Saat orang-orang tersayang satu-persatu mengorbankan hidupnya untukmu,bukan rasa bahagia yang kamu dapat. Melainkan sebuah beban berat yang justru membuatmu semakin meringkuh tak berdaya.
Author POV
Celin-Dimas-Roni-Angel tersontak kaget melihat kehadiran Feby di depan merka.
Mata mereka saling bertatap satu sama lain pertanda kalau suatu hal buruk akan terjadi lagi.
Sedangkan Feby menatap ke empat dari mereka dengan tatapan sendu, meminta penjelasan atas keadaan satu bulan yang coba mereka tutupi itu.
Roni melangkah mendekati Feby dan mencoba membuka suara, memecah ketegangan yang kurang lebih sudah terjadi selama setengah jam.
"Kita bisa jelasin, tapi gue mohon tenangin dulu diri lo Feb." Kata Roni pelan.
Roni memegang kedua pundak Feby dan memperhatikan setiap inchi raut wajah Feby, keadaan sahabatnya yang sangat kacau itu.
Roni memejamkan mata beberapa saat, menahan rasa sakit yang menohok di dalam sana karena melihat kedua sahabatnya yang sama-sama menderita itu.
Semua tampak hening, ruang ICU yang memang steril jadi hanya ada mereka berlima,tidak ada orang berlalu-lalang seperti di kamar-kamar inap biasa.
Roni membuka suaranya. "Gue bakal jelasin," di tuntunnya gadsi itu menuju kursi tunggu diiringi tatapan dari ketiga temannya.
Karena bagaimanapun Roni menyadari kalau kedua pasang kaki Feby bergertar sedari tadi. Roni lalu memiringkan posisi duduknya agar bisa melihat jelas raut wajahnya.
Feby hanya menatap Roni tanpa sepatah katapun. Menunggu penjelasan dari Roni walaupun dia mengerti kenapa dan apa alasan Brian sampai bisa berada di dalam sana.
"Pertama, gue sebagai sahabat lo dan gue ngewakilin mereka bertiga," Roni menunjuk Celin-Dimas-Angel yang berdiri kaku di depan dua remaja itu. "Buang jauh-jauh semua fikiran-fikiran lo tentang kita yang udah nyembunyiin fakta besar selama satu bulan ini."
"Fakta pertama, Brian kecelakaan itu bukan cuma mimpi lo,tapi itu kenyataan. Fakta kedua, kita semua waktu itu kalut bahkan pacar lo Dimas. Lo tau sendiri kan kalo Brian di Indonesia tinggal sendiri." Roni menghela napasnya.
" Jadi,semua biaya Brian di tanggung sama orangtua lo dan mereka ngasih tau kita terutama Dimas buat ngerahasiain ini dari lo."
Feby menatap Roni tak percaya. Dia kaget,entah sudah berapa kali hari ini jantungnya tak berjalan seirama dengan napasnya.
Wajah Feby juga tampak semakin memucat mendengar satu persatu penjelasan mengenai kejadian yang sebenarnya.
Di remasnya rok seragam sekolah menandakan kalau dia sangat takut akan fakta selanjutnya.
"Fakta ketiga," lanjut Roni lalu mengenggam erat kedua tangan Feby. "Kita semua disini bergantian menjaga Brian, termasuk Dimas. Mungkin selama ini lo bertanya-tanya dengan sikap Dimas yang sedikit aneh, tapi gue tau apa yang dia lakuin selama nyembunyiin semua ini dari lo." Roni sedikit menjeda perkataannya lalu menghela napas untuk kedua kalinya.
"Dia pontang-panting ngejagain dua orang sekaligus Feb. Tapi dia nyoba memprioritaskan lo. "
Dimas lalu mendekat dan memegang bahu pundak sebelah kiri Roni mengisyaratkan untuk menyudahi penjelasan jika ini menyangkut dirinya.
"Udah Dim lo tenang aja, dia sahabat gue jadi gue tau apa yang mesti gue bilang." Pandangan Roni kini beralih pada Dimas yang masih saja menggeleng-geleng tanda tidak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer (TAMAT)
Teen FictionAku terus melihatnya tanpa batas. Hingga suatu saat aku dijuluki sebagai seorang 'secret admirer' oleh ketiga sahabatku. -Feby Alaeta Wijaya- Aku terus memperhatikan dia yang selalu memperhatikanku tanpa dia ketahui. Aku rasa mulai aku mulai mengiku...