Mulmed unyu bgt anak siapa si 😍
Luke kembali menuju hotel dengan air mata yang terus bercucuran. Kepalanya ditutupi oleh topi jaketnya. Jalannya tertunduk supaya orang-orang tidak melihatnya menangis. Luke hanya ingin melihat tempat peristirahatan terakhir Lauren. Namun sayang, Ia tidak tau dimana. Luke merasa bodoh. Bersalah. Ini semua karena dirinya tidak bisa menjaga Lauren dengan baik.
"It's my fault, it's my fault," desis Luke terus. Sementara orang-orang terus memperhatikannya bingung.
"Kau bajingan, Luke," ucapnya lagi pada diri sendiri. Dan tak terasa kini Luke sudah sampai di hotel tempatnya menginap. Luke dapat measakan iPhone nya bergetar. Message dari Jack.
From: jackie
Aku sudah check in menuju London dan beberapa jam lagi akan berada di Edinburgh. Take care yourself. Don't do a stupid things. Okay?To: jackie
Okay. Take care urself too"Selamat sore, tuan," sapa seorang maid service yang lewat. Seketika Luke berpikir untuk bertanya kepada maid service itu tentang kuburan Lauren.
"Can I ask you a question?" Luke menghentikan langkah maid yang sedang mendorong kereta nya. Maid itu mengangguk.
"Kau tau peristiwa kecelakaan besar Edinburgh?"
"Tentu saja. Sangat terkenal,"
"Kau tau dimana makam milik korban? Uhm, Victor Harper,"
"Ya aku tau. Ada di Dublin. Beberapa orang sering kesana untuk memberikan penghormatan padanya,"
"Dublin? Di Irladia?"
"Ya, tempat kelahirannya,"
Irlandia bukanlah tempat kelahiran Lauren. Yang Luke tau, Lauren lahir di Texas. Namun Irlandia mungkin adalah salah satu cara penyamaran Lauren.
"Thank you," Luke tersenyum lalu meninggalkan maid itu. Luke ingin sekali hari itu juga pergi ke Dublin. Namun Ia ingat bahwa Jack akan mendatanginya ke Edinburgh. Jadi Luke memutuskan untuk menunggu sampai Jack datang dan berangkat ke Dublin bersama-sama Jack.
.
"Luke kau yakin dia..sudah meninggal?" Tanya Jack tidak yakin. Mereka sedang berada didalam mobil menuju tempat pemakaman yang diduga tempat dikuburkannya Victor Harper alias Lauren. Dan ya, mereka sedang berada di Dublin, Irlandia.
"Aku juga awalnya tidak percaya. Aku berkali-kali meneliti wajah Victor Harper namun aku tidak mendapatkan perbedaan antara Lauren dan Victor. And yeah..it's her," jawab Luke lesu. Mata Luke benar-benar bengkak seperti habis ditonjok berkali-kali. Ia memang tidak tidur dan sering menghabiskan waktu dengan menangis. Tentu saja Luke terus merasa sedih. Seorang yang dicintainya telah tiada. Kalian tau kan bagaimana rasa sakitnya ditinggal orang yang kita sayangi?
"Luke, i'm sorry," Jack mengusap pundak Luke pelan. Menunjukkan keprihatinannya.
"I just.." Luke ingin terisak lagi. "Can't handle it. Rasanya mau mati saja."
"Hey jangan bicara begitu. Lauren pasti sedih jika mendengar itu. Kau harus lanjutkan hidup meski tanpa Lauren,"
"Tidak akan lagi sama tanpa Lauren.."
"Jika aku begini terus, kujamin minggu depan kau akan masuk ke rumah sakit jiwa," ucap Jack. Luke hanya diam. Tidak peduli dia akan dianggap orang gila. Ia hancur. Luke benar-benar hancur.
Mereka sudah sampai di graveyard Irlandia. Begitu masuk, mereka berdua sibuk berpencar mencari nama Victor Harper di batu nisan. Beberapa menit kemudian, Luke mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 3 • lh
Fanfiction[Book three of iPhone] "Are we belong?" Copyright©2015 • -gasolinee