Help Me (chap 6)

748 48 0
                                    

"Maaf kan aku ma.."

Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut ku. Entah apa yang bisa membuat ku mengatakan hal itu pada mama tiri ku, aku juga bingung mengapa aku dingin terhadap nya.

"iya.... Mama sudah memaafkan mu, dan.. Mama mohon sama kamu, tolong maaf kan mama dan anak mama." ucap mamaku sambil memeluk ku erat. "Hmm akan ku fikirkan tentang kakak tiri ku itu, tapi untuk mama.., seharus nya akulah yang meminta maaf karena aku dingin padamu tanpa tau maksut mulia mu padaku." ucap ku sambil menangis dipelukannya. Aku sudah mengerti bahwa ini memang bukan salah mama tiri ku. "Aku janji ma, aku akan menghormatimu seperti bunda ku." ucap ku sambil menghapus air mata mama ku.

BRAKK..

Tanpa mama dan aku duga, pintu balkon terbuka lebuka lebar oleh seseorang pria paruh baya disana dengan wajah yang merah, err seperti marah dan di belakang nya terlihat gadis lebih tua dariku.. Hmm pasti laudia. "Kenapa kamu bolos?! Hah!?" ucap pria paruh baya itu, dia.. Hmm ayah ku. "Eh? Sejak kapan papa ngurusin kehidupan ku? Emm.. Kapan ya mungkin sejak bunda ku pergi-"

PLAKK~

Suara tamparan itu menggema dibalkon kamar ku, aku diam tak bersuara lagi. Sampai seseorang dengan tangan lembut nya menyentuh pundak ku yang bergetar. "sudah..!! Hentikan Hendra seharusnya kau dengar kan dulu alasan Mora pulang! Kau tak pantas bersikap seperti ini pada nya !" ucap suara itu, yah dia Mama tiriku yang telah ku acuh kan dulu, sekarang tanpa pamrih beliau membelaku, aku sedikit malu atas sikap ku dulu pada nya. "mama kenapa belain, Mora sih ! Dia kan memang salah !" ucap seseorang yang tak lain adalah Laudia. "benar apa yang dikatakan Laudia, kau seharus nya tidak membelanya, jika kau membelanya terus dia akan manja !" ucap ayah ku dengan tegas pada mama ku, kini yang kudengar adalah perdebatan antara mama tiri yang membela ku dengan ayah kandungku yang menyalah kan ku

"DIAM!!!!!" ucap ku dengan berteriak dan mengangkat kepala ku yang sedari tadi tertunduk merasakan sakit hatiku. Dan kini mereka semua memandangku. "aku tahu aku selama ini salah pada ayah yang selalu menanyakan bunda ku, dan aku juga salah dengan sikap ku yang acuh pada ibu baruku serta ANAK nya, tapi bisakah ayah mendengarku walau sedetik? Oke memang aku terlahir dari bundha ku yang dulu meninggalkan Ayah, tapi kenapa semua terimbas padaku??! Ayah selalu tak ada waktu untuk ku sejak bunda pergi. Yah... Aku juga ingin diperhatikan. Aku anak kandungmu yah... Tapi... Tapi kenapa kau tak adil, kau lebih memperhatikan anak tiri mu. Memang nya seberapa salahku padamu yah..., kalau ayah memang sudah tidak menginkan aku lagi..., aku mohon pamit. Aku pergi sekarang." ucap ku dengan panjang dan bergetar, entah kenapa air mata ku sudah tidak keluar lagi. Aku berjalan keluar dari balkon ini, namun lengan ku dicekal oleh tangan halus nan lembut. "jangan kau tidak boleh pergi..." ucap mama ku.

"mama.. Ih... Ngapain sih.. belain Mora terus !" ucap Laudia, yah sedari tadi dia tidak peduli apa yang aku ucapkan hanya saja setelah, aku mengucap kan kata ANAK dari mama tiriku air muka dia terlihat kaget dan kembali ke awal mula lagi. " Laudia...!! Jaga sikap kamu ! Tidak seharus nya kau besikap sepeti ini pada Mora ! Dia sekarang adik mu, dan kau harus menghargai itu ! Mora anak darh ayah tirimu jadi sekarang Mora juga anak mama !" ucap mama dengan lebar pada Laudia, tapi ia hanya memandang dengan kesal dan berlalu pergi. Sedangkan ayah hanya melamun, lalu berbalik ke arah ku dan Mama, "kau tidak usah pergi. Kau istirahatlah sekarang." ucap nya lalu meninggalkan ku dan mama pergi.

Sekarang aku hanya bersama mama, dan kini aku reflek memeluknya. "mah.... Hiks hiks hiks " kini tangis ku pecah dipelukan hangat mama ku, dan meluruh ke lantai. "sudah sayang... Kau tidak perlu merasa sendiri lagi... Ada mama yang selalu ada buat kamu." ucap mama ku. "hiks.... Hiks.... I...yah.. Ma.. Terima kasih.." ucap ku sambil memeluknya dengan erat.

******

Pagi ini aku bangun dengan wajah yang nggak banget. Muka sembab, hidung merah dan flu. "eh.. Mora sini sarapan dulu." ucap mama ku, dan kubalas dengan senyuman. Sekarang ruang makan sudah penuh oleh keluarga ku. Aku bangkit dan berpamitan pergi. Tapi seseorang menahan tangan ku, lalu membalik kan tubuhku. "a..ayah, minta maaf atas sikap ayah yang acuh padamu. Ayah seperti itu karena.. Ayah masih tak habis pikir dengan bunda mu yang meninggalkan ayah, benar seharusnya ini tak berhimbas padamu. Ma..maafin Ayah ya.." ucap ayah ku, aku yang mendengar itu langsung berlari memeluk ayah ku. Oh.. Tuhan aku rindu saat saat seperti ini bersama Ayah ku. "hiks.. I..iya aku sudah maafin ayah." ucap ku sambil berlinang air mata. Tapi dibalik punggung ayah, aku melihat air muka Laudia kesal pada situasi ini. Aku heran dengan nya, mengapa ia sangat membenciku.

"Ayah.. Aku berangkat dulu." ucap ku pada ayah setelah meredakan isakan kecilku. Mama tersenyum kearah ku dan berpesan hati-hati.

------

Setelah Mora pergi meninggalkan rumah, Laudia tersenyum sinis seperti merencanakan sesuatu.

Mora berjalan kekelas dengan wajah seperti biasa nya, dingin dan cuek. Entah apa yang masih menggajlnjal dihati nya sehingga ia tak mau kembali ceria lagi.

Dukk~~

"astaga... Lo kalau jalan liat-liat dong. Nih buku gue jatuh semua nih." ucap seseorang yang tertabrak oleh Mora dari belakang. "hemm.. Ya gue minta maaf, sini gue bantu." ucap Mora sambil jongkok. Waktu Mora mengamit buku terakhir sang pemilik buku mengadah kan kepalanya menatap Mora. "oh.. Ternyata lo, Mora" ucap sang pemilik buku. Saat mendengar nama nya disebut, Mora menatap sang pemilim buku itu. "yee...lo Dim ternyata, kalau tau lo mah gue kagak bakal bantuin lo." ucap mora sambil kembali menaruh buku yang sudah di bereskan tadi kelantai. "ya ampun... Ra..meskipun itu gue kenapa lo gak bantuin, lah ini kenapa ditaro dilantai lagi?" tanya Dimas bingung. "hehe... Gue males bantu lo Dim." ucap Mora sambil terkekeh..menjaili Dimas. "gitu ya lo, kemarin udah gue bantuin, sekarang lo gak mau bantuin gue. Eh enggak ding, maksutku gak mau tanggung jawab!" ucap nya searkasis. "hadeh.. Ya ya sini gue bantu, emang mau dibawa kemana sih?" ucap Mora sambil mengangkat beberapa buku yang tadi ditaro dilantai dan mulai berjalan. "emm dimeja pak Agus." ucap Dimas. Mora hanya berroh ria dan mulai mendahului Dimas.

Tanpa sepengetahuan Mora dan Dimas, mereka sedari tadi diperhatikan oleh tatapan sinis dari seseorang.

Kini Mora kembali kekelas nya setelah membantu Dimas, sedangkan Dimas, ia masih berada di ruang guru. Mora memduduki kursinya dan meletakkan buku paket diloker nya. Tapi ada yang aneh, seperti ada sebuah kotak didalam lokernya. Mora kemudian mengecek dan betapa kagetnya dia bahwa ada sebuah kotak berbentuk hati dilokernya.

Mungkin punya seseorang dititipkan disini, tapi siapa? Batin Mora sambil melihat sekeliling kotak tadi. Kelas masih sepi karena Mora berangkat lebih awal. Tapi sekarang mata Mora tertuju pada sebuah nama yang tertulis dibalik kotak tadi, 'Mora Anastasya'. Ya itu nama nya yang tertulis disana. Mora langsung berfikir bahwa kotak itu ditujukan untuk nya.

1 detik

2 detik

3 detik

Hemm mungkin ini memang untuk ku, coba kubuka, Gumamnya. Setelah membuka penutup kotak itu, Mora tercengang dengan isi kotak itu.

"Astaga.... !".

❤❤❤

Maafin, gue lama update nya ya. Soalnya sekarang lagi sibuk, jadi mohon maaf kalau dipart ini dan sebelumnya gak dapet feel nya

Untuk lebih cepat update nya gue minta max 10 vote ya, buat nambah semangat aja nulisnya hehe...

Oke see you next part ^^

Help Me!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang