13

1.8K 129 2
                                    

"It-itu ke-kenapa, ba-baju lu banyak darah?."

Dimas seketika terdiam begitu Feby menanyakan keadaan seragam yang sudah tak rupa karna berlumuran darah yang tak lain adalah darah Brian.

Bukannya tidak mau mengganti, tapi Dimas benar-benar tidak sempat.

Selepas Feby pingsan di hadapan Brian. Dimas segera menelfon kak Ten untuk mengurusnya. Karena dia berniat untuk membawa Brian ke rumah sakit segera.

Keadaannya benar-benar bisa menyayat hati siapapun yang melihatnya, termasuk Dimas sendiri. Ditemani Roni, Angel, Celin beserta guru-guru sekolah membawa Brian dengan ambulance yang sudah di telfon lebih dulu.

Flashback ON

Sesampainya di rumah sakit, mereka semua menunggu cemas di luar ruang UGD. Dimas mengintip dari kaca beberapa dokter dan suster dengan cepat menangani dan membersihkan Brian dengan cepat. Keadaan begitu kacau, bahkan Dimas belum melihat Feby sama sekali yang kata kak Ten dia di rawat di rumah sakit yang sama dengan Brian.

Terlihat Angel dan Celin yang menangis sesegukan, sedangkan Roni sibuk menenangkan mereka. Dimas hanya diam duduk di pojok kursi tunggu, bingung memikirkan jawaban apa yang harus diaberikan pada Feby saat ia sudah sadar dan menanyakan keadaan Brian.

Tak berselang lama, kak Ten datang menghampiri Dimas bersama kedua orangtuanya. Beliau, Papa Feby memberitahukan keadaan Feby yang cukup shock saat dia tersadar.

Tapi ternyata Feby menganggap segala kejadian yang di alami Brian itu hanya dalam mimpinya. Itu artinya Feby tak menyadari kalau kejadian itu benar-benar nyata.

Lantas Dimas diberi tanggung jawab penuh beserta kak Ten untuk menjaga dan merahasiakan keadaan Brian pada Feby, semua itu di amanahkan karna kedua orangtua Feby benar-benar harus pergi ke luar negeri untuk alasan bisnis yang tak bisa di tinggal.

"Rahasiakan semuanya sampai Brian sembuh, ngerti nak?"

"Baik om,kalau ini demi kebaikan mereka berdua akan saya lakukan." Kata Dimas.

Merahasiakan sebuah kejujuran dari orang yang teramat dekat dengan Feby bukan hal yang mudah. Dimas berpikir keras alasan apa nanti yang harus dirinya berikan pada Feby.

Feby tidak boleh sampai tau yang sebenarnya, karna bisa-bisa jiwanya terguncang. Apalagi mengingat kondisi kesehatan Feby yang mulai kelihatan menurun karna masalahnya dengan Brian.

Karena Brian tinggal terpisah dengan kedua orangtuanya, jadi orangtua Feby mengurus segala administrasi Brian sampai sembuh.
Flashback OFF

Dimas mendongak saat Feby menanyakan keadaan seragam putih abu-abunya yang sudah tak jelas rupanya. Tampak raut mukanya yang tegang bercampur rasa khawatir.

Dimas mencoba menenangkan dirinya dan menetralkan ekspresi wajahnya agar tidak terbaca oleh Feby.

Karena Dimas tidak bisa memikirkan jawaban lain, dia hanya membalas pertanyaan-pertanyaan Feby sekenanya saja. Membuat Feby sebal sembari terus mengunyah makanan yang Dimas bawa.

Namun tidak disangka, air matanya kini mengalir, menyudahi kegiatannya melahap makanan yang Dimas bawa. Awalnya hanya satu tetes, tapi bulir-bulir itu lama-kelamaan mengalir deras. Wajahnya sudah di penuhi dengan air mata, membuat Dimas kalut dan membuat tangannya spontan merengkuh badan yang sudah gemetar itu.

Bisa Dimas rasakan isakannya saat memeluk, tapi Dimas masih saja tak bisa berkata apa-apa. Feeling gadis itu memang selalu kuat. Dia tidak banyak bertanya lagi, melainkan terus saja menangis.

Dalam benak Dimas, muncul rasa bersalah yang besar. Bagaimana jika gadisnya itu mengetahui yang sebenarnya. Bahwa yang dia anggap mimpi adalah sebuah kenyataan.

Secret Admirer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang