"Aku..." jawabku menggantung.
"Ya?"
"A..a..aku mau menjadi pacarmu" jawabku gugup.
"Benarkah? Sungguh? Kau tak bohongkan?" Teriak Ryuu kegirangan.
"Iya, aku tak mungkin bohong" kataku sambil tersenyum.
"Terima kasih, Nagisa!" Ucap Ryuu, lalu tiba-tiba dia memelukku.
"Hei! Jangan memelukku seenakknya!"
"Memangnya kenapa? Kau kan sudah menjadi milikku"
"Terserahmu lah" jawabku, lalu meninggalkan Ryuu sendirian.
"Nagisa! Jangan pergi!"
Ryuu mengejarku dari belakang, kami pulang bersama. Dimana langit sudah berubah menjadi oranye, menatap langit ini berdua. Akankah kami berdua bisa bahagia kedepannya?
*Kring**kring**kring*
"Ihhh siapa sih yang nelpon pagi-pagi buta begini! Ganggu hari mingguku saja!" Kataku dengan wajah yang mengantuk.
*bip*
"Ya halo? Ada apa?" Tanyaku.
"Halo, ini aku Ryuu"
"Hah? Ryuu, apa kau gila? Kau mengganggu hibernasiku!"
"Lebay ah! Daripada kamu males-malesan di hari minggu, lebih baik kita jalan-jalan saja. Bagaimana?" Tanyanya.
"Kau mengajakku berkencan?" Jawabku heran.
"Bisa dibilang begitu, jadi bagaimana?"
"Gomen, aku tidak berminat, lagipula diluar dingin"
"Ayolah, kau kan pacarku. Tidak ada salahnya kan kita berkencan?"
"........" aku hanya terdiam lalu menutup teleponnya.
Apa yang ia pikirkan sih, aku kan tidak terbiasa jalan berdua sama cowok. Bagaimana ini?
*kring**kring**kring*
"Apa lagi Ryuu!" Kataku sedikit kesal.
"Aku sudah di stasiun, kau cepatlah datang kesini"
"Aku tidak mau!"
"Kau ini kenapa sih!! Sebenarnya kau benar-benar ingin jadi pacarku atau tidak!" Bentak Ryuu.
Aku kaget, ternyata Ryuu punya sifat pemarah dibalik sifatnya yang baik. Aku sempat takut saat ia membentakku.
"Ba..baiklah, aku akan kesana" jawabku, lalu Ryuu mematikan teleponnya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomen Ne, Gomen Ne
RomanceKisah kehidupan anak gadis yang ceroboh dan selalu melamun. tiba-tiba datang seseorang yang membuat dia bahagia. tapi apakah gadis itu juga bisa membuat seseorang itu bahagia?