Bukan takdir yang mempermainkan manusia. Tapi manusialah yang coba bermain-main dengan takdir - Secret Admirer Quote.
Demi apa Feby bertemu orang yang telah bersarang dipikiran dan hatinya berhari-hari itu.
Sosok laki-laki yang mampu mengacaukan dan membuat hatinya berbunga-bunga sekaligus. Bertemu di tempat yang tak terduga, dengan situasi yang tak terduga pula.
Dimas berdiri di depan pintu yang langsung disambut hangat oleh seluruh anak-anak panti dengan pelukan.
Dikelilingi oleh mereka yang terlihat sangat bahagia karena kedatangannya. Sedangkan Feby masih diam terpaku, dia tidak tau kalau Dimas mempunyai kegiatan yang mulia seperti ini.
Di satu sisi Feby bangga, kalau kekasihnya itu memiliki hati yang mulia. Tapi di sisi lain ada rasa sedih dan kecewa, selama ini Dimas tidak menceritakan apa-apa dan bahkan Feby tidak tau apa-apa. Itu pun karena Dimas terlalu sibuk mengurusinya. Mengurusi gadis penyakitan, pikir Feby.
Dimas yang masih digelayuti oleh anak-anak panti tidak menyadari kalau sedari awal kedatangannya, Feby dan ketiga sahabat Feby memperhatikannya lekat-lekat.
Sampai akhirnya ibu panti mempersilahkan Dimas masuk, lalu mengambil kotak besar yang diserahkan oleh Dimas.
Anak-anak panti menarik Dimas ke arah Feby dan teman-temannya duduk. Disitulah Dimas tersadar, kalau ada Feby. Dimas menghentikan langkahnya ketika kedua bola mereka saling tatap.
Keadaan mendadak lengang dan dingin bagi dua sejoli ini. Keramaian tidak lagi terdengar. Tarikan-tarikan anak panti pun tak lagi dihiraukan Dimas.
Dia fokus dengan apa yang ia tatap. Terpaku, itulah yang sedang mereka berdua rasakan.
Mereka saling berbicara dalam hati masing-masing.
"Feby, aku kangen banget sama kamu."
"Dimas,apa kabar? Aku sayang banget sama kamu."
Dimas yang terdiam, mulai melangkahkan kakinya menuju objek yang membuatnya menghiraukan keramaian di ruangan itu.
Dimas yang semakin dekat dengan posisi Feby berada, membuat Feby menundukkan wajahnya. Feby tidak ingin Dimas membaca raut wajahnya yang mungkin seperti ingin dipeluk itu.
"Hai Feb." Dimas sudah berdiri di depan Feby, namun Feby masih menunduk dan hanya melihat kaki besar Dimas yang entah disengaja atau tidak bersentuhan dengan kaki mungil Feby.
"Feb jawab dong kalo disapa." Brian menepuk bahu Feby.
Meskipun perasaannya sakit tapi dia mencoba menetralkan segalanya. Karena Brian tidak ingin gara-gara perasaan egoisnya itu persahabatan mereka menjadi hancur.
Feby langsung mendongak dan melemparkan senyum tipis ke arah Dimas yang disambut senyuman hangat oleh Dimas.
"Hai juga Dimas."
Setelah sapaan ringan keduanya kembali terdiam. Sampai akhirnya acara penutupan sudah dimulai. Semua yang hadir termasuk Feby dan Dimas duduk di tempat yang telah disediakan. Mereka berdua duduk bersebelahan.
Tidak ada bahasan lagi, mereka berdua antusias mengikuti acara itu. Entah benar-benar memperhatikan atau justru sibuk menata hati masing-masing akibat pertemuan yang tak terduga.
"Feb, jangan tegang dong." Roni mendekat dan membisiki Feby agar sahabatnya itu tenang.
"eh siapa juga yang tegang." Timpal Feby.
"Lu pea!"
"Gue gak pea, dasar bego lu!"
"Bego gini banyak yang mau sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer (TAMAT)
Teen FictionAku terus melihatnya tanpa batas. Hingga suatu saat aku dijuluki sebagai seorang 'secret admirer' oleh ketiga sahabatku. -Feby Alaeta Wijaya- Aku terus memperhatikan dia yang selalu memperhatikanku tanpa dia ketahui. Aku rasa mulai aku mulai mengiku...