last part

67 7 0
                                    

"Arka? Gu.. gue mau ngomong" aku mulai membuka pembicaraan duluan dengan arka saat menunggu keputusan hasil laboratorium.

'Semoga dia mau jawab'

"Ngomong aja"

"Kenapa sih lo jadi jutek dan kadang jahat begini sama gue? Padahal kita dulu sahabatan kan?"

'Bahkan jadi cinta'

"Gu.. gue gak tau"

"Please cerita sama gue ka, okay gue tebak aja. Lo ngejauhin gue karna mama lo sama mama gue berantem kan? Atau karna gue yang punya perasaan yang lebih dari seorang sahabat ke lo dulu? Please jawab gue arkaa!" Aku merengek seperti anak kecil yang minta di belikan eskrim.

"Lo punya perasaan yang lebih ke gue?" Arka menatap wajahku lekat-lekat lalu tangannya memegang pipiku, ekspresinya seperti orang yang sedang speacles.

OMG, mampus ngebocorin rahasia sendiri. Dasar Rika bodoh!

"Hmm, salah ya kalau gue punya rasa sayang yang beda sama sahabat gue sendiri?"Okay, ini sudah terlalu frontal. Sekarang aku malah takut Arka meninggalkanku sendirian disini.

Arka menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil tersenyum.

"Lo kenapa? Kok malah kaya gitu sih? Serius sekarang gue malu ka, bener-bener malu. Masa cew__"

"Ssttt" "ck, mungkin gue cowo yang tolol Rik, gue gak sadar kalo sahabat gue punya perasaan yang sama ke gue. Gue gak bisa nyatain perasaan gue selama ini, gue bego Rik, gue malah nurutin mama buat ngejauhin, ngejahatin lo dan akhirnya sekarang gue gak bisa milikin lo karna lo udah bisa move on dari gue ke cowo lain yang lebih perhatian dan care sama lo. Andai waktu bisa diulang lagi ya rik, haha gue pasti bakal ngulangin masa-masa bahagia kita, lo ketawa seharian karna gue, kita bakal jadi sahabat lagi." tanpa Arka sadari aku sudah menangis sejadi-jadinya sejak kata pertama yang di lontarkannya tadi.

"Arkaa, gue gak nyangka lo punya perasaan yang sama-sama gue. Tapi gaimana pun juga ini udah terlambat ka, gue udah punya Raihan gak mungkin gue putusin Rei demi lo, gue sayang banget sama Rei walaupun rasa sayang gue ke lo masih ada" Aku kembali menangis di bahu Arka, dia sangat tau kebiasaan ku kalau sedang menangis seperti ini pasti aku harus bersandar kalau tidak aku akan menangis lebih lama lagi.

Keheningan tercipta diantara kami, namun aku masih bersandar di bahu Arka. Sedangkan Arka masih sibuk dengan pikirannya sambil mengelus pipi kananku.

Setelah dua jam menunggu namaku di panggil oleh suster untuk masuk ke ruangan dokter, aku menuruti perkataan suster dan Arka turut mengantarkan aku.

"Silahkan duduk" ucap dokter muda yang di hadapanku.

'Njirlah ini dokter ganteng banget, mana masih muda lagi. Errr ini mah future husband yang sering gw omongin sama icha'

Kami duduk dan bersiap untuk mendapatkan keterangan dari dosen *eh dokter maksudnya.

"Mba ini sudah berapa kali pingsan dan mimisan dalam 2 minggu belakangan ini?" Tanya dokter.

"Sudah lebih dari 5 kali dok"

"Apakah sudah diperiksakan?"

"Sudah, bahkan saya sudah test laboratorium juga dok tapi waktu itu mama saya gak mau kasih tau saya sakit apa. Beliau hanya bilang kalau saya kecapean saja, sebenarnya saya ini sakit apa dok?" Biarin aja deh Aku curhat dikit sama dokternya biar dokternya tau juga.

"Ini, mba baca sendiri saja hasil laboratoriumnya" dokter memberikan surat hasil lab ke tanganku. 'Hanya aku yang boleh membacanya, Arka pun tak perlu tau'

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang