2

6.7K 404 15
                                    

 Pelajaran terakhir sudah berakhir, dia cepat-cepat keluar, bukan untuk menunggu kak Ten yang menjemput, tapi ada alasan lain. Selidik punya selidik, setiap pulang sekolah dia selalu memutari sekolah tercintanya itu.

Ada tiga tujuan yang dia hampiri sebelum pulang. Tujuan pertamanya adalah masuk ke kantin, menelisik siapa saja yang berada disana. Tujuan kedua adalah duduk sejenak di taman yang berada tepat di depan kelas anak sosial. Dan tujuan terakhir adalah lapangan basket yang sangat panas akibat teriknya matahari di siang bolong.

Tentu saja rutinitas Feby itu bukan tanpa alasan. Kalau anak seusianya bilang, Feby mencari jejak si moodboster-nya. Moodboster yang sejak dia menginjak sekolah dengan seragam putih abu-abu. Moodboster-nya yang selalu membuat Feby semangat. Moodboster yang bisa membuat Feby seperti naik rollercoaster setiap saat.

Moodboster itu bernama Dimas, nama lengkapnya sih Dimas Aji Vandore. Dari namanya saja sudah keren, apalagi paras dan prestasinya. Perfect? No! Gak ada manusiadi dunia ini yang sempurna.

Feby yakin Dimas memiliki kelemahan, dan kelemahan Dimas dia temukan saat cowok itu berada di kantin. Murid memang wajar berada di kantin, tapi tidak wajar kalau yang di kantin itu Dimas. Masalahnya, Dimas tidak pernah berada di kantin selama jam-jam istirahat, dia selalu berada di kantin saat jam-jam pelajaran. Dimas sering makan disana sendiri atau bersama teman-temannya. Dan menu wajib yang harus dia pesan di kantin adalah singkong panas yang baru digoreng plus teh hangat. Bu Nini—salah satu penjual di kantin yang menjadi langganan Dimas, sudah hafal sekali dengannya.

Dimana ada Dimas, disitu pasti ada Feby. Kecuali saat jam pelajaran, karena dia bukan anak pemberani untuk masalah bolos. Mungkin nanti, lusa, atau bulan depan dia akan berani, kalau rindunya terhadap Dimas tidak bisa ditahannya lagi.

Biasanya, sepulang sekolah Dimas akan ada di tiga tempat dimana dia menjadikannya tujuan wajib untuk dikunjungi selepas pulang sekolah juga. Kalau Dimas lagi di kantin, pasti di pojok kantin ada Feby yang pura-pura membeli camilan, aslinya sih lagi mandangin Dimas. Kalau Dimas lagi di depan kelas, biasanya Feby pura-pura jalan di depannya, berlagak seperti olahraga siang atau yang lain.

Dari kedua tujuan itu, tempat favoritnya adalah lapangan basket yang berada di tengah-tengah ruang laboratorium dan ruang guru. Disana dia duduk di kursi tempel yang memang di sediakan bagi warga sekolah untuk bersantai-santai. Disana dia bisa melihat pujaannya lebih lama dari dua tempat sebelumnya. Biar tidak ketahuan menguntit, maka novel dan cemilan tidak pernah luput untuk dibawa. Ibaratnya sih sambil menyelam minum air, sembari memperhatikan Dimas, biasanya Feby juga sedikit mengerjakan tugasnya.

Dimas sering sekali berada disana untuk mengasah kemampuannya di bidang olahraga basket. Prestasinya terletak disitu karena sejak kecil dia memang hobi memainkan bola orange itu.

Begitu di kantin dan di depan kelas Dimas tidak ada, Feby meluncur ke lapangan basket. Dan benar saja, Dimas sudah berada disana dengan keringat yang membasahi seragam dan tubuhnya.

"Akhirnya, dia ada disini," ucap Feby yang bersiap untuk mengeluarkan alasan jitu agar tidak kepergok dengan tujuan aslinya. Sebuah Novel besar karya Tere Liye – Berjuta Rasanya. Novel yang menceritakan tentang sebuah berbagai macam rasa yang diakibatkan oleh cinta.

Novel itu menggambarkan akan keadaannya sendiri. Sudah kali ketiga membaca, dan tidak pernah bosan dengan isi-isinya. Feby menguliti satu persatu makna tersurat maupun tersirat yang berada di dalamnya. Apalagi membaca sambil menikmati pemandangan yang menyegarkan mata.

Keadaan hatinya yang sebal karena ketiga sahabatnya lenyap. Dimas memang luar biasa, semakin hari dia semakin menjerat Feby secara tidak langsung. Waktupun tidak akan terasa jika Feby habiskan bersamanya.

Secret Admirer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang