Help Me (Chap 7)

727 42 4
                                    

Setelah membuka kotak itu, Mora tercengang melihat isi kotaknya. Bagaimana tidak tercengang kalau isi kotak itu adalah kotak musik yang selalu diimpikannya. "Astaga..!!, siapa yang mengirim ini?" gumam Mora sambil menggayuh tuas, agar suara dari isi kotak musik itu terdengar. Terdengarlah alunan musik klasik indah di kotak itu. Sampai Mora lupa bahwa ada sesuatu di bawah kotak musik tadi. "apaan nih.." gumamnya sambil mengamit sebuah surat.

Dear Mora..

Hai..
Semoga lo suka sama kotak musik ini, tadinya gue mau ngasih ke lo langsung. Tapi mungkin lo tolak, jadi.. Mending gue sembunyi in identitas gue. Gue mohon sama lo supaya terima kotak musik itu, tenang kotak musik itu gak ada bom nya.

Oke see you..

Screat admirer.

Setelah membaca itu mata Mora membulat sempurna. Tanpa disadari teman bangkunya sudah datang dan kaget melihat ekspresi Mora, diambilnya surat tadi dari Mora dan ekspresi nya saat ini sama dengan Mora. "cie...cie.. Mora punya penggemar rahasia..." ucap Velina.

"ehmm bukan, mungkin anak iseng" ucap Mora dengan menutupi gugup nya. "iya deh percaya" jawab Veli. Sekarang kelas sudah dipenuhi oleh murid, Dimas pun sudah kembali dari ruang guru. Dan pelajaran pun dimulai.

.......

Hmm siapa ya yang ngasih ini, aneh masa iya aku punya penggemar, gumam Mora. "Mor.., lo dari tadi diliatin Dimas terus loh. " ucap teman sebangku Mora. "masa.. Sih?" tanya Mora tak percaya.

"ih.. Iya, ah.. Apa mungkin Dimas suka lo ya.. " ucap Veli dengan senyuman jailnya. "ahk..!! Gamungkin ah, udah ah.. Lo bisa diam gak sih, sekarang pelajaran mau dimulai. Dan lo kalau gak bisa diam, mending duduk di belakang. " ucap Mora dengan tegas dan kini mata nya melotot ke Veli, Veli hanya menyengir tak berdosa.

Pelajaran dilalui Mora seperti biasa namun hanya satu yang mengganjal difikirannya. 'siapa yang mengirim kotak musik ini'.

Buukk..

"eh Mora!! Bisa gak sih kalau jalan gausah nabrak orang ! Lo malu-maluin tau gak ! " ucap Lidia pada Mora dengan tatapan tajam dan mencemoh. Mora hanya memandangnya sinis dan berlalu begitu saja. "dasar... Cewek gak tau diri !" runtuk Mora saat ia berjalan melewati Lidia. Lidia yang mendengar itu, hatinya menjadi panas dan dengan kasar ia menarik pergelangan tangan Mora. "heh!! Maksut lo apaan bilang kaya gith, harusnya lo yang cewek gatau diri. Udah ditinggal pergi ibu nya dan digantigan dengan ibu yang tulus mengerus mu, ehh.. Masi Menanyakan dimana ibu nya !" ucap Lidia dengan tatapan sinis sekaligus mengejek. Mora yang mendengar itu, serasa hatinya yang tergores karena tidak tahu dimana ibunya sekarang telah ditaburi garam. Amat sedih jika melihat pertengkaran mereka ini.

Dari kejauhan seseorang yang melihat ini, rahag nya mengeras dan kedua tangan nya mengepal penuh hingga buku-buku tangan nya memutih, tapi ia urungkan karena ia tahu kalau Mora bisa menghadapi ini.

"....sudah.... Apa kau sudah puas meluap kan semuanya pada ku!?, kau bahkan tidak tahu betapa beratnya hidup ku! Kau hanya bisa melihat sisiku yang luar dan tidak melihat sisi hatiku ! Kau tahu, aku tersiksa selama ini karena aku tidak tahu dimana ibu kandungku berada!??, aku hanya tak ingin posisi ibu ku terganti oleh orang lain. !" ucap Mora dengan berteriak diwajah Lidia, ia sudah mengganti bahasanya untuk menjelaskan semua pada Lidia. setelah mengungkapkan semua itu, Mora beranjak pergi dari hadapan Lidia.

Mendengar ungkapan Mora tadi, Lidia jatuh meluruh ketanah. Ia tak menyangka bahwa pemikiran tentang Mora yang mencari muka dengan menjauhi mama nya salah.

----------

Sore ini Mora baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah nya membantu mama nya. "bagaimana hari mu tadi Mora?" tanya Mama Mora. "hmm seperti biasa, selalu membuat Lidia marah padahal aku tak melakukan kesalahan apapun pada nya." ucap Mora sambil bersandar pada tembok dapur rumahnya. "emm nanti, mama akan bicara pada Lidia, mama rasa kamu mulai sekarang harus lebih terbuka ya nak, mama ingin kamu kembali ceria seperti dulu lagi." sejenak, mama mora tak melanjutkan perkataan nya. "....sebelum aku datang dan menggantikan bunda tercintamu." ucap mama Mora sambil mengelus puncak rambut Mora. Mendengar itu hati Mora berdesir kembali, ia segera melihat kearah mata Mama nya itu. Ada kesedihan tercetak jelas dimata Mora, itu membuat mama menjadi gelagapan karena tadi ia sudah menyebut bunda Mora yang dengan Mora dulu ia tak akan mengungkit bunda nya lagi. Namun sekarang mama nya itu malah menyebut kata 'bunda' lagi.

Mora melangkah menuju kamarnya, dengan air mata disudut matanya. Mama Mora yang melihat itu merasa tidak enak, ia langsung bergegas ke kamar Mora namun pada saat ingin naik ke tangga, tangan nya dicekal seseorang dari belakang.

"biar aku saja. "

Segera ia menoleh ke arah suara itu, "Li.. Lidia, kau.." ucap Mama terbata karena ia melihat anaknya dibelakang nya. "biar aku saja yang ke atas" ucap Lidia. "apa kamu dari tadi disini? Apa kamu sudah mendengar percakapan ku tadi dengan Mora? " tanya Mama bertubi-tubi. "iya.. Ma aku tadi sebenarnya ingin mengambil air minum tapi tak jadi, dan mohon maaf aku malah mendengar semua percakan kalian. Dan.. Ak.. Aku minta maaf atas sikap ku padamu ma.." ucap Lidia tertuduk. Mendengar ucapan anak nya itu, mama memeluk erat Lidia, "tidak papa kamu mendengar percakapan ku tadi l, dan mama sudah memaaf kan mu, tapi yang lebih utama minta maaf lah pada Mora." ucap mama. "iya ma sekarang biarkan aku berbicara pada Mora." ucap Lidia.

Setelah ia menaiki tangga ia langsung menuju pintu kamar Mora.

Tok tok tok..

Diketuknya pintu kamar Mora tapi tidak ada yang menyahut dari dalam. "Mor ! Mora!... Mora !" ucap Lidia sambil mengetuk pintu Mora. Tapi tetap tidak ada yang menyahut. Lidia merasa khawatir. Segera ia mencoba membuka pintunya dan... Terbuka, pintu kamar Mora tak terkunci. Ia segera melangkah masuk.

"Astaga...!!! Mora.... !!!, Mama... Tolong.. Kesini ma.... !!"

Begitu kagetnya ia saat masuk. Ia melihat Mora..

❤❤❤

(

yang di mulmed, itu kotak musik yang dikasi sama screat admirer nya^^)


Sesuai janji kan.. Hehe

Maaf kalo gak dapet feel nya + kata2 nya banyak yang typo. Terima kasih udah ngevote, seperti kemarin ya di Chap ini aku kasih target

10 vote lagi.. (baik kan author.. Hehe, ngak ding bercanda)

Oke deh yang sudah membaca author minta Vomment nya buat penyemangat lanjutin cerita nya.

Oya.. Tadi kan di akhir cerita, Lidia teriak panik tuh setelah lihat Mora. Nah aku punya pertanyaan : apa yang dilihat Lidia, hingga ia teriak?. Jawabnya di komentar ya. Kalau pada benar gue langsung lanjut update chap berikutnya. Oke.

Huhh udah deh obrolan (?) kali ini.
Dada..


Help Me!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang