepat ke arah mata Luke. Tatapan tanpa arti. Lebih tepatnya tatapan kosong.
"Lauren, dari mana saja kau?" Tanya Luke lagi. Untuk kedua kalinya Lauren masih tidak menjawab.
"Lauren can you speak!?" Luke menaikkan nada suaranya. Kali ini Luke menggoncangkan tubuh Lauren.
"Kita tidak seharusnya bertemu, Luke," Lauren akhirnya angkat bicara. Tanpa diduga Ia dengan segera bersiap untuk pergi dari sana. Tapi tentu saja tidak semudah itu. Luke sudah bersumpah tidak akan melepaskan Lauren.
"Jadi maksudmu kita sudah berakhir?" Luke kembali mengunci pergerakan Lauren.
"Ya.." Jawab Lauren singkat. Luke menahan air matanya. Sementara Lauren terus mengalihkan pandangannya dari Luke. Tidak berani menatap mata Luke.
"Talk to me. Explain everything!" Ucap Luke lagi. Kali ini Luke mulai emosi.
"Apa yang harus kujelaskan!? Aku pergi karena ibumu yang menyuruh. Aku hanya melakukan perintahnya. Simple kan!?" Lauren kali ini benar-benar berontak. Lauren berhasil menjauh beberapa langkah namun tetap saja Luke masih bisa menangkapnya.
"Aku gila, Lauren! Tidakkah kau paham maksudku!? Aku mencintaimu dan tiba-tiba kau menghilang disaat aku membutuhkanmu. Kemana otakmu, Larry!?" Luke meluapkan emosinya. Suara Luke yang emosi terdengar menakutkan. Lauren mulai menitikkan air matanya perlahan. Ia menggigit bibirnya menahan sesegukan. Luke melihat itu menjadi merasa bersalah karena sudah berteriak dihadapan Lauren. Tanpa aba-aba Luke memeluk Lauren erat. Erat sekali. Diciumnya puncak kepala Lauren yang selama ini dirindukannya. Lama mereka berpelukan. Sedangkan Lauren puas menangis dipelukan Luke. Hatinya bergejolak hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 3 • lh
Fanfiction[Book three of iPhone] "Are we belong?" Copyright©2015 • -gasolinee