Aku menatap langit biru, bunga sakura yang berterbangan di hembus angin, jalan yang ku lewati menuju sekolah tertutupi bunga-bunga sakura. secepat inikah musim berganti?
"Ah sudah musim semi ya." kataku.
Ryuu menatapku penuh tanya. "Hei jangan menunjukkan wajah sedihmu itu! jelek tau, hahaha."
"Ryuu jahat!" aku segera mempercepat langkahku.
"Nagisa, jangan ngambek dong! aku kan cuma bercanda." teriak Ryuu yang tertinggal jauh di belakangku.
Entah kenapa aku jadi tak bersemangat hari ini, aku terus teringat kejadian itu. Kenapa kau menyembunyikannya dariku Ryuu?
"Nagisaaa, kamu kenapa sih? daritadi diajak ngobrol malah gak respon." tanya misaki sambil menepuk pundakku.
"Nanti kamu datang ke rumahku ya, aku bakal ceritain semuanya." jawabku datar.
"Okay okay, tapi jangan kayak gini terus ya, aku jadi khawatir."
"Iya iya." jawabku singkat.
"Ngomong-ngomong, kamu udah ngerjain tugas seni kan?" tanya misaki melihat sekeliling mejaku yang tidak terlihat ada buku gambar.
"Astaga, aku lupa bawa buku gambarnya! gimana dong?"
"Ih dasar pelupa! ya mau gimana lagi? sensei sebentar lagi masuk kelas."
Aku benar-benar panik, padahal aku sudah mengerjakan tugas itu semalam, rasanya aku mau pulang sekarang juga. Sensei pun masuk ke dalam kelas, seisi kelas memberi salam padanya dan pelajaran pun dimulai. Sensei mengabsen sekaligus meminta tugas yang telah ia berikan minggu lalu. Satu persatu murid yang diabsen memberikan tugasnya kepada Sensei dan saat namaku dipanggil..
"Nagisa!"
"Hadir Sensei." jawabku
"Mana tugasmu?" tanya Sensei menatapku sinis.
"Hmm.. lu.. lupa, saya lupa membawa buku gambarnya."
"Kamu tau kan hukumannya kalau tidak mengerjakan tugas di pelajaran saya?"
"Ta..tapi saya mengerjakan kok."
"Saya anggap tidak mengerjakan kalau buku gambarnya tidak dibawa!" jawab Sensei sedikit keras.
Dan akhirnya...
"Semangat Nagisa!" teriak Misaki dari jendela kelasku yang berada di lantai 3.
Menyebalkan, aku harus membersihkan seluruh halaman sekolah, apa guru itu sudah gila menyuruhku membersihkan semua ini?
"Nah lain kali jangan lupa bawa tugasmu, kamu tak mau kan nilaimu kosong di rapot nanti?" kata sensei sambil menasehatiku.
"Oh iya, sepertinya kamu tidak sendiri, cepat selesaikan lalu kembali ke kelas." sensei menunjuk ke arah seorang laki-laki yang tak asing lagi.
"iya sensei." jawabku sambil tersenyum paksa.
Aku mendekati laki-laki itu, lalu menepuk bahunya.
"Ryuu?"
"Eh? Nagisa? Kamu sedang apa disini?" tanya Ryuu kaget melihatku tiba-tiba.
"Aku dihukum!" jawabku kesal.
"Hahaha, aku juga."
"Kok malah ketawa sih?"
"Aku senang kalau kamu ada di dekatku" jawab Ryuu tersenyum dengan manis.
Kata-katanya membuatku ikut tersenyum, tapi masih ada sesuatu yang menganjal di dalam hatiku. Apa sebaiknya ku katakan saja?
Bagaimana reaksinya jika Ryuu tau bahwa aku sudah mengetahui semuanya?
"Nagisa? hei! jangan melamun." Ryuu melambaikan tangannya di depan wajahku.
"Eh? kenapa?" aku terbangun dari lamunanku.
"Kamu kenapa sih jadi gini?" tanya Ryuu khawatir.
"Hhmm.. Ryuu.."
"Ya?"
Ryuu menatapku penuh kekhawatiran, ia melepas sapu yang dipegangnya, lalu menggenggam tanganku. Wajahnya seperti penuh harap agar aku mau menjelaskan semuanya. Mungkin memang harus aku katakan, ya aku akan mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomen Ne, Gomen Ne
Storie d'amoreKisah kehidupan anak gadis yang ceroboh dan selalu melamun. tiba-tiba datang seseorang yang membuat dia bahagia. tapi apakah gadis itu juga bisa membuat seseorang itu bahagia?