Part 19

2.7K 193 3
                                    

Cahaya matahari masuk melalui celah celah jendela kamar. Aku membuka mataku dan merenggangkan otot ototku, aku tidak melihat dori. Kemana ia? Seharusnya ia ada di sebelahku bukan? Aku beranjak dari tampat tidurku dan mencari dori.

Aku mendapati dori sedang asik memasak di dapur, aku mendekatinya dan mencoba mengagetkannya. Tapi sayang rencanaku gagal.

"Pasti kau mau mengagetkanku kan?" Tanya dori sambil membalikkan tubuhnya.

"A-aniya" jawabku singkat.

"Iyakan? Hayoo" ledek dori padaku.

"Anii" jawabku.

"Heyyy? Iyakann" ia mulai meledekku dan menggelitik perutku.

Spontan aku tertawa dan tidak tahan dengan tingkahnya itu, benar benar membuatku menyerah.

"A-n.. AHAHAHA" jawabku sambil tertawa.

"Mengaku saja. Atau aku akan terus menggelitikmu.. HAAHAH" canda dori padaku sambil tertawa.

"Ah baiklahhh.. iya iyaa aku menyerah" jawabku.

"Tapi kau akan aku gelitikin balik" aku mencoba menggelitik perut dori dan membuat dori tertawa.

"Yakkk! Sehunnaaa" teriak dori sambil tertawa.

"Ahahaha" aku tertawa geli saat melihatnya tertawa.

Dori terus berlari menjauhiku agar aku tidak bisa menggelitikinya. Ia berlari ke arah ruang tamu, aku terus mengejar hingga mendapatkannya. Tiba tiba saja dori terjatuh di atas sofa, aku tidak bisa berhenti dan akhirnya aku menjatuhkan tubuhku tepat diatas tubuh dori. Kini jarak antara aku dan dori begitu dekat, aku bisa merasakan deru nafas kami saling beradu karena berlari tadi.

"Sehun, ireonaaa! Kau sang-" belum dori menyelesaikan kata katanya.

Cup

Aku membungkam bibirnya dengan bibirku agar ia tidak bisa berbicara lagi. Aku mencumbunya lembut bahkan aku bisa merasakan setiap detail rasa dari bibirnya yg manis ini.

Aku menyudahinya karena aku sudah tidak bisa lagi menahan nafasku, begitupun dengan dori yg mulai mengambil nafasnya.

Aku bangkit begitupun dengan dori, aku terkekeh melihat dori. Saat sperti ini saja ia masih bisa menampakkan wajah cantiknya itu. Ia mempoutkan bibirnya, aku tidak tahan melihatnya begitu. Aku mencubit kedua pipinya, namun ia meringis kesakitan.

"Aww.." kata dori sambil melepaskan tanganku dari pipinya.

"Gwenchana?" Tanyaku pada dori.

"Hmm"

"Mianhe doriya" seruku pada dori.

Aku lupa dan baru mengingatnya, semalam aku melihat pipi dori yg memerah. Mungkin ia kesakitan karena sekarang aku malah mencubit pipinya yg sakit itu. Aku memegang pelan pipi sebelah kiri dori, dan mengusapnya dengan lembut.

"Pipimu kenapa?" Tanyaku pada dori.

"Aniyaa gwenchana" jawab dori.

"Katakan padaku" seruku pada dori.

"Bukannya sudahku katakan?" Tanya dori padaku.

"Pipimu itu seperti bekas tam-" belum sempat aku menyelesaikan kata kataku.

"Ku bilang sudahh! Jangan tanyakan itu padaku! Ku mohon" kini dori menangis tepat di depanku.

Entah apa yg terjadi padanya, tapi melihat ia menangis dan kesakitan seperti ini membuat hatiku terasa sakit. Aku mencoba memeluk dori tapi ia malah menjauhkan dirinya dariku.

Please, Don't Go [Sehun EXO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang